Berisi 2700+ kata. Satu rekapitulasi rasa yang selama ini ingin sekali aku bagikan untuk akhir kisah mereka. So, happy reading, guys!💜
•••
Pukulan kepala ringan dilayangkan, pun menyumpah atas hal bodoh yang dilakukan sahabatnya. Ditemani cahaya ruang tengah bersama seluruh napas yang dirasa lelah, pemuda bersurai hitam pekat itu berdecak kesal. Bertolak pinggang dengan tatapan menuntut pada pemuda lain yang tengah menutup wajah dengan telapak tangan—nyaris frustasi.
"Sinting. Gila. Nggak ngerti lagi gue sama lo!" sungut Jimin.
Taehyung mendengus, membuka telapak tangannya. Lantas mengambil bantal pada sofa dan melemparnya ke arah Jimin. Sungguh, ia hanya butuh satu solusi pemecah masalah, bukan ilusi pemecah kepala.
"Gue butuh bantuan lo, Jim, bukan omelan!"
"Ya lo tahu artinya tolol nggak?! Itu elo, Tae! Total bodoh."
Lagi-lagi, hela napas dilayangkan Taehyung, matanya menunduk gemetar, was-was. Duduk dengan jemari terkantup menumpu di atas lutut. "Jim, gue takut dia nggak bisa ngertiin alasan kelakuan gue di aula tadi. Hah, terkutuklah otak bodoh gue!"
Baru menyadarinya, Kim?
Apartemen milik pemuda Park, menjadi satu-satunya tujuan yang ditumpu oleh Taehyung. Banyak sekali hal yang membuat Taehyung memilih kemari, salah satunya presensi Jimin yang awalnya ia harap dapat memperbaiki keadaan. "Gue kesini buat minta saran, gue nyaris frustasi, ngerasa lemah cuma karena hal ini, padahal gue cowok! Wajar nggak sih?"
Jimin menghembuskan napas kasar, memutar bola mata malas.
"Nggak wajar kalau lo ngerasa biasa aja setelah cewek lo ngomong begitu. Kalau lo masih sadar, ya bagus, masih waras lo ternyata. Meski nggak sepenuhnya."
"Terus, gue harus apa?"
"Ya jelasin, apa lagi?"
Taehyung menatap Jimin layu. Sial. Semangat yang selama ini melekat pada diri Taehyung, seolah hilang menguap bersama udara. Dan hal tersebut, membuat Jimin sedikit-banyak merasa iba.
"Kalau dia nggak percaya, gimana? Sumpah demi apapun, gue nggak ada niat main belakang sama cewek lain."
Jimin mendengus tertahan, "Cowok bukan lo?"
"Perlu banget gue jawab? Bahkan, lo bisa lihat gue udah sedewasa ini!"
"Satu hal, Jennie bukan cewek bodoh. Perkiraan gue, harusnya dia bisa nerima alasan lo. Paling nggak, bisa ngerti keadaan." Ada hela napas berat, Jimin layangkan.
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADIGMA
Fanfiction[ Completed ] Ada satu titik dimana ia merasa begitu beruntung, mempunyai segala yang orang lain tak punya. Namun, ada satu titik pula ia merasa begitu sial, tak ingin melanjutkan hidupnya. Ia ingin kebebasan, sebuah fatamorgana yang hanya bisa ter...