Namamu memang indah. Tapi sayang, aku belum jatuh cinta!!!
~~~~Karisa POV
Hari terakhir lomba membuatku jelas bernafas lega. Bagaimana tidak,esok hari aku masih berjuang untuk kepanitiaan kemah di sekolahku. Jadi hari ini benar-benar seperti maraton.
Kami tiba di Magelang saat adzan Zuhur berkumandang. Turun dari bus dan berlomba mencari tempat yang teduh. Ini tempat yang bagus menurutku. Ada pemandangan, bangunan dan rumput yang luas. Dan yang paling menonjol adalah. Panasnya Ya Allah.
Setelah meletakkan tas, kami semua dipersilahkan untuk sholat berjamaah. Aku dan Putri berjalan bersama, karena Denis dan Eva lebih dulu pergi ke Masjid.
"Mbak gantian ya wudhunya." Putri dan aku membiasakan memanggil siapapun dengan sebutan mbak. Entah lebih tua atau lebih muda. Kami tetap akan memanggilnya mbak. Kecuali mereka meminta memanggil nama.
Ini kali ke berapa aku ke Magelang. Tempatnya begitu indah. Apalagi di Karesidenan Kedu. Tempat terakhir dari rangkaian kegiatan Lawatan Sejarah yang di selenggarakan dinas kebudayaan.
Setelah sholat Zuhur, kami di persilahkan untuk berkeliling. Aku masuk musium Diponegoro yang terletak di sisi utara. Iya itu arah menurutku.
Di sana ada bale-bale yang di gunakan untuk sholat. Ada juga tempat tidur, dan konon salah satu kursi kayu itu ada sedikit cakaran yang katanya memang cakaran seorang pangeran Diponegoro.
Setelah berpuas, kami kembali di kumpulkan. Satu tim terdiri dalam beberapa orang. Masih berasal dari satu wilayah kabupaten nya. Kami di minta untuk membuat laporan selama perjalanan dari hari pertama sampai hari terakhir.
Kami bisa memilih tempat yang teduh untuk diskusi. Kami memilih duduk di antara tiang megah beranda keresidenan kedu.
"Mbak, lihat makalahmu." Aku menepuk jidat. Semuanya tertinggal di dalam bus.
"Aku ambil dulu." Cuaca panas membuatku semakin cepat berjalan.
"Awwwww" kertas yang ku pegang semuanya jatuh berceceran. Aku menoleh, melihat ada laki-laki tinggi. Aku yakini dia adalah orang yang menabrakku.
Saat ini aku bagaikan pemeran utama dalam novel. Di tabrak dan barangku jatuh. Dan kami mengambil kertas itu bersama-sama.
"Karisa" aku menoleh, merasa asing dengan nama Karisa. Karena teman-teman lebih sering memanggilku Manda.
Aku langsung menarik kertas itu. Dan tersenyum ke arahnya. Aku tidak bisa terlalu dekat dengan laki-laki. Karena menurutku itu hanya akan membuat ku berdebar. Aku masih memperhatikan dia dari jauh.
Ia memakai baju warna coklat ketat. Tubuhnya jelas terlihat lekuknya. Bagaimana tidak,manusia setipis itu mengumbar jelas bentuk tubuhnya.
Dasar manusia. Aku yakin dia mempunyai banyak pacar. Dari baunya saja sudah tercium playboynya.
Aku kembali berjalan ke arah rombonganku. Aku tidak suka cuaca yang panas. Kulitku terlalu sensitif, sebentar lagi pasti akan mengeluarkan bintik merah dan gatal.
"Manda, kamu beli Aqua sana. Nanti kita ketikkan bagianmu." Aku mendengus karena perintah Lukman. Dia berasal dari SMA 1 . Laki-laki jangkung yang rumahnya pucuk gunung sana.
"Iya." Aku menarik semua uang. Ada lima orang yang titip.
Aku melirik ke arah laki-laki tadi yang terus memperhatikanku. Atau malah aku yang ke GRan?
Dia tersenyum lagi ke arahku. Duhai manusia tipis, kenapa denganmu?
Dia mendekat ke arahku.
"Aku tahu, matamu tidak bisa bohong saat menatapku. Aku Oscar, tolong kirim balasan untukku." Aku menerima secarik kertas dari manusia tipis itu. Ada rentetan angka dua belas digit nomor teleponnya.Dia pergi setelah pamit. Lebih tepatnya tersenyum dan berkata. "Saya duluan." Aku masih terheran-heran dan terbengong melihat punggungmu menjauh. Tubuhmu memang sangat tipis. Di tambah wajahmu yang hitam kerena sinar matahari.
Manusia tipis, kamu berhasil memporak porandakan hariku. Aku seperti pemain utama dalam novel yang sering ku baca. Lantas si pemeran utama akan pacaran dan berakhir dengan happy ending.
Tapi aku tidak tahu dengan ini, tapi aku merasa begitu tersanjung. Ah namamu begitu indah. Oscar. Arti nama mu adalah bercahaya. Sama sepertimu, bercahaya.
Tapi sayang, aku belum jatuh cinta.
🌵🌵🌵
Pelan pelan hehe
Satu demi satu di selesaikan di edit wkwkw.Revisi ini jadi Flashback banyak kenangan🤣
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi
Teen FictionHatiku berkata, aku ingin mengenalnya. Aku selalu suka semuanya, senyumnya, hidungnya. Apalagi saat jilbabnya tertiup angin dan menutup sebagian wajahnya. Diam-diam aku sering melihatnya saat bersujud dan berdoa pada Tuhannya. Ia akan terlihat semak...