Note : Nanti ada pict pesan antara Taehyung dan Jennie. Happy reading!💜
•••
Setelah hari dimana Taehyung mengantar Jennie pulang, hubungan keduanya semakin membaik. Universitas gempar, bersamaan dengan sekian banyak hati yang patah—gadis atau pemuda impian mereka telah dimiliki orang lain. Namun tak sedikit pula yang mendukung, menjahili lewat tagar yang sontak menjadi berita teratas selama satu minggu penuh seantero gedung.
Bukti kemustahilan itu hanya fatamorgana sedangkan pepatah benci menjadi cinta itu sebuah realita. Dunia seolah bercerita mengenai dua makhluk dengan pamor tinggi kini menjadi satu dalam rasa.
"Gila! Demi apa Kim Taehyung sama Jennie Dorabell Kim jadian?!"
"Sejarah mutlak. Tercatat hitam di atas Putih. Benci jadi cinta itu ada, guys!"
"Sakit hati sumpah, masa dulu musuhan sekarang jadiaaan?!"
"Mampus kan duo manusia impian jadi satu! Mau apa kalian yang cuma gumpalan tissue basah, hah?!"
"Dua-duanya ahli debat. Itu pacar apa partai, bos?"
—Itulah sebagian dari sekian banyaknya tanggapan yang diberikan mahasiswa lainnya saat mengetahui mereka menjalin hubungan.
Taehyung tidak peduli. Toh, yang ia dengar hanya ocehan.
Sedangkan, Jennie memilih tuli. Sebab, sesembrono apapun penggemar Jennie, tidak akan semenyakitkan ini hingga sanggup berkata,
"Jual apa lo ke Taehyung sampai dia mau sama lo? Diri? Murahan, bodoh! Taehyung mana mau sama cewek yang jadi musuh bebuyutannya!" ucap salah seorang gadis yang tidak terima Taehyung dimiliki Jennie.
Sialnya, Jennie total tolol karena mendengarkan ucapan tersebut. Bertanya soal Taehyung? Pemuda itu tidak tahu apa-apa. Jennie sempat beradu mulut, bahkan adu tarikan rambut dengan si pemilik ejekan. Jelas gadis Kim itu tidak terima. Hei, ia ini masih memegang kuasa universitas. Camkan itu.
Namun, entah bagaimana ceritanya, setelah melumpuhkan lawan dengan siraman air mineral, Jennie meminta Rose—yang notabene saksi mata—untuk tidak memberitahu siapa-siapa. Terutama Taehyung. Bukan maksud menyembunyikan lagaknya yang sok penguasa, namun lebih kepada ucapan gadis asing itu. Jennie nyeri. Harga dirinya diinjak secara gamblang. Dan Taehyung tidak perlu tahu itu.
Tidak ingin merepotkan, sebab Taehyung punya segudang tanggung jawab minggu ini. Acara tahunan universitas, Taehyung dipilih sebagai Sie Acara. Komunikasi dengan Jennie—hampir hanya berupa via suara atau teks.
"Seminggu jadian lo deket udah kayak perangko. Di minggu kedua, kenapa mendadak lepas gini? Nggak niat datangin Taehyung?" tanya Lisa sebab tahu aura Jennie yang meredup.
"Takut ganggu, Lis. Lagipula rapatnya padet banget karena deadline yang hampir dekat."
Lisa menghela napas pelan. "Ya lo datangin kasih semangat. Sebelum rapat, lo bisa bawa makanan ke dia. Cowok seneng kok kalau diperhatiin sama cewek. Apalagi ceweknya sendiri."
Jennie terdiam, menelungkupkan kepala pada meja kelas. Di minggu ini, baru dua kali dari lima hari ia bertemu dengan sang kekasih. Sesibuk itu. Kelas yang diikuti pun mendadak sering berbeda. Selesai kelas, kekasihnya itu berlanjut pada rapat.
"Tapi malu. Disana banyak temen Taehyung."
"Biasanya juga nggak tahu malu lo!"
Jennie mendengus mendengar ucapan Lisa. "Kurang ajar! Lo tahu Lis—malu yang ini tuh beda—"
KAMU SEDANG MEMBACA
PARADIGMA
Fanfiction[ Completed ] Ada satu titik dimana ia merasa begitu beruntung, mempunyai segala yang orang lain tak punya. Namun, ada satu titik pula ia merasa begitu sial, tak ingin melanjutkan hidupnya. Ia ingin kebebasan, sebuah fatamorgana yang hanya bisa ter...