Pilihan Angga

168 30 3
                                    

Sepanjang perjalanan kembali ke kesatuan pikiranku terus berkecamuk. Rasa yang sudah ku pastikan bertahun-tahun sudah mendapat titik temunya.

Hampir terbalas dan harus penuh juang. Aku tahu benteng yang membatasi ku bersama Karisa begitu tinggi. Tak bisa kami gapai dengan mudah, tapi semoga ada jalan atas rasaku selama ini.

Aku tersenyum menatap le mineral yang ia berikan untukku. Sederhana tapi penuh makna. Apalagi yang memberi yang tercinta. Ya ya ya

Namanya juga sedang jatuh cinta. Air putih saja rasanya seperti sprite yang menyegarkan.

Iya sprite menyegarkan sama seperti kamu Sa. Perjalanan malam yang sunyi di temani rintik gerimis di luar kereta. Semoga kamu sampai dan tidak kehujanan ya Sa.

Di sampingku kosong. Lumayan bisa beristirahat dengan tenang, karena esok aku harus langsung masuk dinas.

Tak apa yang penting bulan depan aku mendapat cuti tahunan. Bisa sepuasnya untuk bersama keluarga.

Kling......

Karisa
Aku sudah sampai rumah mas.

Aku tersenyum membaca pesan karisaku.

To Karisa
Ok. Aku sudah sampai stasiun Kutoarjo. Sebelum subuh sampai di Bandung.

Tak lama setelah pesan terkirim balasan muncul lagi.

Karisa
Ok mas. Barang bawaannya hati-hati ya mas. Aku mau tidur, capek banget 😫

Aku bisa membayangkan wajah Karisa saat ini. Pikiranku terus melayang, melayang dan melayang.

To Karisa
Iya ini aman. Kan hanya bawa ransel. Selamat istirahat Karisa, Love kamu 😍

Aku tersenyum geli melihat pesan yang ku kirim. Segera ku simpan ponselku. Agar tak semakin gila hidup ini.

✨✨✨

Aku langsung menancap gas dengan cepat agar sampai di barak lebih cepat. Ah tidak menancap gas, lebih tepatnya memutar gas motor Kesayanganku dari SMA.

Begitu sampai di pintu masuk batalyon aku langsung di sambut wajah lelah Ando.

"Bangun bangun bangun." Ucapku.

"Siap. Petunjuk Ndan." Aku tersenyum. Menyerahkan bungkusan oleh-oleh yang di siapkan ibu.

"Ini temen ngopi pagi. Masuk dulu mau lanjut tidur." Aku kembali naik ke atas motor.

"Siap. Terimakasih ndan." Sampai di Barak bujang aku langsung mandi. Masih ada waktu tidur setengah jam sebelum olah raga pagi.

Tapi bayang bayang Karisa begitu menghantui. Hingga terompet di Bunyikan aku belum jadi terpejam. Aku segera bersiap. Mengambil apel pagi ini dengan mood yang sangat baik.

"Kenapa kau senyum senyum Angga? Ada masalah?"

"Siap salah. Ijin kasuh?" Aku terkaget oleh suara Bang Pandu. Kakak asuhku.

"Pasti gara gara anak sma itu ya? Pasti Mbak Nara yang memberi tahu Bang Pandu.

"Siap salah kasuh."

"Kau yakin dengan perasaan mu. Kau sudah lulus lho dia masih SMA."

"Ijin Bang. Menurut saya usia hanyalah angka Bang. Ijin saya masih berjuang juga kok ini. Saya belum sepenuhnya bisa mendapatkan hatinya." Bang Pandu menepuk pundakku.

"Ijin Bang,apakah Mbak Nara cerita banyak?" Tanyaku penasaran."

"Sedikit banyak tau lah aku Ngga tentang ceritamu. Kau pun yakin juga kah dengan perbedaan yang kalian miliki." Semua orang pasti berbicara demikian.

IntuisiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang