11

4.9K 140 7
                                    

Tak ada yang bisa diakukan Chrysa di mansion itu. Ia terkurung bagai burung dalam sangkar. Banyak rencana yang terbesit dalam benaknya. Rencana untuk pergi, dan menghilang untuk selamanya, tapi untuk saat ini rencananya hanyalah rencana. Tak ada peluang untuknya merealisasikan itu semua.

Kemanapun matanya menatap ada saja orang yang berhasil terekam oleh indra penglihatannya. Itu artinya banyak pasang mata di mansion ini yang ia yakini pasti sedang mengawasinya. Pergerakannya terbatas bahkan untuk sekedar keluar dari kamar yang ia tempati ini.

Kerjaannya hanya melamun, melamun, dan melamun. Meratapi hidupnya, melamunkan masa depannya.

"Sedang apa?"

Suara dingin itu membuat Chrysa menegang dengan takut-takut ia berbalik dan menemukan salah satu ciptaan Tuhan berdiri dengan tangan yang terlipat di depan dada

'Tampan'

Chrysa menggeleng dan sedikit tersenyum paksa?

"Tidak ada" jawabnya

"Masuk!"

Tanpa bantahan, Chrysa beranjak menghampiri Axton menutup pintu balkon tak lupa dengan gordennya.

Melihat Chrysa menghampirinya Axton berbalik pergi menuju kamar mandi. Chrysa hendak memanggilnya namun ia urungkan. Tangannya menggantung di udara dan helaan nafasnya terdengar

'Apa yang harus aku lakukan?' batinnya bersuara

Ia mendudukan diri di sudut tempat tidur sembari menunggu Axton menyelesaikan ritual mandinya. Sebenarnya ia tak ingin berada di ruangan yang sama dengan lelaki itu. Tapi apa daya, ia tak berani keluar dari ruangan ini.

Axton keluar hanya dengan boxer dan kaos putih ketatnya. Rambutnya masih basah, menambah kesan seksi dan panas dalam dirinya.

Sejenak Chrysa terpaku menatap ciptaan Tuhan yang maha sempurna itu,

apa yang bersembunyi di balik kaos ketatnya itu?

"Menikmati pemandangan?"

Chrysa terkesiap dan segera memalingkan wajahnya yang ia pastikan saat ini memerah seperti kepiting rebus, ia merutuki kebodohannya yang sempat-sempatnya mengagumi lelaki itu.

Axton membaringkan tubuhnya di kasur King Size kamar itu membuat Chrysa bergerak tak nyaman

"Tidur" Chrysa menatap Axton

"Tapi kau masih di sini"

Axton menyandarkan tubuhnya di kepala ranjang "Aku tidur di sini"

"Maksudmu?"

"Bersama"

Chrysa mengerutkan keningnya, berfikir dalam dengan otak lelahnya. Kapasitasnya penuh.

'Aku tidur di sini, Bersama. Kita?'

Dengan sekali hentakan, Axton menarik tubuh Chrysa membuatnya jatuh ke pekukan Axton. Ia cukup kaget.

"Tidur!"

"Tap..."

"Se.ka.rang"

Axton membenarkan posisi tidurnya, membaringkan Chrysa di sebelahnya dan memeluknya erat. Jantung Chrysa saat ini berdetak tak normal. Jantungnya berpacu dengan begitu cepatnya, antara rasa takut, dan perasaan aneh di hatinya? Seperti nyaman?

Dengan posisinya saat ini, membuat Chrysa dengan mudah mengeksplor pahatan tuhan di wajahnya.

'Tuhan sedang tersenyum ketika menciptakannya'

Dear MafiaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang