Messed Up

190 17 0
                                    

Yoon Gi baru saja keluar dari kamarnya, menaikkan masker hitam diwajahnya ketika sebuah tangan merangkul erat pundaknya.

"Yoon Gi hyung " Laki-laki bermarga Jeon itu terlihat bersemangat sekali. Tentu ada alasan untuk itu, konser BTS di London kali ini beberapa member mendapat kunjungan dari keluarganya. Sepertinya itu berpengaruh positif karena tidak ada masalah bangun pagi dan persiapan berangkat rehearsal yang biasanya susah sekali mengumpulkan seluruhnya tepat waktu.

"Wae? Kau bersenang-senang?"

"Tentu, semalam aku bermain game dengan Ha Sa hyung"

"Bagus kalau begitu. Jangan sampai kau ketiduran saat rehearsal nanti"

"Tidak tentu saja. Oh, hyung kau mengganti parfummu?" Jung Kook dikenal sebagai member yang sangat sensitif terhadap bau.

"Ani, wae?" Tidak ada yang salah menurut Yoon Gi. Hoodie yang dipakainya adalah hoodie berwarna hitam yang biasa dipakainya dan masih bersih. Yoon Gi belum memakainya lagi setelah Jin Ae mengembalikan padanya.

"Baunya berbeda" Jung Kook mengenduskan hidungnya semakin dekat dengan pribadi dalam rangkulannya yang semakin membuat Yoon Gi berusaha melepaskan rangkulannya.

"Mwo ya?"

"Baunya seperti parfum wanita"

--

Suasana backstage riuh dengan tepuk tangan. Ketujuh member BTS saling berpelukan meluapkan rasa lega mereka. Ingatkan mereka untuk mencoret satu lagi list konser world tour yang telah mereka selesaikan. Tidak hanya para member, staff Big Hit juga merasa lega konser hari ini telah mereka selesaikan dengan baik dan kini mereka telah siap kembali ke hotel untuk beristirahat.

"Jin Ae-ya jangan lupa bawa koper merah itu."

"Ne eonni." Jin Ae menghentikan langkahnya ketika Son Hye menepuk pundak kirinya. Konser hari ini sudah berakhir, benar-benar hari yang melelahkan bagi Jin Ae. Kini tangan kiri Jin Ae mendorong hanger rack berisi beberapa setelan yang tadi dipakai oleh para member, sementara tangan kanannya menarik gagang koper berwarna merah yang ditunjuk oleh Son Hye.

Drrt drrt.

Sesuatu didalam saku celana jeans Jin Ae bergetar, memaksa gadis bersurai coklat ini menghentikan langkahnya.

"Yeobseo.."

Jin Ae masih menunggu jawaban dari seseorang yang menelponnya dari seberang sana.

"Eonni.." Jin Ae membolakan kedua matanya begitu mendengar nafas adik perempuannya itu tersengal karena menahan isak.

"Ae ra-ya ada apa ?" Jin Ae menghentakkan sepatu conversenya tak sabaran mendengar jawaban dari Ae ra. Pikiran Jin Ae sudah menguar kemana-mana ketika samar-samar ia mendengar suara putus asa ibunya yang meneriaki nama ayahnya. Jantung Jin Ae bahkan sekarang sudah berpacu dua kali lebih cepat dari biasanya.

"Ae ra, cepat katakan ada apa ?"

"Aaa ap-pa"

"Appa wae ?"

Jin Ae menutup matanya sejenak, berusaha menahan gejolak dihatinya. Perasaannya hancur sekarang, sehancur helaian daun kering yang tak sengaja ia injak dengan separu conversenya. Kuku-kuku jari Jin Ae semakin memutih karena mencengkram ponselnya begitu kuat setelah mendengarkan penjelasan dari adiknya, Cho Ae ra.

Andai saja Jin Ae memiliki pintu kemana saja seperti doraemon, ia pasti akan langsung pergi menemui Joon Ha untuk menghabisi nyawa pria yang berumur hampir 30 tahun itu. Tidak peduli statusnya yang merupakan kakak kandung Jin Ae, pria itu lebih pantas disebut sebagai beban keluarga daripada seorang kakak. Jin Ae ingin sekali menusuk pria itu dengan pisau karena telah membuat ayahnya ditangkap oleh polisi. Tentu saja api amarah Jin Ae makin berkobar mengingat itu bukan kesalahan ayahnya, Joon Ha lah yang brengsek. Pria itu memakai nama ayahnya untuk meminjam uang yang ia gunakan untuk berjudi. Tentu saja pria brengsek itu sekarang sedang menyembunyikan diri karena kekalahannya. Dan kini yang menanggung semua kesalahannya adalah ayahnya. Keadaan ini membuat pikiran Jin Ae semakin kacau mengingat ayahnya yang belum lama keluar dari rumah sakit akibat operasi.

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang