⚠️ Warning ⚠️
This part will contain some inapproprite words, actions, and issues. Please read with an open mind and make sure you can proceed the risk on your own.
_______"Katakan padaku. Apa yang kau rasakan sekarang?"
"Aku tidak apa-apa."
Yerim hanyalah gadis rapuh yang bersembunyi di balik kata tidak apa-apa. Orang tuanya bercerai ketika dia masih duduk di sekolah menengah. Ayahnya berselingkuh, para tetangga yang suka bergosip bilang begitu pada Ibu ketika arisan.
"Dengan teman sekantornya kurasa. Ayahnya Hanna kan sering pulang malam juga. Beberapa kali melihat suamimu di Apgujeong."
Tetapi saat itu Ibu hanya mengibaskan tangan dan tertawa seolah itu hanyalah candaan. Sebab Ayah bukanlah orang yang tidak baik atau pria pengecut yang tak bertanggung jawab. Dia punya pekerjaan yang bagus sebagai pegawai kantoran. Dia juga menyayangi Yerim dan ibunya, setidaknya itulah yang Yerim yakini dulu.
Sampai suatu malam Ayah pulang sambil membawa surat cerai untuk Ibu, melemparnya tepat di depan muka. Yerim yang sedang mengambil air minum di dapur menyelinap ke kamar diam-diam lalu menguping. Ayah bilang dia bosan, dia lelah berpura-pura. Pernikahan Ayah dan Ibu terjadi karena perjodohan orang tua mereka, Ayah sama sekali tak mau. Ayah tidak bahagia hidup bersama Yerim dan ibunya. Ada wanita lain yang memberi Ayah kebahagiaan di luar sana.
"Aku muak hidup bersama orang cacat sepertimu!"
Ayah berteriak malam itu. Dia malu pada teman-teman kantornya yang terus-terusan menanyakan istrinya jika mereka berkumpul. Dia malu punya istri seperti Ibu. Malu karena kaki kiri Ibu tidak normal sehingga harus diseret ketika berjalan. Itu terjadi begitu saja saat usia Ibu masih sangat kecil. Kakinya lumpuh setelah menderita demam tinggi.
Di hari perceraian orang tuanya, dia menangis di halte dan Jimin datang padanya menawarkan ketenangan. Yerim yang tak punya tempat bersandar jatuh padanya.
"Ingin minum?" Jungkook bertanya lagi, menyadarkan Yerim yang kemudian melipat kedua kakinya.
Terduduk lesu, menumpukan dagu di atas lutut yang terlipat, menatap nanar pada selimut yang menutupi kaki, Yerim masih belum sadar sepenuhnya. Tangisnya sudah berhenti, tetapi kini pikirannya dipenuhi ingatan dan keresahan hingga rasanya mau meledak.
Selama sekitar dua bulan setelah kecelakaan, situasi yang sama pernah terjadi. Bayangan kecelakaan itu menghantuinya setiap malam seperti teror tak berkesudahan. Badannya kurus kering, kantung matanya menghitam, kuliahnya terabaikan. Dia bahkan tak punya pandangan barang setitik untuk masa depan. Jimin dan kepergiannya membuat Yerim begitu terpuruk.
Kalau saja saat itu dia tak ingat ibunya yang bersusah payah mencari uang sendirian, Yerim masih akan tetap berada pada lingkaran kesedihan itu.
"Jungkook ... " Yerim memanggil namanya dengan suara pelan dan serak tanpa mengalihkan pandang untuk menatap pemuda itu. "Kenapa aku terus memimpikan kecelakaan itu lagi bahkan setelah lima tahun?"
Jungkook berdeham rendah. Dia ingin berpura-pura tak tahu-menahu mengenai Jimin dan Yerim. Toh dia memang tak tahu. Hanya mendengar kisah mereka dari Namjoon tempo hari. Hanya tahu kalau keduanya terlibat kisah cinta tragis. Tapi kalau sudah dihadapkan dengan pertanyaan seperti ini dan kondisi Yerim juga lebih parah dari apa yang dia bayangkan, Jungkook tak bisa tinggal diam.
Menarik napas sejenak, dokter itu kemudian berkata, "Karena kau cemas berlebihan."
"Begitukah?"
![](https://img.wattpad.com/cover/175345276-288-k564423.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
FanficKang Yerim sudah terluka sejak lama dan Jeon Jungkook datang seolah siap berbagi luka dengannya. Pic: 오, 늘 Exhibition Scan by ©guwoljk ©yourpapillons, 2019