Kim Taehyung memarkirkan mobilnya di basemen rumah sakit. Kemarin dia merasakan nyeri di bagian perut. Kemungkinan maag-nya kambuh atau yang paling buruk gejala usus buntu. Atas saran Yerim—yang sebenarnya lebih mirip seperti paksaan—akhirnya dia mengambil cuti untuk memeriksakan diri ke dokter.
Bukan hal yang mudah untuk mendapat izin. Bosnya, seorang wanita perfeksionis dengan rambut hitam sebahu yang dipanggil CEO Yoonji itu galaknya bukan main. Kening Taehyung terasa dilubangi oleh tatapan atasannya ketika meminta izin kemarin sore. Pasalnya akan ada peluncuran game baru beberapa bulan lagi dan posisi Taehyung cukup penting di perusahaan. Dengan beberapa pertimbangan, akhirnya Taehyung diizinkan cuti selama tiga hari.
Tadi malam Yerim menginap di apartemennya. Awalnya Yerim hanya ingin mengantarkan makan malam agar Taehyung tak perlu memasak. Tapi melihat keadaan Taehyung membuat Yerim kasihan pada sepupunya itu. Wajah Taehyung pias saat membuka pintu. Dia bilang perutnya mual dan Yerim harus bersusah payah membujuknya agar menelan dua sendok makanan yang ia bawa.
Memasuki lift, Taehyung menekan tombol bertuliskan angka tiga. Dia punya kenalan dokter yang bekerja di rumah sakit. Namanya Dokter Jung. Taehyung sudah mencoba menghubunginya semalam saat sakit perutnya terasa menggila. Berharap Dokter Jung bisa datang ke apartemen dan memeriksanya. Tapi ponselnya tak aktif. Mungkin sedang sibuk. Jadi Taehyung memutuskan untuk datang ke rumah sakit hari.
Pintu lift terbuka bersamaan dengan getaran handphone di saku celananya. Dengan cepat Taehyung merogoh sakunya.
"Halo?"
"Halo? Halo, Kim Taehyung, kau di mana?" Suara Yerim terdengar dari ujung sana. "Sudah ke rumah sakit?"
"Aku di rumah sakit sekarang. Baru mau menemui dokter kenalanku."
"Benar di rumah sakit?" tanya Yerim. "Rumah sakit mana?" todongnya lagi.
Taehyung menarik bola matanya ke sudut kiri, bibirnya mengerucut. Dia menepi ke sisi koridor saat seorang suster yang mendorong pasien di atas kursi roda melewatinya. Taehyung lalu menyandarkan punggungnya pada dinding sebelum berujar, "Di rumah sakit tempatmu dirawat dulu."
"Aku ke sana ya? Aku bisa meminta izin hari ini."
Taehyung melirik ke ujung koridor, lalu matanya menangkap sosok yang ia kenali tengah berjalan sambil membawa sebuket tulip putih di tangan. Jeon Jungkook.
Kebetulan sekali, pikir Taehyung. Dia juga sedang ingin menanyakan banyak hal pada Jungkook. Minggu lalu, Taehyung hanya ingin berbagi pizza dengan penghuni apartemen di sebelah Yerim saat sedang berkunjung. Mengetahui Taehyung adalah sepupu Yerim, wanita berkacamata itu bilang kekasih Yerim yang datang ke apartemen Yerim juga baik dan ramah pada mereka. Taehyung tidak bisa memikirkan orang lain selain Jungkook.
"Tidak usah. Aku bisa sendiri. Kita bertemu saja nanti malam. Sudah ya, aku mau menemui Dokter Jung dulu."
Telepon dimatikan. Lalu detik berikutnya, Taehyung mengayunkan langkah untuk mendekati Jungkook. Dalam benaknya, dia sudah menyiapkan puluhan pertanyaan tentang alasan kedatangan Jungkook ke apartemen Yerim. Karena jujur saja, Taehyung masih menaruh curiga pada pria itu. Meskipun Taehyunglah yang menyuruh Jungkook mencari Yerim di krematorium beberapa minggu lalu.
Taehyung memanggil Jungkook, tapi sepertinya Jungkook tak mendengar. Ia masuk ke sebuah ruang rawat. Di depan pintu, Taehyung menyembulkan kepalanya melalui kaca transparan. Dilihatnya seorang pria yang mengenakan jas formal duduk di sofa, nampaknya tengah berbicara dengan seseorang melalui telepon. Ada seorang pasien di sana. Jungkook mengganti bunga di dalam vas dengan tulip yang dia bawa sebelum mendekati pasien itu lalu memberikan kecupan singkat di keningnya.
![](https://img.wattpad.com/cover/175345276-288-k564423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
FanfictionKang Yerim sudah terluka sejak lama dan Jeon Jungkook datang seolah siap berbagi luka dengannya. Pic: 오, 늘 Exhibition Scan by ©guwoljk ©yourpapillons, 2019