Kali ini—masih soal kecewa. Sudah terlalu lama terpendam, hingga ketika muncul, terkuak hingga titik terdalam. Memang, masalah hati siapa yang bisa berbohong? Janji manis seolah basi, diikuti iming-iming pembohongan dan gadis itu belum siap kembali.
"Halo—"
"Halo, Jennie? Jennie kamu dimana, Nak? Kamu baik-baik saja, kan?"
Pertanyaan beruntun. Terdengar kecemasan. Menyebabkan satu helaan napas terdengar. Si pemilik helaan, bukanlah gadis yang dimaksud lelaki dewasa di seberang sana. Sama sekali bukan.
"Maaf, Om. Saya bukan Jennie. Saya Kim Taehyung, apa Om ingat?"
Kim Taehyung—tengah menelepon Jackson ayah Jennie—dalam situasi yang disetujui langsung oleh gadis itu.
"Ah, kamu. Iya, Om ingat," tutur Jackson sedikit mendengus.
"Lalu Jennie anak saya dimana? Kamu bersamanya? Iya?"
Taehyung mengangguk meski tahu Jackson tidak melihat, beralih melirik presensi dua seorang gadis yang juga menatap ke arahnya. Terkhusus si pemilik mata kucing yang tengah menatapnya penuh harap.
"Iya, Jennie bersama saya, Om. Kami sedang di rumah Lalisa," tutur Taehyung.
Taehyung dengar, ada helaan napas lega di sebrang sana. "Syukurlah, Lalisa si poni pendek itu, kan? Sahabat Jennie?"
"Iya, Om. Bener banget."
Ada kerutan tak mengerti yang dilayangkan dua gadis disana. Jennie dengan ejaan bibirnya bertanya; Kenapa. Sedangkan Lisa hanya menatap Taehyung penuh tanya.
"Kalau begitu, bisa Om berbicara dengan Jennie? Ada yang harus Om selesaikan, Taehyung. Om mohon, Nak."
"Om maaf—"
"Kenapa, Taehyung?"
"Jennie belum bisa bicara dengan Om. Tapi satu yang pasti, anak gadis Om aman dengan kami. Nanti akan menginap di rumah Lalisa, Om."
Jackson memejamkan mata selagi memijat pangkal hidungnya, "Sedikit saja. Om ingin bicara dengannya, Tae. Tolong. Tolong bujuk Jennie—waktu itu kamu bilang kalian berpacaran, kan? Bujuk pacarmu itu, Tae."
Taehyung menghembuskan napas pelan. Menjauhkan telepon genggam itu dari telinga selagi menutup akses suaranya.
"Jennie, bokap lo mohon ke gue."
"Tae, lo tahu kan masalahnya kayak gimana?"
"Serius, Jen? Bokap lo merasa bersalah banget kayaknya."
Jennie menghela napas, "Belum bisa, Tae. Bilang besok gue pulang. Tapi, nggak usah dijemput sama Papa."
Taehyung tidak berdaya menolak, pemuda itu mengangguk pasrah. Lalu kemudian kembali menempelkan ponsel ke telinga. "Halo, Om? Masih disana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADIGMA
Fanfiction[ Completed ] Ada satu titik dimana ia merasa begitu beruntung, mempunyai segala yang orang lain tak punya. Namun, ada satu titik pula ia merasa begitu sial, tak ingin melanjutkan hidupnya. Ia ingin kebebasan, sebuah fatamorgana yang hanya bisa ter...