Aku sudah memiliki ruang kosong itu. Tapi kau menarik paksa namamu dari sana.
_______
Lakuna
Bagian Tiga Belas: Hers, Always
_______
Dia tahu.
Tangan Jungkook terkepal, sementara netranya masih memandangi layar ponsel. Meniti belasan pesan masuk dari Yerim yang membuatnya terbangun tadi. Yerim marah, jelas sekali. Dari pesan-pesan yang ia kirim, Jungkook bisa membayangkan bagaimana perasaan gadis itu. Dia pasti merasa dibohongi. Dan Jungkook tak menyalahkannya jika berpikir demikian.
Karena dilihat dari sudut mana pun, tak ada yang akan membenarkan Jungkook.
Jungkook tak pernah berniat untuk berdusta, sedikit pun tak pernah. Dia bukannya tak tahu mengenai rencana pertunangan antara dirinya dan Jiyeon. Jungkook sadar sepenuhnya. Sebelum Jiyeon kembali dari Amerika—jauh sebelum ia bertemu dengan Yerim lagi—orangtua mereka memang telah membicarakan hal ini. Alpanya, Jungkook menjawab 'terserah' saat dipertanyakan kesediaannya. Melupakan pertengkaran hebat dengan Jiyeon sehari sebelum dia pergi.
Ketika Yerim hadir kembali, Jungkook berusaha meyakinkan diri kalau dia masih mencintai Jiyeon dan seorang Kang Yerim yang datang dari masa lalu tidak akan mengubah hatinya. Dalam keyakinan itu, Jungkook menganggap apa yang dia lakukan untuk Yerim adalah caranya untuk meringankan beban si gadis Kang, melakukan apa yang seharusnya sudah ia lakukan sejak Yerim menangis di halte dulu.
Setidaknya itulah yang Jungkook yakini, sampai hari itu tiba.
Jungkook menyaksikan segalanya. Sama seperti yang ia saksikan dua tahun lalu. Tidak ada yang berubah.
Sebuah keadaan yang membuat Jungkook memberanikan diri menemui Kang Yerim, mendekapnya, memagut bibir, dan meminta Yerim untuk mengisi namanya di lakuna. Sebuah keadaan yang mengantarkan Jungkook menemui titik kesadaran bahwa rasa cintanya pada gadis Han telah luntur sejak dua tahun lalu. Terkikis waktu, pun dengan ketiadaan Jiyeon di sisi Jungkook. Meski Jungkook telah mencoba mengais-ngais kembali rasa yang ia miliki untuk Jiyeon, tak ada lagi yang tersisa.
Aku ke apartemenmu sekarang.
(2:20 AM)
Jungkook meraih kunci di atas nakas dengan kepala yang terasa berat. Dia baru bingkas dari ranjang saat mendapati panggilan masuk dari Yerim di handphone-nya.
"Aku Taehyung," kata suara di ujung telepon, kedengaran tak senang. "Yerim sedang mabuk jadi dia meracau. Kau tidak perlu ke sini, biar aku yang menangani."
Jungkook belum sempat mengatakan apa pun tapi Taehyung sudah menutup telepon. Tubuhnya melorot lagi. Tangannya bergerak menyentuh tengkuk, lalu menekannya. Apa yang harus dikatakan pada gadis itu? Bagaimana caranya untuk meluruskan kemelut ini?
Suara ketukan pada pintu membuat Jungkook mendongak. "Jeon? Jeon Jungkook!"
Jungkook bangkit lalu mendekati pintu saat ketukan panjang itu nampaknya tidak akan terhenti. Saat dibuka, ibunya berdiri di sana. "Ibu tidak ingin membangunkanmu, tapi tadi Ibu mendapat telepon dari rumah sakit. Mereka bilang Han Jiyeon mencarimu."
_______
"Kupikir kau tidak akan datang."
Kalimat itu meluncur dari bibir Jiyeon saat Jungkook baru saja membuka pintu. Ditatapnya gadis yang terbaring lemah di ranjang sejenak sebelum akhirnya membuang pandang. Tidak berniat menimpali pernyataan gadis itu, ia memilih mendekati sofa dan duduk di sana. Kalau bukan karena statusnya sebagai dokter di rumah sakit ini, Jungkook tidak mungkin bisa masuk. Siapa juga yang minta dijenguk dini hari begini? Hanya Han Jiyeon.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
FanfictionKang Yerim sudah terluka sejak lama dan Jeon Jungkook datang seolah siap berbagi luka dengannya. Pic: 오, 늘 Exhibition Scan by ©guwoljk ©yourpapillons, 2019