"Kalian kenapa sih? Ngapain Papa kesini? Ngga ada perlu kan? Mau apa?" Lontaran kata-kata Hanin kepada Ayahnya ini,
"Coba denger, Anak kamu aja gini. Dan kamu masih salahin aku karena Hanin yang kayak gini? Coba instrospeksi diri sendiri, Udah baik? Udah bener?" Saut Mama Irena,
"Apasih, Salah mas dimana? Apa hal yang buat Hanin kayak gitu, Gaada. Ini emang semua salah ka?–"
"Engga. Hanin gini karena Papa, Dari mulai Papa yang suka nyakitin Mama, Selingkuhin Mama, Bohongin Mama sama Hanin dan lainnya. Jangan pernah salahin Mama kalau sikap Hanin gini. Ini murni kesalahan Papa, Dan kayaknya Hanin lahir aja kesalahan Papa, ya? Sampe Papa nikah sama Tante Jovita. Iya?" Potong Hanin,
"Hanin tau, Hanin engga ada artinya buat Papa. Hanin ngerti, kenapa Papa jarang dirumah. Karena Papa punya rumah kedua kan? Oh, bahkan rumah kedua Papa disini. Disana pertama, Iya? Hanin juga ngerti posisi Hanin sama Shakira beda, Kalau kita sama-sama anak Papa.–"
"–Shakira lebih disayang Papa, Disayang Mamanya juga. Hanin ngga minta disayang Papa, Hanin punya Mama sama Bang Wisnu. Hanin cuman minta Papa ngga kasar sama Mama, Dan cerain Mama." Jelas Hanin.
"Hanin,"
"Engga Pa, Ini kemauan Hanin. Hanin Capek liat kalian berantem terus, Itu aja."
"Udah, Kasian Hanin. Sampe kapan mau ribut terus? Ngga ada niatan diselesain aja?"
"Bang Wisnu?" Saut Hanin,
"Nin, Masuk kamar." Titah Bang Wisnu.
Hanin sekarang berada dikamar. Hanin ingin pergi, Ingin menenangkan diri, Hanin Capek.
Hanin sudah bersiap pergi dari sini untuk beberapa hari. Entah kemana nya, Ia ingin kemanapun yang ia merasa itu tenang.
"Bang, Hanin pamit mau pergi keluar. Nanti Hanin hubungin abang lagi." Saut Hanin,
"Hati-hati, Nin. Kalau ada apa-apa hubungin abang."
"Halo, Jilan."
"Halo, kenapa Nin?"
"Boleh–jemput aku dihalte depan komplek?"
"Oke, tunggu."
"Makasih, Hati-hati!"
"Iya, Sebentar."
TuttTutt
💔
"Hanin."
"Jilan!" Seru Hanin berhambur didekapan Jilan, Entah saat ini yang ia butuhkan dekapan hangat dari seseorang.
"Hanin, Kenapa?" Bukan menjawab Hanin hanya menggelengkan kepalanya yang menurut Jilan itu menggelikan.
"Lan, Boleh minta satu permintaan?"
Jilan mengangguk. "Temenin jalan-jalan ya? Hehe." Pinta Hanin,
Jilan mengangguk dan tersenyum, "Ayo!"
💔
"Oiya, Lan. Besok kayaknya aku ngga sekolah deh,"
"Kenapa?"
"Gatau, Ngga mau pulang kerumah."
"Ribut lagi?" Tanya Jilan yang diangguki oleh Hanin,
Jilan mengusap rambut Hanin, "Yaudah gapapa, sekarang mau pulang kemana?" Tanya Jilan,
Hanin menggeleng,
Drrttt
"Halo, Nin."
"Iya, Kenapa bang?"
"Malem ini gausah pulang ya? Kamu nginep dirumah Bang Juna aja."
"Gapapa emang, bang?"
"Gapapa, Abang udah bilang barusan."
"Yaudah, Makasih bang."
"Yaudah, Hati-hati. Nanti abang susul kesana."
"Iya, bang."
Tutt Tutt
"Siapa, Nin?"
"Bang Wisnu."
"Loh, Udah pulang?"
Hanin mengangguk, "Udah. Tadi tiba-tiba ada dirumah."
Jilan hanya mengangguk-angguk, "Yaudah, Sekarang pulang kemana?"
Hanin tersenyum, "Anterin ke rumah bang Juna, ya?"
Jilan mengangguk, "Siap, Tuan Putri!"
"Apasih, lan!"
💔
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.