Waktu makan malam di apartemen tidak pernah menjadi favorit Yerim. Satu hal yang paling dia ingat dari makan malam adalah ketika Taehyung kepedasan sampai menangis karena menambahkan bubuk cabai terlalu banyak ke dalam ramen miliknya sendiri beberapa bulan lalu, dan membuat Yerim terbahak hingga sakit perut. Selebihnya, yang Yerim ingat tentang makan malam hanyalah suara sendok dan piring yang saling beradu, juga kesendirian.
Tadi Jungkook duduk di depannya, mengunyah makanan dengan mulut penuh. Dia bilang dia menyukai sup galbitang buatan Yerim. Penampilan pria itu terlihat sedikit lebih baik daripada saat dia datang. Tidak ada lagi wajah kelelahan. Gigi kelinci Jungkook menyembul saat ia hendak memasukkan makanan ke dalam mulut. Melihatnya, Yerim tak tahan untuk tak tersenyum.
Yerim tahu membukakan pintu untuk Jungkook itu tindakan bodoh. Pasalnya, apartemen yang Yerim tempati tak terlalu besar. Hanya ada satu kamar tidur, satu kamar mandi, ruang makan yang terhubung dengan dapur, dan sebuah ruangan yang ia gunakan untuk bersantai atau menonton televisi.
Salahkan rasa ibanya yang terlalu besar saat melihat Jungkook berdiri di depan pintu apartemennya. Salahkan juga tangannya yang membukakan pintu lebih lebar agar Jungkook bisa masuk. Sekarang ia jadi pusing sendiri, bingung memikirkan Jungkook akan tidur di mana. Tidak mungkin menyuruhnya tidur di sofa dekat televisi. Rasanya tidak sopan sekali. Mau tak mau, Yerim harus merelakan kamarnya ditempati Jungkook malam ini. Dia sudah memikirkan nasibnya bergelung di sofa nanti malam.
"Aku sudah selesai." Pria itu kembali setelah hampir lima belas menit berada di kamar mandi. Jungkook bilang dia langsung menuju apartemennya setelah dari rumah sakit, jadi belum sempat untuk mandi.
Tapi aku membawa pakaian ganti di mobil, katanya. Entah hanya kebetulan atau tidak. Yang pasti Yerim ingat saat pria itu tersenyum lebar saat hendak mengambil pakaian ganti di mobilnya yang terparkir di lantai dasar.
"Tunggu sebentar. Aku akan menyiapkan kamar untukmu."
"Sedang mencuci?" Jungkook tiba-tiba sudah berdiri di samping Yerim.
Yerim menyingkirkan anak rambut yang menjuntai menutupi wajahnya dengan punggung tangan yang basah sebelum kepalanya menoleh ke samping kanan. Satu detik. Dua detik. Tiga detik. Dia tak berkedip. Seluruh atensinya berpusat pada seseorang yang berdiri mengenakan t-shirt hitam berlengan pendek dan celana santai. Rambutnya meriap setengah basah. Aroma manis vanilla dari sabun miliknya menguar dari tubuh pria itu.
Dia Jeon Jungkook, tapi tak terlihat seperti Jeon Jungkook.
Maksud Yerim, Jungkook yang berdiri di depannya sekarang, berbeda sekali dengan yang selama ini dia kenal. Dengan pakaian seperti ini, orang-orang pasti mengira dia bukan psikiater. Dada bidang, tubuh proporsional, dan urat yang terlihat di sekitar lengannya membuat Yerim meneguk ludah.
"Sini, biar kubantu. Aku bisa diandalkan dalam hal-hal seperti ini."
Tangan Jungkook hendak meraih mangkuk kotor dari kitchen sink sebelum Yerim menepisnya dengan cepat. "Tidak usah. Kau kan baru saja mandi. Biar aku saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
FanficKang Yerim sudah terluka sejak lama dan Jeon Jungkook datang seolah siap berbagi luka dengannya. Pic: 오, 늘 Exhibition Scan by ©guwoljk ©yourpapillons, 2019