8

6.3K 142 1
                                    

Sisilia, Italia
Tepat 3 tahun yang lalu.
.
.
.

Petter POV

Pesawat lepas landas dari Roanoke–Blacksburg Regional Airport, Virginia menuju Bandara Punta Raisi di Palermo, ibu kota Sisilia. Cuaca pagi itu cukup cerah.

Selama perjalanan yang memakan waktu hampir delapan belas jam, terbayang bagaimana rupa Pulau Sisilia, yang sangat terkenal sejak awal abad ini akibat ulah mafia asal Sisilia yang sampai sekarang masih melegenda. Muncul pertanyaan di benak, benarkah kelompok Mafia sudah tinggal legenda di tempat asalnya di Sisilia? Tidak, sampai saat ini mafia dari klan yang paling terkenal di Sisilia masih ada. Kenapa aku tahu? Daddy bercerita segalanya kepadaku, apa yang menjadi rahasianya ia katakan kepadaku.

Daddy adalah penduduk asli dari negara yang Terletak di jantung Laut Mediterania itu, tepatnya di bagian selatan Italia, ya Daddy berasal dari Sisilia.

Aku cukup merinding mendengar cerita daddy, awalnya aku tak punya cukup keberanian untuk datang ke sini, tapi pasti ada alasan mengapa daddyku menceritakan tentang masalalunya yang emm kelam itu padaku bukan?

Yap, tepat sekali. Aku kembali ke kota kelahiran daddy. Aku datang dengan keberanian yang dengan susah payah aku kumpulkan, aku pungut kembali keberanian yang sempat tercecer tak beraturan dan ku bulatkan tekadku, demi keluargaku, pentingnya demi Chrysa adiku.

Setelah delapan belas jam mengudara aku sampai di Bandara Punta Raisi di Palermo, ibu kota Sisilia.

Begitu tiba di Bandara Palermo, yang “menyambut” penumpang adalah seekor anjing herder yang mendengus-denguskan hidungnya di pintu masuk bandara, dikawal oleh pawangnya -seorang polisi bersenjata. Mungkin sang herder sedang melacak barang-barang haram yang dibawa ke Sisilia.

Selain di gerbang bandara, tidak tampak tentara atau polisi bersenjata lengkap dalam jumlah banyak. Yang terlihat malah rombongan turis yang berusia lanjut, sebagian dari Perancis.

Kelihatannya Sisilia aman-aman saja. Kenapa?, karena wajah turis-turis itu tampak ceria. Mereka baru saja turun dari bus wisata yang diparkir di halaman bandara dan hendak terbang lagi. Tak tampak perasaan takut sedikit pun di raut wajah para turis. Mereka rupanya sudah menikmati Sisilia yang bercuaca cerah dan menawarkan keindahan pantai, gunung dan bangunan tua.

Aku mengedarkan pandanganku, suasana di sini cukup enak di pandang, semuanya normal, ya kesan pertama yang terlihat jauh dari kata Mafia dan segala kekejamannya.

Sisilia itu nama sebuah pulau di selatan Italia. Namun pulau yang terletak di Laut Tengah ini lebih dikenal sebagai daerah asal kelompok mafia, gangster yang merajalela di kota-kota besar di Amerika Serikat dan Eropa sejak awal abad ini.

Tapi,

'Sisilia bukan semuanya mafia'

***

Aku menaiki taxi untuk mencapai tempat tujuanku, alamat yang tertera pada secarik kertas yang semalam di tulis ayah dengan tangan yang bergetar.

Aku menatap keluar jendela kembali mengingat ucapan ayah.

"Petter, tak ada yang meragukan mafia berasal dari Sisilia. Juga tak ada yang ragu Sisilia telah menjadi organisasi kriminal selama berabad- abad. Namun yang menjadi pertanyaan, dari mana asal-usul kata “mafia” dan bagaimana perkembangan mafia hingga menjadi sindikat kejahatan terorganisir yang ditakuti ?

Joe Dorigo pernah menulis buku berjudul “Mafia” yang menyebutkan bahwa ada dua cerita utama tentang asal mafia yang tak langsung berhubungan. Ada yang bilang, mafia adalah akronim dari kata-kata Morte alla Francia Italia anela (“Death to the French is Italy’s cry!”) yang mengacu pada masa lalu ketika Sicilia didominasi oleh Dinasti Angevin Perancis. Yang lainnya mengatakan, itu mengacu pada peristiwa perkosaan pada Hari Paskah tahun 1282. Beberapa serdadu Perancis memperkosa seorang gadis Sisilia pada hari pernikahannya. Sang ibu histeris berlari ke jalan dan berteriak “Ma fia! Ma fia!” (My daughter! My daughter!), dan itu membangkitkan amarah orang Sisilia. Esok harinya ratusan orang Perancis terbunuh.

Daddy juga belum tahu betul mana diantara keduanya yang sungguhan, daddy bahkan jarang sekali bisa bertatap muka dengan Capo di tutti capi.

Yang harus kau ingat dan pahami, jangan pernah meremehkan mereka Petter, kau belum tahu bagaimana kejamnya mereka. Kau tahu? Daddy bisa hidup sampai sekarang adalah sebuah keberuntungan, tapi maafkan Daddy, demi kehidupan Daddy, daddy harus merelakanmu berkorban"

Daddy mengucapkan itu dengan berderai air mata, daddy yang selama ini tersenyum dan kuat di hadapan anak-anaknya ternyata menyimpan begitu banyak rahasia. Aku mengusap punggung daddy, berusaha menenangkan bahwa semuanya akan baik-baik saja.

Pintu kamar daddy terbuka, menampilkan sosok wanita lembut berhati malaikat. Ia ibuku, wanita pertama yang aku cintai. Ia menghampiri ayah dengan air mata

Ibu berkata "Apa kau yakin akan merelakan Petter kembali ke neraka itu? Kumohon suamiku, jangan, sudahlah jangan ada yang kembali lagi ke sana"

Ayah memeluk ibu dan terisak di dekapan ibu, pemandangan yang membuat hatiku teriris.

"Lantas kita harus bagaimana? Klan itu telah mengetahui keberadaan kita, tidak, bahkan mungkin dari awal mereka memang mengetahui semuanya. Hanya saja mereka diam, hanya untuk membuktikan ucapanku"

Ayah menatap ibu dengan tatapan bingung, ia melanjutkan "Klan itu telah berganti pemimpin, yang ku harapkan pemimpin itu tak sekejam pemimpin sebelumnya. Ya, kuharap seperti itu"

Ayah menunduk dan menatapku

"Kembalilah ke kamarmu, ayah tak akan memaksamu Petter, biarlah. Biarlah ayah yang akan memikirkan semuanya"

Aku mengangguk dan kembali ke kamarku, apa yang harus ku lakukan?

***

Selama semalaman penuh aku berperang dengan hati dan pikiranku, dengan keras memikirkan apa yang harus dan sebaiknya aku putuskan. Sampai aku tiba di sini ku harap keputusanku tak salah, setidaknya keputusanku sedikit membantu.

Taxi berhenti di hadapan sebuah bangunan dengan gaya kuno, seperti mansion yang sangat megah. Aku turun dan Taxi pergi setelah aku membayar argo perjalanannya. Aku kembali melihat kertas itu dan kukeluarkan foto dari dalam saku celanaku.

'Bukan ini'

Aku teringat perkataan daddy tepat sebelum keberangkatanku.

"Itu bukan tempatnya, tempatnya tak bisa kau jangkau dengan Taxi ataupun kendaraan lainnya, tempat itu begitu privasi. Kau berjalanlah lurus ke arah barat dari tempat perhentian terakhirmu. Tetap lurus, sampai kau menemukan sesuatu di sana. Daddy harap kau baik-baik saja"

***

"Hey, kau melamun?"

Aku terkaget merasakan tepukan di bahuku, aku menoleh dan tersenyum singkat.

Aku memikirkan itu lagi dan aku teringat adikku.

Chrysa I miss you so bad!

***

Capo di tutti capi (Bos dari segala bos)

Aku publish sehari lebih awal, buat nemenin malam minggu kalian, mhehehe :*

Happy sadnight🤣

Dear MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang