Pemuda itu mondar-mandir tak jelas. Kedua tangannya menarik kasar rambut cokelatnya. Matanya menatap tajam pada handphone yang terus berdering nyaring. Sejak tadi siang di base camp bangtan, sampai dia berada di rumah dan dengan posisi di kamarpun ponselnya tetap berbunyi.
Panggilan masuk dengan deretan angka itu sungguh membuat Taehyung frustrasi. Taehyung bukannya takut, namun dia sedikit waspada (bohong, sebenarnya dia benar-benar takut) jika nomor itu merupakan nomor milik seorang penjahat.
Hembusan napas lega dari Taehyung terdengar, saat handphonenya tidak berdering lagi. Sudah kelima ini, panggilan itu selalu didiami Taehyung. Bisa dibilang Taehyung enggan menerima panggilan itu, karena takut dengan perkataan Hoesok.
'Matilah kau, hantu itu meneror mu.'
"Emmm... Eomma tolong akuuu.."
Sifat kanak-kanak Taehyung muncul seketika, saat dering ponsel itu kembali berbunyi. Dengan sedikit gemetar, tangannya terulur mengambil handphone-nya yang tergeletak di atas ranjang. Ditatapnya nomor itu, sebelum jempolnya menekan tombol hijau dan digeser keatas.
Perlahan didekatkan benda pipih itu di telinga kanannya. Bibirnya dibiarkan bungkam seolah menunggu suara seseorang diseberang sana. Tubuhnya makin bergetar, saat suara seorang wanita menembus gendang telinganya.
"Yeoboseo, Kim Taehyung?"
Taehyung masih bergeming, mencoba mengingat suara siapa disana.
"Ya! Kim Taehyung! Ini aku Lisa."
"Lisa?!" ucap Taehyung kaget bukan main.
"Jadi selama ini, kau yang mencoba menghubungiku? Kenapa?" tanya Taehyung dengan tergesa, karena dia penasaran.
Diseberang sana, Lisa mengumpat. Ingin sekali ia menyumpal mulut Taehyung dengan kaos kaki.
"Aku menggunakan ponsel Jennie. Aku menghubungimu juga karena aku ingin kau menyampaikan pada ayah, bahwa aku tak pulang hari ini. Aku menginap dirumah Jennie." tuturnya, menjelaskan kepada Taehyung yang kini sudah bernapas lega. Karena bukan makhluk alam gaib yang sedang menerornya. 'sialan, Heosok hyung.' batinnya mengumpati Heosok yang sudah membuatnya jadi orang bodoh, karena merasa dibodohi.
"Memangnya kenapa kau tidur di rumah Jennie?" tanya Taehyung, bersikap menjadi kakak yang baik.
"Ck, bukan urusanmu. Sudah, ya. Ku tutup. Oh, iya. Ini nomor Jennie kau simpan ya. Handphoneku lowbat, kau hubungi saja Jennie jika kau mengkhawatirkan ku."
Mata Taehyung membola, "Hiii, kenapa juga aku mengkhawatirkan mu. Kututup, sampai jumpa."
Panggilan mereka terputus begitu saja, dengan Taehyung yang memutus panggilan itu.
Helaan napas keluar dari bibir Taehyung. Melirik sebentar pada kunci motor yang tergeletak begitu saja di atas nakas. Setelahnya menatap sekilas pada handphone yang digenggamnya. Menimang keputusan untuk memilih menghubungi atau langsung bertatap muka.
Pemuda itu meraup wajah kasar, tangannya meraih kunci itu dan segera meninggalkan kamar. Melangkah lebar, menuju salah satu ruangan yang ditempati ibunya - ibu kandungnya.
Tangannya menggantung bersiap untuk mengetuk pintu kayu itu beberapa kali. Tiga ketukan terdengar, dan suara ibunya belum menyahut. Taehyung memilih segera memutar knop pintu, dan segera masuk.
"Eomma," panggilnya pada seorang wanita yang kini duduk dengan bersandar di kepala ranjang. Mata indahnya terhalangi oleh kacamata. Kepalanya menunduk, mengamati deretan huruf kecil-kecil disana. Bisa dibilang Ibunya tengah membaca buku.
"Taehyung-ie, ada apa?" tanya sang Ibu yang kini sudah mengalihkan pandangannya kearah Taehyung.
Taehyung tersadar, buru-buru mendekat kearah ranjang mendekati Ibunya. "Eomma aku minta ijin," Hayeong - Ibu Taehyung menatap dengan seksama, menunggu puteranya melanjutkan ucapannya. "aku kerumah abeoji."
Hayeong diam menanggapi, mengeluarkan satu helaan napas. Memgalihkan fokusnya pada pintu balkon yang dibiarkan terbuka.
Taehyung yang tahu suasana ibunya berubah, karena Taehyung menyebut nama sang ayah, menjadi merutuk pada dirinya sendiri. "Eomma, aku tak 'kan lama. Lagipula aku hanya menyampaikan pesan Lisa." ucapnya mencoba menghibur sang Ibu.
"Pergilah nak. Eomma tidak apa-apa jika sendiri. Eomma mu ini, kuat kau tahu?" pandangan Hayeong kini kembali pada Taehyung. Tangannya mengelus rambut sang putera dengan penuh kasih sayang. Bibirnya menyungging, senyum menawan tercipta disana.
Taehyung ikut tersenyum, "Aku tak akan lama dengan si berengsek itu, Eomma."
"Ya! Kim Taehyung! Jaga ucapanmu. Kau tak boleh begitu pada ayahmu, mengerti?" kata Hayeong, dengan mata melotot nyaris keluar. Taehyung meringsis, dan mengangguk. Mengecup kening Ibunya sebelum beranjak keluar.
"Aku pergi dulu, Eomma."
Pintu tertutup, kini hanya mininggalkan Hayeong dengan hati yang sedikit berdenyut. Mengingat kembali perpisahannya sengan mantan ayah Taehyung dua tahun lalu.
Halo, aku update setelah seminggu berlalu.
Disini udah pada tahu ya, kalo Taehyung itu saudara tiri Lisa. Aku buat gitu, karena pada awal Lisa itu udah kasih ekspresi kesal kalo Jennie sebut nama Taehyung.
Jadi, nikmatin aja alurnya. Aku harap, alurnya nyambung setiap chapter-nya.
Bye. :)
KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW CARD | ✔️
Fanfiction[Completed] Taehyung yang selalu diikuti cewek cantik yang ngaku-ngaku jadi teman masa kecilnya. Gadis bermata kucing, yang pada dasarnya suka sama dia. "Aku nggak punya teman cewek!" BTS/BLACKPINK fanfiction [TaehyungxJennie] ©2019 gogoayo