Disclaimer :
This story is a Fiction, pure based on author's thought. Not a real life idol story, don't take it too serious.Written in Bahasa Indonesia.
This story first published on May, 28th 2019
and republished with (a total) revision version.enjoy! >~<
ps: change your background into black, please?
thank you.
Hidup itu anugerah kata mereka. Hidup itu kebahagiaan bagi makhluk hidup, katanya.Nyatanya hidup bukan cuma kata-kata. Selalu ada koma, tanda hubung maupun titik. Membatasi semuanya sebagai tembok. Tersusun sehingga menjadi kalimat-kalimat yang membentuk paragraf-paragraf hingga menjadi cerita yang lengkap.
Hidup itu mudah kalau kamu kaya atau kamu rupawan, begitu kata orang-orang.
Tapi sekali lagi, hidup bukan cuma kata—apalagi slogan poster. Hidup itu hidup, ada gejolak di dalamnya. Ada api yang membara, ada hujan yang menerpa.
Bagiku, hidup itu tentang segalanya.
Tentang alasan-alasan untuk membenci diriku sendiri ataupun alasan-alasan untuk mencintainya. Siapa tahu, 'kan?
Ada awalan yang baik namun terkadang cerita juga dimulai dengan awalan yang buruk, kadang akhirnnya baik kadang akhirnya tidak mudah diikhlaskan. Baik buruk itu relatif buat sebagian orang, beda-beda maknanya, tergantung dari kacamata mana kita melihat.
Dari kacamata terburuk pun, kadang kita masih bisa melihat hal baik didalamnya.
Kadang aku merasa, aku tidak pantas dilahirkan. Tapi, kadang pula terlintas, bahwa pasti ada makna dibaliknya—makna kenapa aku diberi kesempatan untuk merasakan indahnya terpaan angin sore ataupun teriknya panas saat sang surya di atas kepala.
Setiap tarikan napas yang kubuat, pasti ada alasannya. Entah apapun itu, aku yakin ada suatu alasan dibaliknya. Betapa beruntungnya aku yang diberi hadiah untuk merasakan pahit-manisnya hidup.
Sejujurnya aku sering merasa kalau... aku tidak untuk hidup lebih lama. Bukan cuma tidak pantas, aku merasa aku tidak cukup kuat menahan beratnya beban yang harus kupikul sendirian. Katanya, tuhan tidak akan memberikan cobaan yang tidak bisa dilewati hambanya, tapi kurasa, kadang aku hanya ingin menyerah. Iya, aku sepesimistik itu.
Aku sadar, tindakanku sebenarnya, salah, tapi bagaimanapun manusia terbuat dari ego yang sering membutakan pikiran bahkan hati manusia. Saking seringnya, hingga manusia terbiasa dikendalikan ego. Sebenarnya, ego yang jahat atau manusia yang terlalu bodoh hingga mau dikalahkan egonya sendiri?
Pada titik ini, aku hidup, titik yang berada di antara milyaran titik di angkasa raya. Pada titik ini pula aku berharap ada seseorang yang mengerti rasanya hidup dalam belenggu rumah kaca.
Pernah dengar, belenggu rumah kaca? Ketika orang yang diluar memandang rumah kaca begitu cantik dan elegan, tak tahu bagaimana berada di dalamnya, panas dan tak bisa bernapas dengan lega.
Aku berharap akan ada orang yang mengeluarkanku dari sini, setidaknya mendengar jerit kesedihanku yang tak semua orang bisa lihat, karena mereka terlalu jauh.
Dari jutaan kehidupan, aku mengenal satu, yang kuharap ia akan mengeluarkanku dari sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
AMIGDALA || HAECHAN
Fanfikce𝐝𝐢𝐤𝐚𝐥𝐚 𝐤𝐚𝐮 𝐛𝐞𝐫𝐜𝐢𝐧𝐭𝐚 𝐝𝐞𝐧𝐠𝐚𝐧 𝐛𝐢𝐧𝐭𝐚𝐧𝐠, 𝐚𝐤𝐮 𝐚𝐤𝐚𝐧 𝐦𝐞𝐧𝐮𝐧𝐠𝐠𝐮𝐦𝐮 𝐬𝐞𝐛𝐚𝐠𝐚𝐢 𝐫𝐢𝐧𝐭𝐢𝐤 𝐤𝐞𝐜𝐢𝐥 𝐲𝐚𝐧𝐠 𝐣𝐚𝐭𝐮𝐡 𝐤𝐞 𝐛𝐮𝐦𝐢. sebuah kisah pendek tentang gadis pengagum matahari. amigdala 01, com...