Seunghwan terbangun dari tidurnya ketika merasakan guncangan yang kuat terjadi di sekitarnya. Ingin menoleh memeriksa apa yang sedang terjadi, namun ia tak bisa bergerak. Tubuhnya kaku dan pandangannya gelap.
Hingga sebuah suara yang berada disekitarnya mulai membuatnya paham apa yang sebenarnya sedang terjadi.
"Hyung, ada apa ini?" tanya Seunghwan pada sosok yang sepertinya berada di sebelahnya.
Suara gemerisik sementara mengisi kesunyian.
"Jangan khawatir, Hwan. Sudah saatnya kita melakukan tugas kita. Sepertinya aku akan pergi lebih dulu. Baik-baik disini, Seunghwan," jawab sosok di sebelahnya.
Seunghwan hanya diam. Ia benar-benar tidak bisa melihat apa-apa. Untung saja ia masih punya mulut dan telinga.
"Yongha Hyung, tugas ini menurutku cukup berat. Tapi hanya kita yang bisa menuntaskannya. Tidak ada yang bisa melakukannya selain kita. Kalau pun ada, pasti mereka tidak lebih hebat dari kita. Aku tahu benar kemampuan kita ini, Hyung."
Yongha tersenyum simpul, meskipun Seunghwan tidak bisa melihat itu.
"Kalau kau sudah tahu, berhentilah mengeluh. Oke?" pintanya, dan Seunghwan mengangguk kecil. Sejenak kemudian, suara gemerisik yang lebih keras menginterupsi percakapan keduanya, diganti dengan dirinya yang semakin gelisah.
"Hyung," cicitnya, "kau... pergi sekarang?"
"Iya."
Setelah itu keadaan kembali sepi.
Seunghwan bingung apa yang harus ia lakukan. Besok adalah gilirannya. Dan lusa adalah giliran sosok di sampingnya.
Ah, benar! Kenapa tidak ku bangunkan saja dia yang ada di sampingku? Pikir Seunghwan. Setelah itu ia mulai berteriak-teriak kecil, berusaha membangunkan sosok di sampingnya yang sepertinya masih tertidur pulas."Hei, kau!"
Hanya terdengar suara dengkuran saja.
"Tidak mau bangun?"
Naas, dengkurannya semakin keras.
"Bangunlah! Temani aku mengobrol sampai besok."
Masih tak ada sahutan.
"Ku mohon."
Sosok di sampingnya terbatuk-batuk kecil. Kemudian menguap keras dan kembali mendengkur. Beberapa saat kemudian tiba-tiba dia mengaduh dan berteriak kesakitan.
"Aduh! Sakit sekali rasanya," keluhnya sesaat ketika ia baru saja membuka mata.
"Sudah bangun?" tanya Seunghwan.
Sosok itu hanya berdeham kecil.
"Kenapa di sini... gelap sekali?" tanya sosok itu.
Seunghwan menghela napas, "Entah."
"Oh ya, namamu siapa?" tanya Seunghwan, mencoba mengubah topik.
Sosok itu terlihat berpikir. "Nama? Aku tidak punya nama. Kau punya nama? Siapa namamu?"
Seunghwan terkekeh pelan, "aku Seunghwan. Kau tidak punya nama? Bagaimana kalau... Junseo?" tawarnya.
Sosok itu menerawang dalam kegelapan, menimbang-nimbang nama yang diberikan oleh teman barunya itu.
"Tidak buruk. Aku suka itu. Baiklah, mulai sekarang namaku adalah Junseo," ujarnya ceria. "Apa yang akan kita lakukan selanjutnya?" tanyanya kemudian.
Seunghwan mencoba mencari jawaban yang tepat agar tidak membuat Junseo terkejut. "Kita akan melakukan tugas. Besok adalah giliranku. Lusa, kau yang akan menjalankan tugasnya."
Junseo mendecak kesal, "padahal tidur lebih enak daripada harus panas-panasan disaat orang lain tidur nyenyak. Kenapa juga aku harus membantu mereka?"
Seunghwan terkejut. Dulu ketika ia masih di pabrik, ada juga yang berkata seperti itu. Namun dia lupa untuk berkenalan sementara dia dan sosok itu berada di jalur yang berbeda. Apakah mungkin dia adalah sosok yang ia cari selama ini?
"Tunggu dulu," interupsi Seunghwan, "kau... bukankah kau dulu satu kelompok dengan Jinsung?" tanyanya hati-hati.
"Kenapa kau bisa tahu? Aku diam-diam pindah ke sini, aku tidak suka aroma jeruk. Asal kau tahu saja, aku lebih suka aroma lavender. Jadi aku pindah ke sini," jelasnya.
"Jadi itu benar kau. Selama aku masih bisa melihat, aku berusaha untuk berkenalan denganmu. Sayangnya saat itu jalur kita berbeda. Untung saja kau pindah ke sini," ucap Seunghwan seraya tersenyum. Meskipun Junseo tidak bisa melihatnya.
"Kenapa?"
Seunghwan tak menjawab.
"Kenapa ingin berkenalan denganku?" tanya Junseo lagi.
"Kau itu unik."
Junseo mengernyit bingung.
"Dari yang kutemui selama ini, hanya kau saja yang mengeluh dengan tugasmu. Padahal kau diciptakan oleh mereka memang untuk tugas ini. Jadi aku penasaran saja kenapa kau sebenci itu dengan tugas ini."
Junseo tertawa keras mendengar penuturan Seunghwan. Setelah tawanya mereda, ia kemudian menjawab pertanyaan temannya ini.
"Kau tahu? Aku ini benci nyamuk. Jadi untuk apa semalaman aku berperang menghalau mereka, sementara manusia-manusia itu seenaknya tidur dan menumpahkan liur mereka di bantal-bantal empuk itu. Kesal sekali rasanya."
Seunghwan tidak tahu apa yang ada di pikiran Junseo. Selama ia hidup, yang ia pikirkan adalah tugas ini sangat mulia, karena dia berguna bagi para manusia yang sering menjadi mangsa nyamuk.
Biarkan saja, lagipula Junseo akan menyusulnya lusa.
-END-
Aneh aja gitu, kenapa sampe bisa kepikiran bikin cerita kek gini🤣
Kalo yang ini, dapet inspirasinya karena bisa dibilang darah gue ini favoritnya para nyamuk. Untung sih bukan para vampir.
Makanya itu, kepikiran pengen buat kek gini:v
Babay.
KAMU SEDANG MEMBACA
[1] Fantasy : PERSONA? -1THE9- [✓]
FanfictionKak yuk main tebak-tebakan yuk? "Just thinking about... The real them." June, 2019 - March, 2020.