Lakuna
Bagian Satu: That Girl
________
Hujan masih turun dengan lebat meski waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. Petir saling menyahut dan cahaya kilat melesat cepat. Kang Yerim memandang lampu-lampu yang terlihat temaram di pinggir jalan dari balik kaca mobil yang berembun. Menghembuskan napas panjang yang kemudian menjadi asap tipis di sekitar bibirnya.
Dia sedikit terlonjak saat tangannya yang dingin dilingkupi oleh tangan seseorang. Itu Jimin yang sedang menyetir di sampingnya. Pandangan pria itu lurus ke depan, tangannya yang lain memegang kemudi. Dari samping begini, Yerim bisa melihat Jimin tersenyum.
"Kau suka kencan kita gagal?" Yerim bertanya karena gelagat aneh Jimin.
"Siapa bilang gagal? Kita akan kencan di apartemen dengan secangkir cokelat panas." Jimin menjawab ringan, tersenyum lagi. "Beruntung sekali malam ini hujan, aku tidak suka taman."
Rencananya mereka akan bersepeda di taman untuk menghabiskan akhir pekan. Namun tepat setelah Jimin berbelanja makanan ringan di minimarket, angin besar berembus dan hujan lebat turun tanpa peringatan. Mereka sudah menunggu, tapi tidak ada tanda-tanda hujan akan berhenti. Maka mau tak mau, mereka harus membatalkan kencannya.
Jimin menautkan jemarinya lebih erat pada jari-jari Yerim. "Tidak apa-apa. Aku tetap suka, asal bersamamu."
Detik berikutnya waktu seolah berhenti. Yerim ingat rasa itu.
Rasa sakit yang mendera tubuhnya saat mobilnya tergelincir dan terbanting berulang kali. Diikuti bunyi debam keras yang memekakkan telinga. Ketika membuka mata, kepalanya pening dan tubuhnya nyeri luar biasa. Darah yang mengalir di pelipis membuat gadis itu bergetar. Mengabaikan lengan atasnya yang tergores pecahan kaca, Yerim menggerakkan tangan untuk menyentuh Jimin.
"Jimin ... " Suaranya lirih, terbenam oleh air hujan yang menghantam badan mobil berkali-kali. Pandangan Yerim perlahan mulai kabur karena air mata. "Jimin ... "
Yerim mencengkram baju yang Jimin kenakan. Mengguncang tubuh prianya berkali-kali.
"Jimin, bangun. Jimin kumohon bangun!"
"Jimin!"
"PARK JIMIN!"
_______
"Miss Yerim?"
Saat membuka mata, yang tertangkap oleh indra penglihatannya adalah potret seorang gadis kecil berkuncir satu yang tengah menatapnya dengan mata berbinar. Yerim menegakkan badan, menyandarkan punggungnya pada kursi dan mencoba rileks. Dia ketiduran di ruangannya saat tengah memeriksa berkas, pasti karena efek begadang semalam. Tumpukkan map di depannya membuat Yerim mendesah.
Tangannya meraih segelas air di meja lalu diteguknya hingga tersisa setengah. Dia menyeka keringat di pelipisnya dengan punggung tangan, kemudian mengurut keningnya yang terasa sedikit pening.
Mimpi itu datang lagi.
"Miss Yerim sedang sakit ya?"
Pertanyaan itu menyadarkan Yerim. Dia hampir lupa dengan kehadiran gadis kecil di ruangannya.
"Tidak, Miss Yerim tidak sakit, kok." Yerim tersenyum, mengacak rambut gadis itu dengan tangan kanannya. "Ada apa kemari?"
Gadis kecil itu menurunkan tas punggung merah mudanya ke lantai. Membuka resleting paling depan untuk mengambil sesuatu kemudian mengulurkannya pada Yerim. "Ini. Ara mau mengembalikan pulpen milik Miss Yerim yang Ara pinjam untuk menulis nama tadi. Terima kasih."
KAMU SEDANG MEMBACA
Lakuna
FanfictionKang Yerim sudah terluka sejak lama dan Jeon Jungkook datang seolah siap berbagi luka dengannya. Pic: 오, 늘 Exhibition Scan by ©guwoljk ©yourpapillons, 2019