9. A Slice of Trust

136 37 26
                                    

Bagian Sembilan: A Slice of Trust

Lakuna

_______

Terkadang Yerim benci dengan cara dunia mempermainkannya. Merenggut Jimin, menggores dan meninggalkan luka tanpa rupa, serta menarik takdirnya agar bertali dengan sebagian dari Jeon Jungkook.

Di samping itu, dia membenci dirinya sendiri yang jatuh terlalu mudah pada pesona si dokter. Diam-diam menyimpan rasa tanpa ia sadari, semakin menjadi setiap kali irisnya bersinggungan dengan milik Jungkook. Melupakan fakta kalau apa yang Jungkook lakukan selama ini semata-mata hanyalah karena dia seorang psikiater yang bertanggung jawab pada pasiennya. Tidak lebih. Bahkan untuk malam dingin yang mereka lalui di bawah langit musim semi tempo hari, semua itu tak ada apa-apanya.

Sempat terpikir oleh Yerim kalau yang Jungkook katakan malam itu hanya basa-basi, sekadar topik untuk menyambung obrolan mereka. Saat Jungkook bertanya apakah Yerim akan hadir jika Jungkook menikah, tentu saja Yerim mengiyakan. Sempat menambahkan candaaan di akhir ucapannya.

Asal aku dapat undangan. Berikan buket bunganya juga padaku supaya aku cepat menyusul.

Yerim tampaknya agak naif dengan menganggap semua itu hanya obrolan biasa. Sampai-sampai tak menyadari perubahan suara Jungkook dan ekspresi wajahnya ketika mengajaknya masuk ke dalam karena udara yang semakin dingin.

Jungkook pamit pulang pagi harinya setelah sarapan. Sempat mengucapkan selamat tinggal tepat di telinga kanan Yerim hingga berhasil membuat perasaannya bercampur tak karuan. Rasanya ingin menahan Jungkook dan membuatnya tinggal lebih lama, mendengarkan alasan kenapa harus apartemennya yang Jungkook pilih.

Namun sekarang, saat Jungkook berada tepat di depan mata, Yerim kehilangan segala pembendaharaan kata. Ia menggigit bibir. Jeon Jungkook terlihat baik-baik saja, tapi tidak dengan hatinya. Kalau bisa, Yerim ingin menghilang saat ini. Sungguh menyesali keputusannya untuk berjalan-jalan di Sabtu malam bersama Kim Taehyung.

Kalau saja Taehyung tidak sok akrab dengan memanggil Jungkook di jalan tadi, dia tidak perlu duduk bersama dengan mereka sekarang. Kim Taehyung—si bodoh yang sedang meneguk latte-nya, Jeon Jungkook yang sedari tadi menatapnya tanpa bicara, dan ... seorang perempuan yang datang bersama Jungkook. Han Jiyeon namanya, kalau Yerim tak salah ingat.

Terkutuklah kau, Kim Taehyung.

Yerim tak mengerti cara berpikir sepupunya. Beberapa hari lalu dia marah saat Yerim bilang Jungkook pernah menginap. Tidak ada niatan untuk bilang pada Taehyung sebenarnya, tetapi tetangga barunya membawakan puding untuk Yerim dan bertanya tentang pria yang menginap di apartemennya. Taehyung tak sengaja mendengar dan berakhir menginterogasinya setengah jam penuh. Taehyung bahkan bersumpah akan membunuh Jeon Jungkook jika mereka bertemu.

Pembual! Dia bahkan terlihat akrab sekali dengan Jungkook tadi.

"Ini Yerim yang diceritakan Seokjin? Yang katanya kekasihmu?" Pertanyaan itu jelas ditujukan Jiyeon pada Jungkook. Senyum hangat mengembang di bibir Jiyeon yang diberi perona peach, senada dengan dress-nya. Anting-anting panjangnya bergerak saat dia menolehkan wajah ke arah Jungkook, menyentuh tangan pria itu. "Cantik. Pantas saja."

Yerim mengira-ngira apakah itu sebuah pujian atau ironi.

"Kudengar dari Yerim kalau kau belum menikah, Dok?" Taehyung bertanya. Suaranya berhasil membuat Yerim melayangkan satu pukulan kecil pada paha Taehyung di bawah meja. Tapi dia kelihatan tak peduli. "Nona ini calonmu?"

Jungkook melirik Taehyung. Dia akan mengatakan sesuatu sebelum Jiyeon mendahuluinya. "Bukan. Kami hanya teman." Dia tertawa, tetapi entah kenapa tawa itu terdengar ganjil di telinga Yerim. "Jungkook teman lamaku. Beberapa hari lalu aku baru kembali dari Amerika setelah dua tahun tinggal di sana."

LakunaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang