Lakuna
Bagian Tujuh Belas: Sweven
______
"Ada yang melihatmu terus." Jimin berbisik sebelum menjatuhkan diri di kursi. Buku-buku fisika yang diambil dari rak sudah menggunung di meja. Ia lalu mengeluarkan permen karet dari saku diam-diam setelah melirik penjaga perpustakaan yang tengah sibuk mendata peminjaman buku, menawarkannya pada Yerim namun segera ditolak oleh gadis itu.
"Jangan mengada-ngada, Park." Yerim mendengus sambil memutar-mutar pulpennya, menatap rumus-rumus yang membuat kepalanya pening luar biasa. "Jimin, kau 'kan pintar soal hitung-menghitung, bantu kerjakan dong! Percuma kalau berkelompok tapi aku saja yang kerja."
Jimin menarik buku dan pulpen dari tangan Yerim. Tapi alih-alih mengerjakan soal, dia meraih pipi Yerim, bergerak membawa pipi itu untuk menoleh ke arah jam sebelas. Dan Yerim melihatnya. Anak laki-laki yang sedang menyalin sesuatu dari buku itu tampak salah tingkah. Dia salah satu siswa yang kemarin datang terlambat bersamanya. Jeon Jungkook? Yerim tak terlalu ingat namanya. Yang pasti kemarin dia membantu Yerim memindahkan pot besar ketika mendapat hukuman untuk membersihkan halaman sekolah.
"Dia sedang mencatat, tidak melihatku."
"Sumpah, tadi dia menatap ke arahmu terus. Sepertinya dia suka padamu."
Satu jitakan mendarat tepat di kepala Jimin, tapi dia hanya tertawa. "Jangan bodoh!"
"Tapi dia tampan, 'kan?" Jimin senyam-senyum. Yerim bergidik. Khawatir malah Jimin yang suka pada anak laki-laki itu.
Namanya Jeon Jungkook.
Kaki sudah berjinjit, tapi Yerim hanya mampu menggapai bagian bawah buku. Raknya terlalu tinggi. Perpustakaan sepi jika sudah lewat jam pulang. Padahal dia memerlukan buku itu untuk referensi tugasnya. Penjaga perpustakaan yang masih muda itu sebenarnya bisa membantu, tapi kabar miring beredar di seantero sekolah kalau pemuda itu agak mesum. Apalagi Yerim sedang berada di rak paling belakang. Dia berpikir untuk kembali lagi besok dan meminta bantuan temannya untuk mengambilkan buku saat seseorang berjalan ke lorong tempatnya berdiri.
"Permisi, bisa menolongku untuk mengambilkan buku? Letaknya lumayan tinggi."
"Yang mana?"
Jungkook. Baru disadarinya saat Jungkook mendekat. Yerim berdeham ringan. "Yang bersampul merah di atas itu."
Saat kau melihat matanya, kau seakan menatap semesta.
"Oi, Jungkook! Mau main tidak?!"
Suara itu berasal dari sisi lain lapangan. Tak begitu lama setelahnya, Jungkook berlari dengan rambut setengah basah. Ia mengambil posisi flank, menggiring bola dan mengatur serangan. Beberapa murid perempuan berteriak menyemangati. Yerim mematung di samping lapangan dengan lembar jawaban yang baru diambilnya dari ruang guru. Hari itu ulangan matematika harus ditunda lima belas menit karena dirinya.
Semesta yang sangat jauh. Tapi di saat yang bersamaan terasa dekat.
Satu-satunya kursi yang masih tersisa di dalam bus pulang hari itu ada di samping Jungkook. Kedua telinganya dipasang earphone dan dia kelihatan sibuk dengan ponselnya tanpa memperhatikan sekitar. Yerim menggenggam handle grip bus dengan erat. Dia akan berdiri selama perjalanan.
Di halte berikutnya, tujuh siswa laki-laki dengan seragam mencuat bersiul-siul menaiki bus dan mengambil tempat berdiri yang terlalu dekat dengan Yerim. Salah satu dari mereka bahkan sengaja berdiri menghadapnya. Gadis itu menggenggam rok pendeknya erat. Sebelum bus melaju, ia mundur dan perlahan-lahan mendudukkan diri di satu-satunya kursi yang masih tersisa, di samping Jungkook yang matanya terpejam. Yerim sedikit merasa tenang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
FanfictionKang Yerim sudah terluka sejak lama dan Jeon Jungkook datang seolah siap berbagi luka dengannya. Pic: 오, 늘 Exhibition Scan by ©guwoljk ©yourpapillons, 2019