Polaroid

169 16 0
                                    

"Hyung, apa ini ?"

Jimin membungkukkan badannya sedikit kedepan untuk memenuhi rasa ingin tahunya.

"Bukan sesuatu yang harus kau tau." dengan cepat Yoon Gi menyingkirkan paperbag berwarna putih itu kesisi kiri tubuhnya.

"Hyung apa kau sudah makan ?" Jimin kembali berusaha menarik atensi hyung-nya satu ini setelah mendudukkan dirinya tepat disebelah kanan Yoon Gi menggantikan posisi paperbag yang Yoon Gi singkirkan tadi.

Yoon Gi tidak banyak menanggapi, matanya masih terpejam dengan kedua tangan ia silangkan tepat didepan dadanya. Posisi khas seorang Min Yoon Gi.

---

12 jam perjalanan dari kota Paris ke Tokyo Yoon Gi habiskan dengan memejam mata, mengarungi alam bawah sadarnya sebelum ia terbangun ketika seorang pramugari menawarkan menu makan malam.

"Hyung, kau ingin wrap meal atau ocean meal"

Jimin yang duduk disebelah Yoon Gi mencoba menawarkan dua menu makan malam yang dibawa oleh pramugari itu.

"Berikan aku wrap meal "

Pria berkulit pucat ini membuka masker hitamnya lantas menyantap cheese wrap yang ada ditangannya.

"Hyung apa kau sakit?"

"Tidak"

"Lantas mengapa kau diam saja sejak kita di Paris"

Yoon Gi menghentikan aktifitas mengunyahnya. Jika dipikir lagi memang sejak dari Paris ia sedikit mengabaikan Jimin. Setiap Jimin mencoba mengajaknya bicara Yoon Gi hanya menanggapi dengan kata 'hmm' atau anggukan kepala.

"Aku hanya sedikit lelah jim, sudahlah habiskan makan malammu"

'Lelah' hanya kata itu yang terlintas dipikiran Yoon Gi. Atau dirinya sedikit kesal karena melihat Jimin dan Jin Ae begitu akrab saat dibandara. Yoon Gi sendiri pun tidak yakin apa yang sebenarnya membuatnya kesal kepada Jimin. Bukankah memang semua staf BigHit akrab dengan para member. Apa yang salah dengan itu. Jika dipikir lagi Tae Hyung juga sangat akrab dengan Jin Ae tapi hal itu tidak mengundang kekesalan dibenak Min Yoon Gi, berbeda ketika ia melihat Jimin dan Jin Ae.

---

Angin musim gugur menerpa wajah cantik gadis dengan sweater panjang biru muda. Tangannya memeluk tubuhnya erat pun mengusap lengan atasnya pelan menghilangkan terpaan dingin. Sentuhan kecil pada bahu kanannya membuatnya menoleh, tapi nihil tidak ada seorangpun disana. Kekehan kecil di sisi kirinya menarik atensi bahwa si empunya tangan yang menyentuh bahunya tengah berdiri dengan senyum terkembang sempurna. Gurauan kecil tapi cukup membuat senyum Park Jimin terbit mempesona.

" Sudah menunggu lama?"

" Sedikit" Jin Ae sudah berdiri di sana kurang lebih 5 menit, tidak terlalu lama sebenarnya hanya cukup dingin.

"Maaf" Satu jawaban saja Jin Ae sudah cukup menjeda bahagianya, berganti sedikit rasa bersalah. Jin Ae menangkap perubahan mimik wajah Jimin, paham benar dengan sifat pemuda kelahiran Busan ini.

"Tidak apa, jadi kau ingin membeli baju seperti apa?"

Raut wajah Jimin kembali antusias. Jimin memang meminta Jin Ae untuk menemaninya ke Shinjuku, tapi tidak untuk berbelanja pakaian.

"Ani, aku tidak ingin berbelanja pakaian." Yang dibalas tatapan Jin Ae seolah bertanya lalu?

" Kaja, mobilnya sudah datang"

Jin Ae masih belum bisa menebak kemana Jimin membawanya pergi, benaknya masih tidak bisa menerka apa tujuan Jimin sebenarnya. Mengingat posisinya sebagai salah satu Fashion stylist, pikirannya tidak jauh dari kain-kain dan desain pakaian.

TACENDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang