Sakit

1.5K 98 59
                                    

Kakak : D.O. Kyung-soo/Dio 25th
Adek   : Indi 5th

***

Dio menjatuhkan tubuhnya ke karpet, mengehela napas dengan berat. Rambut serta bajunya basah karena air dari pistol air yang digunakan adiknya setengah jam lalu sebelum adiknya itu ia mandikan dan kini tertidur bahkan saat belum memakai bajunya.

"Gue harus minta upah buat jagain nih bocah dari papa. Yaampun cape..." Dio mengubah posisinya yang tadi tidur kini menjadi duduk. Menatap adiknya yang tidur hanya dengan handuk kimononya.

"Indi ini cewek kan?" Dio bertanya sendiri sambil memperhatikan adiknya lalu melanjutkan ucapannya yang tertinggal di sudut otaknya. "Tapi kenapa kayak laki ya? Mama ngidam apa coba waktu hamil ini bocah."

Krykkkk

Dio memegang perutnya yang berbunyi tiba-tiba. Ia bangkit dan menyelimuti adiknya lalu pergi ke dapur untuk mencari makanan.

***

Sore berganti malam, Dio yang baru selesai memasak itu sesekali menatap ke lantai atas. Adiknya belum berteriak-teriak seperti biasanya.

Akhirnya Dio berjalan ke kamar adiknya untuk sekedar membangunkannya dan makan malam. Tapi apa yang ia dapat malah membuatnya kaget. Adiknya tidur dengan gelisah. Punggung tangan segera mendarat di kening Indi. "Demam? Ya ampun Indi, kenapa malah sakit coba."

Bersamaan dengan itu, sang adik terbangun sambil menangis memanggil mamanya yang kini sedang tak ada di rumah.

Dio segera menggendong Indi, menenangkan adiknya hingga tertidur. Itu lah keinginan Dio. Tapi menidurkan adiknya yang sedang sakit itu tidaklah mudah. Indi mulai rewel.

"Shtttt, cupcupcup... Iya nanti Mama pulang."

"MAAAAAAA..... Hiks-MAMAAAAAA."

Suarany semakin kencang.

Dio dibuat pusing, menelpon Mamanya untuk segera pulang dan di-iya kan. Tapi kata "iya" dari sang Mama tidak senantiasa membuatnya lega. Karena perjalanan pulang Mama nya tidak lah hanya sekedar jarak dari rumah ke depan komplek.

"Mama manaaaa?"

"Cup... Cup... Mama lagi di jalan, Dek. Shuttt ya, jangan nangis lagi. Bentar lagi mama pulang."

Tangisan Indi mulai bisa terkendali. Itu cukup membuat Dio bersyukur.

Dio membawa adiknya turun ke bawah untuk makan. Kembali rewel, Indi tak ingin makan. Ia malah merengek ingin eskrim.

"In, mau eskrimmmm."

"In, kan lagi demam. Masa makan es krim, jangan ya sayang. Makan ini aja ya."

Indi menutup mulutnya dengan kedua tangan. "Ha mahu..." ucap Indi tertahan.

"Biar cepet sembuh."

Indi menggeleng kuat.

"Sabar Dio sabarrrr."

"Gimana kalo gini... In makan ini,  kalo ini abis, In bisa makan es krim."

"Janjiii?"

"Iya janji." Dio mengaitkan kelingkingnya pada kelingking mungil adiknya lalu mengambil makanan. "Aaaa..."

Indi membuka mulutnya.
Makanan telah masuk, tapi terlihat Indi seperti ingin memuntahkannya.

"Tahan... Jangan dirasain gak enaknya. Sekarang telan." Indi mengikuti instruksi Kakaknya.

Beberapa menit berlalu, makanan sudah habis setengahnya dan si kecil ini tak ingin lagi. Dengan itu, Dio harus menepati janjinya tepat setelah Indi minum obat.

"Nih." Dio menyerahkan mengkuk kecil pada adiknya itu.

"Tambah!"

"Gak ada, kamu jangan makan eskrim banyak-banyak. Udah untuk itu Kakak kasih."

"Tapi..." Indi menatap ke dalam mangkuknya, "ini cuma satu sendok?"

Dio mengangguk sambil menyeringai sedangkan Indi cemberut.

"Masa cuma segini?"

"Terus harus banyak?" Indi mengangguk cepat. "Gak ada perjanjiannya ya, Kakak tadi janji kasih eskrim aja. Gak sebutin banyak atau enggaknya loh."

"Tapi..."

"Udah, makan aja ya Sayang. Tuh udah mau cair, nanti gak enak lohhhh."

"Masih untung gak Kakak kasih setetes doang, Dek."



***

Dio mengelap tangannya yang basah setelah mencuci piring bekas malan malam.  Sesekali ia menatap adiknya yang masih cemberut. Tapi itu tadi.
Sekarang, Dio hanya melihat adiknya itu menangkup di meja makan.

Dio melangkahkan kakinya mendekat dan melihat apakah adiknya itu tidur atau tidak. Opsi pertama yang kini terlihat olehnya. Adiknya yang manis nan menggemaskan serta mengesalkan ini tengah tertidur. Mungkin ini efek dari obat yang tadi ia berikan.

Tak berlama-lama untuk Dio membiarkan adiknya dalam posisi yang tak nyaman seperti itu. Ia menggendong adiknya dengan gaya koala. Menepuk-nepuk pelan bokong sang adik yang menggeliat dan mulai berjalan ke kamar adiknya.

Sesaat setelah sampai, Dio membaringkan adiknya dan menyelimutinya. Berjalan keluar dan kembali tak lama kemudian dengan kompres di tangannya. Dio merekatkan kompresan pada kening adiknya sambil mengusap keringat yang keluar disekitar wajahnya.

Malam semakin larut, dan rasa kantuk mulai menyerangnya. Cepat-cepat Dio menggeser sofa kecil yang ada di kamar adiknya itu.

Dio membenarkan posisi selimut adiknya lalu mencium kening adiknya yang terhalang kompres sambil berucap. "Cepet sembuh ya, Sayang."

Setelahnya, Dio mendudukan dirinya di sofa. Tidur dengan posisi duduk di sana. Tak nyaman, tapi apa boleh buat. Ia tak ingin meninggalkan adiknya itu begitu saja saat keadaannya seperti ini.

***

Haiii, maaf aku gak jadi up dua hari yang lalu. Aku sibuk hehe.










Sibuk movie maraton wkwkwk.

Maaf guys.

Yg mau riquest lagi silahkan, jangan malu-malu.

Makasih buat kamu yg udah request. Semoga senang dengan imajinasiku ini.

Udah ah, byeeee

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Apr 29, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Zona Adek & Kakak *EXO*Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang