•••
present"Sudah belum nangisnya?" Rena sedikit mengejek. Pemuda di hadapannya tidak membalas perkataannya. Ia hanya mencebik malas.
"Berisik. Awas ya kalau bilang siapa-siapa soal aku menangis!" ancamnya. Rena tertawa mendengarnya dan malah semakin tertarik untuk meledek.
"Bilang siapa ya,, Renjun? Atau hmmm, Sunwoo? Wah seru sekali nih bakalannya," ia melirik Haechan yang masih mencebik, "Hehehe, gak jadi deh, serem banget muka pangeran di depanku,"
Haechan mendengus. "Untuk kali ini kubiarkan kamu meledek. Tapi lain kali kupotong kepalamu."
Rena tertawa geli mendengarnya. Bus berhenti dan mereka segera turun di halte depan sekolahnya.
"Makasih ya, yang tadi, itu beneran berarti buatku," kata Haechan sambil berjalan seiringan dengan Rena.
Rena mengangguk, "Santai saja,"
"Oh iya," pemuda itu tersadar akan sesuatu. Rena menarapnya meminta penjelasan. "Kamu, masih hutang cerita. Harusnya yang cerita kamu!! Bukan aku!! Kenapa malah aku yang nangis!!"
"Hah? Siapa yang nangis?" Tiba-tiba pembicaraan mereka disela. Itu adalah Renjun. Huang Renjun.
Haechan gelagapan, sementara Rena tertawa saja. "Duh, kalian harusnya tidak bergaul bersama, makin gila," Renjun menggelengkan kepalanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMIGDALA || HAECHAN
Fanfiction𝐝𝐢𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐤𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠, 𝐚𝐤𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐫𝐢𝐧𝐭𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐤𝐞 𝐛𝐮𝐦𝐢. sebuah kisah pendek tentang gadis pengagum matahari. amigdala 01, com...