Lega saat di batalyon aku sudah memiliki adik asuh, tidak lagi jadi junior. Kesempatan memegang ponsel juga lebih banyak.
"Iya. Semoga bulan depan mas bisa cuti terus ke Jogja ya Bu. Kalau tidak ya yang penting minggu bisa libur. Jadi mas bisa balik." Ucapku berada pada panggilan. Ibu memintaku pulang bulan depan. Sepupuku akan ada yang menikah bilan depan.
Aku baru saja keluar dari hutan. Tiga bulan lamanya. Kami mendapatkan pesiar cukup untuk sedikit bersantai.
Setelah melepas rindu lewat suara dengan ibu dan Anggi aku membuka pesan singkat ku.
Ada nama Karisa di sana. Pesan yang selama ini ku tunggu. Alisku menyatu dia sedang tidak baik saja.
To Karisa
Bisa saya telfon kamu?Tak kunjung ada balasan. Nekat saja
"Halo assalamu'alaikum." Suaranya di seberang sana terdengar.
"Eh maaf. Sore mas." Baru akan ku jawab salamnya dia sudah sadar lebih dulu.
"Hai Karisa apa kabar?"
"Baik mas Alhamdulillah. Hatinya aja yang lagi Ambyar."
"Saya tahu. Boleh saya ngomong sa?"
"Boleh mas."
"Saya tidak tahu seberapa sakitnya di posisi mu. Tapi semoga ada hal baik yang Tuhan siapkan untuk kamu. Kamu hanya cukup tersenyum sekarang. Untuk orang-orang yang tulus denganmu."
"Tapi sakit banget mas." Ku dengar suaranya yang begitu parau. Hancurnya juga sampai sini sa.
"Tahu kok sakitnya. Coba deh sa, kamu lihat langit sekarang. Dia sedang tersenyum sa. Kamu nggak malu dengan langit."
"Apa sih mas perumpamaan mu nggak masuk di otakku." Dia terkekeh.
"Sudah jangan menangis. Jangan lagi bersedih. Sebenarnya ada banyak yang ingin saya sampaikan selama bertahun-tahun kita nggak komunikasi. Tapi rasanya sekarang nggak pas kalau lewat telepon. Boleh kamu kirim alamat rumah untuk aku mengirim sesuatu dari sini. Mungkin akan membantu kita yang sedang berteman dengan jarak."
"Ya Allah apa to mas. Oke nanti di kirim ya."
"Senyum ya sa. Jangan nangis, ada banyak hal untuk menjadi alasanmu tersenyum." Termasuk aku batinku dalam hati.
"Iya makasih Mas Oscar, mas apa kabar?" Tanyaku.
"Puji Tuhan baik Karisa baru keluar hutan latihan. Hehe."
"Oh gitu, sekarang dinas dimana?"
"Aku dapat penempatan Bandung dek. Kamu gimana sekarang."
"Kerja mas. Eh aku tutup ya, udah mau maghrib. Nanti aku kirim alamatnya ke Mas Oscar. Selamat sore mas. Makasih udah buat aku sedikit senyum."
"Pasti, karena kalau kamu senyum dunia ku pasti berwarna." Panggilan sudah terputus. Dan pasti indah jika senyummu mewarnai semua hariku Karisa.
Aku tersenyum. Membuka buku Coklat yang ia berikan kepadaku. Masih tersisa dua halaman ternyata.
Halooo Karisa...
Sudah berapa purnama aku tak menulis. Dan lebih lagi, ini adalah halaman terakhir dari buku pemberianmu...
Aku benar menggunakannya untuk menulis segala lelah dan kebahagiaan ku.
Sa, hari ini begitu membahagiakan...
kamu kembali hadir di hidup saya. Senja hari ini tersenyum untuk saya.....Kemarin saya sudah berdiskusi dengan hati saya....
tentang perasaan ini mau saya bawa kemana labuhnya....Karisa Amanda, nama yang indah yang selalu saya sebut dalam doa pada Tuhan.
Kamu membuat saya tertarik, rindu... seperti tulisan tulisan sebelum ini... jika kamu baca halaman sebelumnya pasti kamu mengira saya ini pemain wanita....
Tapi mungkin ini saat yang tepat...
Lewat tulisan ini, izinkan saya menjadi obat lukamu...
Izinkan saya masuk ke dalam hatimu menempati sedikit ruang kosong yang sudah hancur.Dengan segenap hati saya ingin menjadi obat luka mu sa. Saya ingin menggenggam erat tanganmu walau dalam jarak.
Saya ingin kamu sembuh. Tidak lagi menangis...
Kamu tahu betapa hancurnya saya tadi, mendengar suara parau mu. Hancur hati saya sa....
Jadi izinkan saya melukiskan warna baru di hidupmu... sebagai seorang laki-laki dewasa....
Izinkan saya menyembuhkan lukamu...
izinkan saya masuk dan memiliki hatimu...Terima kasih Karisa, ini senja yang indah yang saya lihat. Kamu kembali dengan senyum di bingkai hati saya. Biarkan ini jadi penutup cerita kehidupan saya di buku pertama yang kamu berikan.
Bulan depan saya kembali ke Jogja, saya harap kamu temui saya ya sa. Saya akan ceritakan indahnya memantapkan cinta saya ke kamu selama ini....
Salam hangat dan penuh cinta.
ANOP ❤️Aku menutup buka itu. Membungkusnya dengan plastik hitam agar cepat sampai ke tangan pemiliknya.
Aku tersenyum, melihat senja dari balik jendala ini.
Ini akan jadi tempat favoritku melihat senja sa. Karena di sini semua semakin terasa dekat.
Note :
Selamat membaca cerita ini teman teman. Menulis cerita ini membuat saya senyum. Iya senyum senyum terus hehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Intuisi
Teen FictionHatiku berkata, aku ingin mengenalnya. Aku selalu suka semuanya, senyumnya, hidungnya. Apalagi saat jilbabnya tertiup angin dan menutup sebagian wajahnya. Diam-diam aku sering melihatnya saat bersujud dan berdoa pada Tuhannya. Ia akan terlihat semak...