•••present
"Hei! Mau pesen makanan dulu? Sini biar aku sekalian kalau mau," kata Hyunjin. Laki-laki bertubuh tinggi itu menatap dengan semangat yang menggebu-gebu setelah mendengar bel istirahat, selalu seperti itu.
Si gadis mengangguk mengiyakan Hyunjin, di belakang terlihat Felix yang lari ke arahnya, seolah siap menerkam Hyunjin.
"Lix, sebelum kamu aneh-aneh aku ingatin lagi ya, kalau kamu begini terus aku bilang bunda nggak usah beli sosis buat kamu lagi,"
Felix mencebik malas. "Ah, terserah lah, aku males ngomongin hal begitu, mending kita ngomongin siapa yang mau traktir!! Jin, kamu mau pesen kan? Sekalian bayarin ya? Kayaknya nggak bawa duit nih," katanya diakhiri dengan tawa baritonnya.
"Hmm, maaf Jin, kali ini aku mendukung Felix. Ayo traktir! Kan baru dapet nomornya Ryujin, kalo enggak, gak kami restui," timpal Rena mengiyakan pernyataan Felix.
"Gak! Memangnya aku ibu panti," kata Hyunjin mencebik malas seraya menggeleng-gelengkan kepalanya.
Felix berpura-pura kesal, "Jahat!"
tak ada yang lebih indah
dari mentari yang datang di pagi haritak ada yang lebih indah
dari senyummu yang terkembang pagi iniPemuda itu berjalan dengan senyumnya yang terkembang begitu cerah pagi ini. Disampingnya, jelas sudah ada antek-anteknya—siapa lagi kalau bukan Jeno, Jaemin dan Renjun—yang datang bergerombolan.
Haechan.
Bagi Rena, pemilik nama itu adalah sebuah mahakarya.
Senyumnya, adalah cahaya mentari. Membawa hangat setelah dinginnya malam. Sosoknya cerah, dia adalah karya nyata titisan surga. Begitu megah, namun sederhana.
Yang membuatnya sederhana bagi Rena, Lee Haechan dan senyumnya adalah sebuah alasan. Alasan, hanya alasan karena akan panjang jika semua ditulis. Alasan-alasan kebahagiaan, maupun penderitaan.
Haechan itu menyebalkan, tapi pokoknya segala tentang Haechan itu unik, dan menyenangkan.
Haechan mendatangi meja Rena. Rena jelas salah tingkah.
"Ren?" tanya laki-laki itu. Rena mengangguk, dalam hati sudah menjerit senang. Namun, dalam perlakuannya dia hanya mengangguk—sok—cool.
"Kayaknya, waktu itu tempat earphonemu jatuh," katanya sambil menyodorkan barang tersebut.
Mata Rena membulat, pantas saja hilang tempat earphonenya, ternyata jatuh. Rena mengangguk "Oh, terima kasih," katanya dengan ekspresi super senang.
"Makanya lain kali hati-hati. Aku duluan," katanya diakhiri senyum yang membuat Rena semakin gemetar. Kemudian laki-laki itu jalan menjauh dari meja tempat Rena dan kawan-kawan duduk.
Felix dan Hyunjin sudah diam saja. Mereka hanya geleng-geleng kepala. Sementara Rena, dia seakan terbang ke langit lapisan ketujuh. Nyawanya melayang-layang di antara awan.
Senyum Haechan kali ini nampak lebih indah, karena ia hanya tersenyum untuk Rena. Dan memikirkan hal itu membuat Rena semakin gemetar.
senyum indahmu
membuatku terbang ke lapisan
akhir langit biru inisenyum indahmu
membuatku jatuh didalamnyasenyum indahmu
membuatku tersesat
di semesta tanpa ujungAuthor's :
garing, iya tau:( ga bisa aku tuh begini.
mulmed : If Tomorrow Never Come - Ronan Keating [piano ver.]p u b l i s h e d,
11 : 02
June, 02nd 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
AMIGDALA || HAECHAN
Fanfiction𝐝𝐢𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐤𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠, 𝐚𝐤𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐫𝐢𝐧𝐭𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐤𝐞 𝐛𝐮𝐦𝐢. sebuah kisah pendek tentang gadis pengagum matahari. amigdala 01, com...