#1. Can You Raise Your Son Properly?

21.4K 629 31
                                    

"James, get up!"

Brian menepuk ujung kaki putra tunggalnya sebelum berjalan untuk membuka gorden yang menutup jendela kamar. Begitu sinar matahari merangsuk, James langsung menutupi wajahnya dengan selimut. Berusaha menghindari cahaya menyilaukan itu.

"Come on James! Kamu bisa terlambat kalau nggak bangun sekarang." Ucap Brian.

"I'm not going to school then." Jawab James dari balik selimut.

"No...No... No... Kamu harus sekolah. Should I call your Mom, and tell her that you won't go to school?!" Ancam Brian.

"I'm awake."

Dalam hitungan detik, James langsung bangkit dari kasur dan melesat menuju kamar mandi. Brian mendecakkan lidah melihat reaksi James ketika ibunya disebut. Meski sudah berpisah selama 10 tahun, anak itu masih saja menunjukkan reaksi yang sama terhadap ibunya.

"15 menit lagi kita berangkat!" Ucap Brian yang dibalas dengan seruan tidak jelas dari kamar mandi.

Dia meninggalkan kamar James, kembali ke kamarnya sendiri untuk mempersiapkan barang-barang yang akan dibawanya kerja.

-

"Raising a son is hard."

Keluh Brian sembari menjatuhkan diri di sofa kantor Navis. Hari ini dia memilih untuk makan siang di kantor sepupunya yang hanya berjarak dua lantai dengannya.

Setiap pagi dia selalu mengomeli James yang semakin susah diatur. Perdebatan yang tiada henti benar-benar menguras tenaga sehingga membuatnya malas keluar untuk mencari makan. Lagipula, Navis berbaik hati memesan sushi untuk makan siang mereka hari ini.

"Itu resiko sebagai single parent kan." Sahut Navis meletakkan dua gelas es kopi di atas meja.

Navis mengenal Brian sejak balita. Tentu saja karena mereka tumbuh di lingkungan yang sama, lagipula mereka sepupu. Jadi setiap perjalanan hidup Brian, dia selalu ada untuk pria tersebut. Termasuk ketika dia berpisah dengan Hana.

"Gue diamuk Hana ketika dia tau masalah James."

"Wait! Lo masih berhubungan dengan Hana?!" Navis tidak menyangka Brian akan menyebut nama mantan istri sepupunya itu.

"I have to. Sebagai ganti dari hak asuh yang gue dapatkan. Hana akan menerima laporan perkembangan James setiap bulannya." Jawab Brian pasrah.

Setelah berpisah dengan istrinya 10 tahun yang lalu. Brian harus membesarkan James yang saat itu masih balita seorang diri. Meski tanpa keberadaan seorang ibu, Brian yakin dirinya mampu membesarkan James dengan baik.

Namun, sepertinya usaha membesarkan James agak melenceng dari jalur. James tumbuh menjadi anak yang manja dan susah diatur. Nilai-nilai pelajarannya juga turun secara drastis semester ini. Dia juga beberapa kali ketahuan bolos sekolah. Meakipun begitu Brian hanya menganggapnya sebagai kenakalan remaja biasa. Hingga masalah itu terjadi.

1 bulan yang lalu James tertangkap sedang melakukan pesta narkoba di sebuah apartemen milik salah seorang temannya. Dia memang tidak mempermasalahkan kepribadian James yang agak susah diatur itu. Bahkan dia tidak peduli jika anak itu sering membolos. Tetapi pesta narkoba?! Itu adalah sebuah kesalahan yang sangat fatal.

Saat itu kemarahannya sudah tak terbendung lagi. Dia menghajar James habis-habisan hingga meninggalkan beberapa luka memar ditubuh anak itu. Beberapa kali James berkata kalau dirinya tidak terlibat. Dia hanya tidak sengaja berada ditempat itu ketika pesta narkoba itu terjadi. Namun Brian sama sekali tidak pempercayai ucapannya. Pukulan demi pukulan dihantamkan pada James. Jika saat itu Navis tidak menghentikannya, mungkin saja James sudah harus dirawat dirumah sakit.

Hingga akhirnya ucapan James terbukti. Dia tidak terlibat dalam pesta narkoba tersebut. Dia memang tidak sengaja berada disana ketika penggrebekan terjadi. Tepat beberapa menit setelah dia memasuki apartemen itu.

"Lo kasih tau Hana tentang kasus terakhir ini?" Tanya Navis.

"Nggak lah! Bisa mati gue kalo Hana tahu." Jawab Brian.

"Bagus. Jangan sampe Hana tahu, karena gue nggak bisa bayangin apa yang bakalan terjadi sama lo kalo misalkan dia tahu."

Tiba-tiba ponsel Brian berbunyi. Tubuh pria itu langsung menegang begitu melihat nama yang tertera di layar ponselnya.

"Speak of the devil. She's calling now."

Brian menunjukan layar ponselnya yang berkedip-kedip dan nama Hana yang disimpan sebagai 'Jamali-Rajendra' terpampang sebelum mengangkat panggilan.

"Ha-"

"Can you raised your son properly?!" Seru Hana bahkan sebelum Brian mengucapkan salam.

"I'm good thanks."

Brian menjawab setenang mungkin, meskipun dia menyadari emosi yang terdengar dari nada bicara Hana. Sepertinya dia tahu alasan wanita itu menelepon.

"Oh, jadi bisa lo jelaskan kenapa James terjaring razia pesta narkoba?!" Tanya Hana tanpa basa-basi.

Oh shit!

Dia memang memanipulasi laporan perkembangan James bulan ini. Berharap jika Hana tidak mengetahui berita tentang pesta narkoba itu. Lagipula wanita itu ada di luar negeri, kecil kemungkinan dia akan menyadarinya. Namun ternyata dia salah. Hana mengetahui berita itu. Darimana dia bisa tahu?

"Ah, itu hanya kesalahan saja. James tidak sengaja ada disana ketika terjadi penggerebekan. He's clean after all, no need to worry." Brian masih bisa mengendalikan diri.

"No need to worry?! Lo gila?! Bagaimana bisa lo membiarkan James bergaul dengan para pemakai narkoba?! Lo terlalu ignorant sehingga tidak menyadari hal ini." Terdengar suara Hana menarik napas dalam sebelum berkata. "If you really can't, I'll take him back to Guam."

"No! Wait! Lo nggak-"

Telepon terputus bahkan sebelum Brian menyelesaikan ucapannya.

"Damn it!" Seru Brian kesal.

"Ada apa?" Tanya Navis menyadari kepanikan Brian.

"She knows it Nav. And she's going to take James away from me."

Ditengah kepanikannya Brian berusaha menghubungi James namun anak itu tidak mengangkat telepon. Berkali-kali dia mencoba namun tidak ada jawaban. Dia juga mengirim pesan berharap James membaca dan segera meneleponnya kembali.

"Gue nggak akan membiarkan Hana membawa James ke Guam."

■■■■■■■■

U yeah Darling Finally!!!
This is my new chapter
Hope you like it.
Please Vote and Leave your comment.
So I can improve this story

I Love You :3

Family Play [HIATUS]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang