[7] jilan si penghibur

437 78 3
                                    

1 bulan berlalu...

Seperti biasa, Hanin berangkat bersama Jilan. Dan Jilan pun tidak merasa terbebani, Ia justru senang.

"Oiya, Lan. Pulang sekolah free, gak?" Tanya Hanin, Jilan mengangguk. "Free sih, Tapi ada futsal dulu, Kenapa?" Jawab Jilan,

"Futsalnya lama, gak?" Tanya Hanin lagi, "Sekitar, 1 jam." Jawab Jilan.

Hanin mengangguk-angguk, "Temenin ke Gramedia, boleh?" Pinta Hanin, Jilan tersenyum lalu mengangguk,

"Kenapa gak bilang? Yaudah, Gausah futsal deh, Langsung anter aja." Ucap Jilan yang segera Hanin menggeleng,

"Eh, Gausah! Kamu futsal aja dulu, Baru temenin aku. Nanti aku tungguin kamu aja,"  Jawab Hanin,

Jilan mengangguk, "Gapapa? Gak kelamaan?" Tanya Jilan, Hanin menggeleng,

"Gak, kan aku yang minta, Jilan!" Jawab Hanin,

Dengan refleks pun Jilan mencubit pipi Hanin dengan gemas, "Aw! Sakit, ih!" Jawab Hanin sembari menyingkirkan tangan Jilan dari Pipinya.

Jilan terkekeh, "Maaf, hehe. Masuk duluan sana," Titah Jilan,

"Loh, emang kamu mau kemana?" Tanya Hanin, "Mau ke toilet dulu sebentar, gih sana." Jawab Jilan,

Hanin mengangguk, "Jangan telat loh! Duluan, ya!" Ucap Hanin pergi menuju kelasnya, dan Jilan menuju toilet.

Terdengar suara gaduh dari arah koridor yang terdengar oleh Hanin,

"Tama, putusin pacar kamu itu–"

Oh, ternyata Tama dan Shakira.

"Apasih Sha, Gaakan." Potong Tama, "Tama! Kamu itu tunangan aku, Ngapain kamu masih pacaran sama dia, sih?" Kesal Shakira.

"Aku emang tunangan kamu, Tapi kamu gak berhak urusin hubungan aku sama dia," Jawab Tama,

"Berhak. Aku tunangan kamu, dan calon istri kamu nanti, Aku gasuka Tama! Aku cemburu. Setiap hari kamu ngomongin dia terus," Decak Shakira.

"Mau kamu tuh apa sih, Sha?" Tanya Tama, "Kamu, Mau kamu jadi milik aku seutuhnya!" Jawab Shakira.

Tama menghela Nafas kasar, "Oke, Itu mau kamu aku lakuin. Tapi ngga buat putusin dia," Final Tama.

Hati Hanin mencelos, Ternyata ini benar-benar waktunya untuk mundur.

Baru saja ia ingin beranjak dari sini tetapi,

duk

Hanin menabrak tong sampah.

Sontak kedua insan disana pun peka terhadap apa yang barusan terjadi dan melihatnya, Yang menampakkan Hanin disana.

"Hanin?" Saut Tama, Hanin mendongak. "I-iya," Jawab Hanin gugup.

"Nin, maaf." Kata Tama, Hanin tersenyum, "Gapapa, Duluan." Final Hanin meninggalkan mereka berdua.

"Jadi, Pacar kamu itu Hanin?" Tanya Shakira, Namun bukannya Tama menjawab ia lebih memilih meninggalkan Shakira dan menuju ke kelasnya.


"Loh, Kamu darimana?" Tanya Jilan saat Hanin sampai dikelas,

"H-hah? Gak dari mana-mana," Jawab Hanin masih dengan senyuman tulusnya.

Jilan menatap Hanin datar, "Nin," Panggil Jilan, "Ih, iyaiya! Nanti dikasih tau," Jawab Hanin.

Hanin lemah jika Jilan sudah begitu. Ia hanya bisa berkata sejujur-jujurnya kepada Jilan.

Tidak lama kemudian Tama dan Shakira masuk kedalam kelas dan Jilan menatap Tama datar. Ia tahu jika Hanin begini karena Tama.

Selain itu tatapan tajam pun tertuju kepada Shakira yang dikeluarkan oleh Jilan, Mungkin Jilan pikir Shakira juga penyebab Hanin begini.

Jilan menghampiri meja Hanin dan Helena lalu berkata, "Na, boleh pindah duduknya? Hari ini Hanin duduk bareng gue, ya? Boleh?" Tanya Jilan yang diangguki Helena,

Helena mengerti, Dan ia pun tahu jika Jilan sangat dekat dengan Hanin. Dan Helena pun pindah menuju tempat duduk Jilan yang dimana ada Kamal disana.

"Kamu ngapain, sih? Kenapa pindah kesini?" Tanya Hanin heran kepada Jilan,

"Gapapa, gaboleh ya?" Tanya Jilan yang langsung digelengi oleh Hanin.

"Nin, Kasih tau coba. Kamu kenapa?" Lanjut Jilan yang membuat Hanin terdiam.

"Hanin? Gamau, ya? Ok–"

"Eh, engga gitu!" Potong Hanin cepat,

"Lan, Janji ya?" Pinta Hanin, "Janji, buat apa?" Tanya Jilan,

"Ih, Janji dulu!" Lanjut Hanin, Yang segers diangguki oleh Jilan, "Iya iya, Janji." Jawab Jilan.

"Tama udah tunangan." Ucap Hanin sepelan mungkin,

"Hah? Sama siapa?" Tanya Jilan, "Shakira," Lanjut Hanin.

"Tama bilang, Tama udah jadi milik Shakira seutuhnya, tapi dia gamau putusin aku." Lanjut Hanin lagi,

Tangan Jilan mengepal, dan ancang-ancang untuk berdiri, Namun ditahan Hanin. "Lan, Jangan." Cegah Hanin,

"Tapi, Ni–"

"Kamu udah janji. Aku gasuka kamu kayak gitu. Lan, Gausah." Jawab Hanin, Jilan Luluh pada ucapan wanita yang kini didepannya dan yang sedang ia cintai dan ia sayangi.

"Oke, Tapi kamu jangan gini. Aku juga gasuka kamu gini." Jawab Jilan.

"Iya iya! Udah ah, Sana pindah lagi." Titah Hanin namun Jilan menggeleng sebagai balasannya,

"Dih, Ngusir." Jawab Jilan sambil mencubit pipi Hanin, Lagi.

Ternyata, Diujung sana ada Tama yang sedang menatap Hanin dan Jilan datar. Iya, Tama cemburu melihat Jilan dengan Hanin disana. Tapi ia tidak bisa berbuat apa-apa, Karena kini disampingnya ada Shakira, Wanita pilihannya untuk masa depan nanti.

"Jilan! Dicubitin terus, ih!" Protes Hanin namun Jilan hanya terkekeh sebagai jawabannya.

💔

Bel sudah berbunyi, dan kini Hanin dan Jilan sedang didepan kelas,

"Mau nunggu disini atau di pinggir lapangan?" Tanya Jilan, "Di pinggir lapangan aja," Jawab Hanin.

"Yaudah, Ayo." Ajak Jilan, Namun Hanin masih diam, "Duluan, Mau ke kantin dulu bentar!" Jawab Hanin pergi berlari kearah Kantin, Jilan yang melihat itu hanya bisa bersabar, bersabar untuk tidak menikung temannya.

"Ngapain? Kok bawa air?" Tanya Jilan melihat Hanin datang, "Buat kamu, lah." Jawab Hanin,

"Tumben." Ucap Jilan, "Aduh! Ampun!" Decak Jilan saat Hanin mencubit lengannya.

"Udah sana, Jangan lama-lama!" Surung Hanin kepada Jilan, Jilan hanya mengangguk lalu mengusap kepala Hanin Sebentar dan pergi menuju lapangan.

💔

"Ayo, Nin." Ajak Jilan, Hanin mengangguk dsn berdiri, "Lama ya? Maaf deh," Lanjut Jilan, Hanin menggeleng,

"Gapapa, Kan aku yang mau." Jawab Hanin,






























Dan kini mereka sudah ada dipusat perbelanjaan kota, Dan rencananya mereka berdua akan bersenang-senang disini.

Lan, Boleh aku minta tolong? Tolong buat aku suka kamu dan lupain Tama.

💔

sei, 2019

[✓] PRIORITASTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang