[6] kedatangannya

437 68 0
                                    

"Jilan," Panggil Hanin,

"Iya, kenapa Nin?"

"Tama... ada kasih tau kamu, gak?"

"Kasih tau, apa?"

Hanin diam,

"Hanin?"

"Eh–itu, Katanya Tama,"

"Kenapa? Dia titip kamu ke aku, lagi?"

deg

"I-iya,"

Jilan tersenyum disana, Walaupun hanin tidak melihatnya,

"Yaudah, Besok aku jemput seperti biasa ya?"

"Beneran–gapapa?"

"Gapapa kok, Malah seneng hehe."

"Kok seneng, sih?!" Protes Hanin,

"Gapapa, Goodnight Hanin, Dah."

"Dih, Apa–" Tutt tutt

Sial, Telepon sudah dimatikan oleh Jilan secara sepihak. Padahal Hanin belum selesai bertanya.

Hanin dan Tama tidak ada kontakan setelah pesan terakhir dari Tama itu. Entah, Hanin enggan membalasnya.

Jujur, Hanin tidak mengerti dengan sikap Tama, Baru saja sehari Hanin berbahagia dengan nya, nyatanya ekspektasi Hanin terlalu tinggi untuk mendapatkan perhatian Tama layaknya seorang prioritas.

"Hanin," Panggil Papa, Hanin hanya menengok, "Pacarmu siapa? Papa mau tau," Saut Papa,

"Buat apa?" Tanya Hanin, "Nanti bawa dia kesini, Papa mau kenalan." Lanjut Papa,

Tama? diajak kesini? bertemu Papa? Hubungan mereka sedang tidak jelas, Bagaimana ia bisa membawa Tama kehadapan Papa nya?

💔

06.25 AM

LINE!

Jijilan
|Nin, Dibawah.

Seketika Hanin melihat kearah Jendela bawah, dan Ya! Jilan sudah berada disana dengan senyuman khasnya.

"Ma, Hanin berangkat!" Saut Hanin turun tangga, "Eh–gak sarapan dulu?" Cegah Mama Irena,

Hanin menggeleng, "Jilan udah nunggu diluar. Hanin berangkat, ya." Baru saja Mama nya ingin membalas ucapan Hanin namun telat, Hanin sudah lebih dulu pergi meninggalkan Mamanya.

Puk!

"Ayo!" Saut Hanin, Namun Jilan malah menatapnya, bukan menyalakan mesin motornya.

Yang ditatap merasa bingung, "K-kenapa?" Gugup Hanin, "Belum sarapan, Pasti." Saut Jilan yang dibalas cengiran oleh Hanin.

"Mau sarapan disini atau di kantin?" Tanya Jilan, Hanin menggeleng. "Kantin? Oke." Lanjut Jilan sembari menyalakan mesin motornya.

"Lan, Kok motor Tama udah ada, ya?" Tanya Hanin melihat motor Tama terparkir rapih dihalaman sekolah,

Jilan mengangkat bahu Tidak tahu, "Ayo, Sarapan." Tarik Jilan kepada Hanin menuju Kantin.

Sesampainya mereka di kantin, Hanin terdiam dan menghentikan jalannya. Jilan menatap Hanin, Dan mengikuti arah pandang Hanin yang mengarah kepada–Tama dan seorang wanita yang Hanin tidak ketahui. Bukan, Bukan Rayna.

[✓] PRIORITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang