Mereka adalah pusat perhatian sejak dulu. Atensi sekeliling yang selalu mudah diambil alih, hanya dengan menampakan diri. Si gadis penguasa kampus cantik yang aura-nya bisa membuat orang terpaku. Pula si pemuda impian yang tampannya sulit diukur akal sehat.
Mereka memang terlalu sulit untuk dihiraukan.
Dan kini, tolong bayangkan, jika masing-masing pesona mereka digabungkan. Seolah mengelak fakta, bahwa mereka adalah musuh abadi yang tak tertahankan.
"Udah gue kira bakal jadi pusat perhatian gini, kan." gumam Jennie kesal ketika orang-orang menatap dirinya heran.
Taehyung hanya menoleh singkat. Mereka sudah sampai di kampus. Baru menginjakkan diri pada aspal di kawasan parkir. Matahari sudah memperlihatkan kuasanya.
"Biarin aja, sih. Repot banget lo ngurusin pemikiran mereka." acuh Taehyung.
Jennie menghela napas. Baru ingin melayangkan protes namun hal tersebut hanya sampai pada ujung lidah. Gagal. Terhalang ucapan orang lain.
"Woah! Demi apa kalian satu mobil bareng?!"
Park Sialan Jimin.
Taehyung lantas menindas tulang kering milik sang sahabat. Membuat si empu meringis kesal. "Argh, jangan di tendang juga lah, tolol!" suntuk Jimin.
Jennie mendengus. Ini bukan area seorang Jennie Dorabell Kim. Ia merasa asing, karena jelas, dirinya tak ada urusan dengan Taehyung maupun Jimin.
Namun, baru saja ia hendak berbalik untuk menghindari, tiga orang gadis yang sangat ia kenal berjalan heboh ke arahnya. Memperlihatkan wajah tanda tanya yang mereka tunjukan pada Jennie.
"Jennie! Lo.. dianterin sama dia?!"
Jennie terdiam, Lisa berisik sekali.
"Jen, lo masih sehat, kan?!"
Jisoo menyebalkan.
"Lo nggak kena kekerasan, kan? Nggak ada luka, kan, Jen?!"
Kini Jimin yang memandang jengah ke arah Rose. Melipat tangan di dada, terkekeh sinis. "Taehyung nggak psikopat. Jangan asal ngomong." sahut Jimin.
Oh jelas, ia tidak suka saat dimana sahabatnya direndahkan. Hal tersebut seolah mengusik batin Jimin. Orang-orang seperti itu hanya melihat penampilan luar hingga tidak tahu kejadian di dalam.
Rose memutar bola mata malas. "Nggak asal ngomong, kok. Mereka kan dari awal juga musuhan. Gue khawatir, Jennie dikasih perlakuan yang buruk sama Taehyung!"
"Oh, nggak kebalik, ya?" balas Jimin.
Jennie menghembuskan napas.
"Rose, gue nggak--hachim!"
"Wait, kan, lo kenapa?" Rose panik. Pun Lisa dan Jisoo yang turut menperhatikan Jennie.
Jennie yang tidak kunjung menjawab membuat Taehyung menghela napas. Melipat tangan di dada, tak basa-basi kembali menuju pada pintu mobilnya dan mengeluarkan sweater abu-abu miliknya.
Meletakkannya pada jemari milik Jennie. Wajah Taehyung serius sekali entah karena apa.
"Jadi orang jangan keras kepala. Baju lo masih basah. Hidung lo kesumbat, terus kedinginan. Lo perlu baju yang tebel." ujar Taehyung agak kesal.
Sejak tadi, pemuda itu memperhatikan sebenarnya. Jelas sekali. Gadis itu masih dalam kondisi yang kurang baik. Jennie memang sempat menolak kembali sweater milik Taehyung. Mengembalikan kepada sang empu karena mengaku sudah lebih baik.
Membaik bagaimana?
"Pake!" perintah Taehyung.
Menatap Taehyung tajam, Jennie ikut terpancing. "Jadi orang jangan suka maksa! Gue bilang enggak, ya enggak!" sungut Jennie.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADIGMA
Fanfiction[ Completed ] Ada satu titik dimana ia merasa begitu beruntung, mempunyai segala yang orang lain tak punya. Namun, ada satu titik pula ia merasa begitu sial, tak ingin melanjutkan hidupnya. Ia ingin kebebasan, sebuah fatamorgana yang hanya bisa ter...