DIFFERENT

462 57 14
                                    

Hari ini Sungwon bangun lebih awal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Hari ini Sungwon bangun lebih awal. Ia sudah menyiapkan banyak hal untuk menyambut hari spesial ini. Sejak kemarin ia sibuk berunding dengan ibunya tentang apa yang harus ia lakukan. Setelah makan dan membersihkan diri, ia segera menuju ke suatu tempat.

Ia perlu melewati terowongan-terowongan yang cukup gelap, namun ia berusaha untuk memberanikan dirinya. Lagipula dirinya cukup mengenal semua yang ada disini. Hanya saja ia perlu menghindari area terbuka di depan sana. Jadi Sungwon memilih melewati bagian belakang dan sesekali bersembunyi di balik bebatuan.

Setelah keadaan di luar sana cukup sepi, ia mempercepat gerakannya dan sampailah ditempat yang dituju. Namun sepertinya yang ditunggu masih belum bangun. Sungwon hanya mondar-mandir sambil bersenandung lirih dan bermain dengan batu-batu kecil.

Ia sedikit tersentak ketika melihat sesuatu berwarna abu-abu melintas di hadapannya. Kemudian ia tersenyum ketika menyadari bahwa itu adalah sosok yang ia tunggu sejak tadi.

"Taekhyeon!" seru Sungwon.

Taekhyeon tersenyum dari seberang sana. Dengan tenang ia melambaikan 'tangan'nya pada sosok kecil di hadapannya.

"Sedang apa kau di situ?" tanya Taekhyeon dengan suara bassnya yang khas.

Sungwon terkekeh. "Apalagi? Jangan bilang kau lupa kalau hari ini adalah ulang tahunmu," tebak Sungwon.

Sosok di hadapannya hanya tersenyum singkat dan masih tetap tenang. Berbeda dengan Sungwon yang bergerak kesana kemari dengan semangat.

"Iya, aku lupa kalau hari ini adalah ulang tahunku. Hei anak kecil, aku ini lebih tua ya darimu, panggil aku kak. Kak Taekhyeon," ujar Taekhyeon.

Sungwon menjulurkan lidahnya lalu menempelkan wajahnya pada kaca yang membatasi mereka berdua.

"Tidak mau. Meskipun kau lebih tua, kita sama-sama masih anak-anak. Iya, 'kan? Lagipula umur kita hanya beda beberapa bulan saja."

Tiba-tiba ekspresi wajah Taekhyeon berubah ketika orang-orang mulai bermunculan. Kemudian pandangannya beralih pada Sungwon yang sibuk bersembunyi dibalik batu.

"Aku tidak mau pergi dulu, hiks," isak Sungwon. Suaranya tidak jelas sampai pada pendengaran Taekhyeon, karena memang suasana mulai ramai. Benar juga, sekarang sudah pukul sembilan pagi.

"Hei jangan begitu, hidup kita sudah ditentukan. Kita harus menjalani kehidupan kita sesuai apa yang tertulis dalam buku takdir kita. Meskipun kau tidak mau, kau harus tetap pergi jika kau menjadi yang terpilih," wajah Sungwon semakin terlihat ketakutan.

Taekhyeon tersenyum memaklumi, "kau diciptakan memang untuk menyenangkan banyak orang. Untuk membuat orang-orang bahagia melihat keindahanmu. Jadi jangan bersedih, Won. Jika kau dipilih, aku akan menggantikanmu menjaga ibumu."

Isakan Sungwon mulai mengeras. Namun hanya mereka berdua yang dapat mendengarnya. Sungwon masih meringkuk dibalik batu sambil mengusap air matanya. Menghindari tatapan orang-orang yang membuatnya serasa ingin mati saja. Namun Taekhyeon sama sekali tidak berpindah dari tempatnya tadi. Memang apa yang harus ia takutkan?

Setelah beberapa saat. Sungwon mulai memberanikan diri untuk keluar dari persembunyiannya. Memeriksa segala arah dengan pandangan waspada. Untungnya tempat ini cukup jauh dari jangkauan orang-orang yang menurutnya menyeramkan itu.

"Apa aku harus pergi jika aku terpilih?" suaranya bergetar.

Taekhyeon tertawa melihat ekspresi wajah Sungwon. Teringat dulu ia juga pernah menanyakan hal yang sama pada ibunya. Tapi sekarang ibunya telah pergi lebih dulu, dan sekarang ia dikelilingi dengan sosok-sosok yang tidak ia kenal.

"Harus, Won. Harus. Memang itu yang harus dilakukan oleh kelompokmu. Berbeda dengan kelompokku, kau bisa hidup lebih bahagia diluar sana. Mungkin saja," suaranya kian mengecil.

"Lalu apa yang akan terjadi padamu kalau kau terpilih?"

Belum sempat Taekhyeon menjawab pertanyaan terakhir dari Sungwon, sebuah saringan kecil tiba-tiba menangkup tubuh Sungwon dan membawanya ke permukaan. Ia hanya menggelepar tak berdaya menyatakan perlawanan.

Dari tempatnya, Taekhyeon bisa melihat ibu Sungwon mencoba menarik perhatian orang-orang itu dengan datang ke permukaan. Berharap semoga ia bisa disatukan dengan anaknya. Hidup bersama ditempat yang baru.
Dengan lemas, Taekhyeon kembali kerumahnya sambil menggumamkan sesuatu.

"Aku? Aku akan berakhir diperut manusia, Won. Selamat tinggal Park Sungwon. Semoga kau panjang umur dan hidup bahagia. Aku bersyukur kau ditakdirkan tidak menjadi sepertiku."

Tanpa disadari, dari matanya keluar buliran bening kristal yang menyatu dengan air disekelilingnya.

-END-

Sesuai janji yaaa, ini udah di publish:v

Jadi cerita ini adalah hasil dari inspirasi yang datang ketika jamkos waktu olahraga.
Duduk dipinggiran kolam dibawah tiang bendera, sambil nunggu temen buat nyiapin senam🤣

Aneh gak si?

Babay.

[1] Fantasy : PERSONA? -1THE9- [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang