1.8 her dream, her reality

34 6 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

••• present

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

•••
present

"Sudah belum nangisnya?" Rena sedikit mengejek. Pemuda di hadapannya tidak membalas perkataannya. Ia hanya mencebik malas.

"Berisik. Awas ya kalau bilang siapa-siapa soal aku menangis!" ancamnya. Rena tertawa mendengarnya dan malah semakin tertarik untuk meledek.

"Bilang siapa ya,, Renjun? Atau hmmm, Sunwoo? Wah seru sekali nih bakalannya," ia melirik Haechan yang masih mencebik, "Hehehe, gak jadi deh, serem banget muka pangeran di depanku,"

Haechan mendengus. "Untuk kali ini kubiarkan kamu meledek. Tapi lain kali kupotong kepalamu."

Rena tertawa geli mendengarnya. Bus berhenti dan mereka segera turun di halte depan sekolahnya.

"Makasih ya, yang tadi, itu beneran berarti buatku," kata Haechan sambil berjalan seiringan dengan Rena.

Rena mengangguk, "Santai saja,"

"Oh iya," pemuda itu tersadar akan sesuatu. Rena menarapnya meminta penjelasan. "Kamu, masih hutang cerita. Harusnya yang cerita kamu!! Bukan aku!! Kenapa malah aku yang nangis!!"

"Hah? Siapa yang nangis?" Tiba-tiba pembicaraan mereka disela. Itu adalah Renjun. Huang Renjun.

Haechan gelagapan, sementara Rena tertawa saja. "Duh, kalian harusnya tidak bergaul bersama, makin gila," Renjun menggelengkan kepalanya.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AMIGDALA || HAECHAN Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang