Part 41

3.7K 314 22
                                    

📌⚠Caution! Typo bertebaran!⚠📌
■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■■

Author POV

Sore hari...

"Joohyun-ah?" Seulgi membuka pintu kamarnya, dan ia tidak mendapati Irene didalam.
"Joohyun-ah, apa kau sedang ada di kamar mandi?" Tanya Seulgi lagi, namun ia masih tidak mendapat jawaban dari Irene.

Seulgi berjalan menuju kamar Kang Joon, dan memanggil pria itu.
"Kang Joon-ah, apa kau melihat Joohyun?" Tanya Seulgi.

"Nyonya muda Kang sedang ada di taman tuan. Beliau tadi menyuruh beberapa pelayan untuk menanam bunga-bunga bersama dengan beliau." Jawab Kang Joon.

"Mwo? Baiklah, terima kasih." Kaget Seulgi.
"Ne, sama-sama tuan." Balas Kang Joon.

Seulgi berjalan menuju taman di mansionnya, dan benar saja. Irene ada disana bersama dengan beberapa pelayan mansion mereka.

Kenapa ada pelayan, padahal beberapa hari yang lalu Irene meminta Seulgi untuk tidak menggunakan pelayan di mansion mereka?

Karena beberapa hari yang lalu, saat Irene memasak, tangan Irene teriris dan banyak darah yang keluar dari tangan yeoja itu.

Maka dari itulah Seulgi memanggil jasa pelayan dan melarang Irene mengerjakan pekerjaan rumah. Ia tidak ingin Irene terluka lagi.

"Kau disini ternyata. Aku mencarimu kemana-mana, dan kau malah asik-asik disini?" Ucap Seulgi yang membuat Irene langsung menolehkan kepalanya kearah sang suami.

"Memangnya ada apa kau mencariku?" Tanya Irene bingung.
"Merindukan istriku mungkin." Jawab Seulgi dengan senyum manisnya.

Pria itu tahu, kalau jawabannya barusan berhasil membuat Irene blushing, dan beberapa pelayan yang mendengar itu senyum-senyum sendiri.

"Ada apa dengan kedua pipi istriku ini hm? Kenapa memerah?" Tanya Seulgi dengan wajahnya yang polos-polos laknat.

"Diam. Lebih baik kau bantu aku menanam bunga-bunga yang akan memperindah halaman belakang mansion kita." Perintah Irene, dan menyodorkan sepasang sarung tangan kepada Seulgi.

Setelah Seulgi menerima sarung tangan itu, Irene langsung berjalan meninggalkan Seulgi dan melanjutkan acara tanam-menanamnya.

Pria itu tersenyum melihat reaksi Irene. Sangat manis.
Seulgi menggulung lengan kemejanya, dan memakai sarung tangan yang disodorkan Irene tadi.

Setelah selesai, Seulgi langsung berjalan mendekati Irene, dan membantu yeoja itu.
"Biar aku saja." Ucap Seulgi saat Irene akan mengangkat pot yang lumayan besar itu.

"Aigoo, kau meragukan kekuatanku huh?" Tanya Irene.
"Ketimbang meragukanmu, bukankah saat ini aku terlihat seperti mencemaskanmu?" Tanya Seulgi balik.

"Geurrae, angkat dan taruh disana." Ucap Irene, sembari menunjuk kearah salah satu spot atau tempat yang yeoja itu perkirakan akan memperindah suasana taman belakangnya.

Dengan patuh, Seulgi mengangkat pot itu. Karena pot itu lumayan berat, Seulgi harus menguras separuh tenaganya, sehingga memunculkan urat-urat lengan dan bisep dilengannya juga kelihatan.

'Oh my....hanya dengan melihat bisep itu saja aku sudah bisa membayangkan bentuk tubuh suamiku.' Batin Irene.

Setelah menjalankan perintah, Seulgi kembali menghampiri Irene yang tampak menatapnya tanpa berkedip sama sekali.

Bisa Seulgi tebak, bahwa wanita itu pasti sedang melamunkan dirinya. Hanya saja ia tidak tahu, apa yang dilamunkan oleh istrinya itu.

"Hei, berkediplah. Apa saking tampannya aku, kau menatapku sampai tidak berkedip? Tenang saja, aku suamimu. Kau bisa menatapku sesukamu, dan memandangi wajahku saat aku tidur." Goda Seulgi.

"M-mwoya?! Kau ini sangat menyebalkan, Kang Seulgi!" Kesal Irene.
"Terima kasih pujiannya. Sungguh barusan adalah pujian yang sangat menyenangkan hatiku. Gomawo." Goda Seulgi lagi.

Irene yang sudah kesal bukan main itu langsung berjalan meninggalkan Seulgi sembari menghentakkan kakinya.

Seulgi yang melihat Irene yang sangat imut langsung berjalan cepat menuju Irene, dan tanpa aba-aba namja itu langsung menggendong istrinya ala bridal style, yang tentu saja membuat sang istri memekik kaget.

"Kyaa!! Ya, Kang Seulgi! Kau mengagetkanku! Turunkan aku!" Pekik Irene.
"Aigoo...telingaku. Jangan berteriak seperti aku akan menculikmu." Pinta Seulgi, namun tidak di gubris oleh Irene.

"Bodo amat! Turunkan aku sekarang!" Teriak Irene lagi. Melihat momen kedua majikan mereka, para pelayan malah terkekeh lucu. Menurut mereka, tuan muda mereka itu tampak selalu membuat nyonya muda mereka kesal, malu, dan lainnya.

"Ayo kita kekamar." Ajak Seulgi.
"Mwo?! Aku masih ingin menanam bunga-bungaku! Turunkan aku sekarang juga, kalau tidak aku akan memberontak!" Ancam Irene.

"Silakan memberontak, tapi kalau kau jatuh jangan salahkan aku." Balas Seulgi dengan entengnya.
Mendengar balasan dari Seulgi, Irene langsung terdiam.

'Benar juga. Kalau aku memberontak, yang ada aku yang jatuh. Kalau gitu mah, ruginya ke aku. Namja ini pasti akan menertawakanku nanti.' Batin Irene, dan akhirnya pasrah saja.

Melihat Irene yang tampak pasrah, Seulgi langsung terkekeh.
"Kalian lanjutin menanamnya. Aku dan nyonya kalian akan kekamar dulu. Oh ya, pastikan tidak ada yang berani naik kelantai dua dan jangan ganggu kami. Siapapun itu." Perintah Seulgi dengan tegas.

"Baik tuan Kang." Jawab para pelayan dengan patuh. Mereka tahu, apa yang akan dilakukan tuan mereka.
"Mwoya? Kau ingin buat apa sebenarnya? Kenapa mereka sampai dilarang untuk naik kelantai dua?" Bingung Irene.

"Mereka dilarang naik kelantai dua, karena dilantai itulah kamar kita terletak sayang." Jawab Seulgi.
"Lalu kenapa mereka dilarang? Apa hubungannya kamar kita dengan mereka?" Tanya Irene lagi.

"Tentu saja, aku tidak ingin mereka mengganggu kegiatan kita." Jawab Seulgi penuh misteri.
"Memangnya apa yang akan kita lakukan?" Tanya Irene.

"Membuat anggota baru dikeluarga kita." Jawab Seulgi lagi.
"Maksudmu? Anggota baru?" Bingung Irene.
Seulgi tersenyum kemudian mendekatkan bibirnya ditelinga Irene, dan mulai berbisik.

"Anak." Bisik Seulgi pelan dan lagi-lagi berhasil membuat wajah Irene memerah seperti tomat.
Yeoja itu langsung menyembunyikan wajahnya di dada sang suami.

Tbc...










Two of Us, Until No One~《Seulrene》 [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang