Bab 20 - Kecewa

6.1K 1K 189
                                    

Sudah tiga hari jika dihitung dengan jari. Sejak candaan itu terlontar, seperti ada sekat yang tak kasat mata jika mereka bertemu. Lelucon soal tambahan kata 'sayang' menjadi satu-satunya alasan mengapa salah satu dari mereka memilih menghindar. Si gadis, yang takut menyelami lebih dalam rasa itu, memilih membuat bentengnya sendiri. Acuh pada si pemuda, yang jelas keheranan.

Kim Taehyung heran.

Juga ... rindu.

Tidak apa jika mendapat celoteh pun makian dari Jennie. Taehyung rela. Asal jangan menganggap bahwa keberadaan Taehyung ini tidak ada. Jangan diacuhkan.

"Jim, dia kok kayak ngehindar, ya?" ujar Taehyung menoleh pada kursi yang Jimin duduki. Bertempat pada kelas, yang penghuninya bersiap pulang.

Sambil menyampirkan ransel hitam di bahu, Jimin menaikan alis bingung. "Siapa?"

"Ya lo tahu lah. Nggak usah sok lugu deh."

"Ckckck. Musuh abadi lo itu?"

Tebakan Jimin, mendapat anggukan dari Taehyung. Jimin sendiri terkekeh remeh. "Lo udah beneran suka sama dia?"

Taehyung melirik, dimana presensi Jennie yang punggungnya sudah hilang di balik pintu bercat putih gading kelas mereka. "Nggak tahu. Tapi sumpah, gue ngerasa banget dia kayak ngehindar. Emang candaan gue hari lalu keterlaluan, ya? Itu cuma guyonan doang, Jim."

Jimin memutar bola mata.

"Dia ilfeel kali sama lo. Belum deket udah main sayang-sayang-an."

Botol air mineral yang sudah habis isinya itu sontak melayang menuju pelipis Jimin.

"Argh! Sakit, Kim Taehyung!"

"Lo kurang ajar sih."

"Maksud gue, gini. Sadar posisi, ya, Taehyung. Lo itu masih dalam daftar manusia yang dia musuhi." tutur Jimin masih memegangi pelipisnya.

Demi Tuhan, yang tadi itu kencang sekali.

Mendengar penuturan Jimin, Taehyung menghela napas. Ia tahu dan paham betul posisinya seperti apa. Toh, Taehyung juga tidak memaksakan kehendak. Taehyung tidak menuntut Jennie untuk berbaikan dengannya, apalagi berteman setelah perang dingin mereka selama ini.

Hanya saja, setelah beberapa hari melewati berbagai kejadian bersama gadis itu, Taehyung jadi merasa aneh jika Jennie menjauh lagi.

Ada yang janggal.

"Gue sih dukung lo sama dia, pokoknya berdiri paling depan buat nge-ship lo berdua. Tapi ya jangan bablas gitu, tolol. Pelan-pelan, jangan percaya diri dulu dia juga suka sama lo. Udah tahu cewek yang lo suka itu kayak batu. Ditambah, gelar musuh abadi yang melekat banget sama kalian berdua," sambung Jimin kembali.

Ah, sial.

Omongan Jimin menohok juga.

"Ya terus gue harus apa?"

"Cowok bukan sih lo, anjing?" Jimin bertanya balik.

Pertanyaan Jimin yang keluar topik, membuat Taehyung menekuk alis tidak terima.

"Omongan lo kenapa kasar, huh? Kan gue cuma nanya. Dijawab aja kenapa sih?

"Heh, denger ya, kalo lo cowok, harusnya lo tahu apa yang lo lakuin!"

Jimin itu, kalau sudah kesal ya begini.

"Lo masih nggak ngerti juga?!" tanya Jimin melihat wajah Taehyung yang bingung.

"Makanya kasih tau. Pelit banget sih sama temen sendiri. Udah tau gue kan jarang begini, gue juga masih ragu, tapi harusnya lo bantu gue buat--"

Perkataan Taehyung, Jimin potong dengan dengusan tertahan.

PARADIGMA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang