4 - Began to Love

1.3K 187 2
                                    

Taehyung menyeka keringat di dahi, menggunakan lengan seragam sekolahnya. Hari ini, satu angkatan masih dibebaskan karena belum memiliki jadwal dan materi belajar. Tentu hal ini dimanfaatkan Taehyung dan teman-temannya untuk bermain basket.

"Kau, payah sekali."

Ejek salah satu temannya, karena tidak dapat merebut bola dari tangan Yoongi si kelas tiga yang memilih membolos hari ini.

Taehyung berdecak, "Aku hanya mengalah."

"Mengalah?" Yoongi melambatkan pantulan bola, menangkap dan menyimpannya di antara pinggang dan lengan. "Bukannya, kau memang buruk dalam bermain basket?"

Seketika kedua teman lainnya tertawa. Sungguh kau harus bersabar Kim Taehyung.

"Yak! Hyung!"

"Aniyo, Tae. Aku hanya bercanda." jawab Yoongi cepat, mengingat Taehyung akan mogok makan selama tiga hari jika ucapannya tidak segera diralat.

Kadang Yoongi juga heran. Memeliki tubuh besar, dan rupa tampan yang di elu-elukan para gadis. Tidak menjamin Taehyung memiliki sifat manly yang cenderung dimiliki kebanyakan pria. Namun, menurut Yoongi. Taehyung lebih cocok disebut anak yang masih berusia lima tahun. Sifat Taehyung itu masih sangat kekanak-kanakan.

Taehyung tersenyum menunjukkan senyuman kotak miliknya. Yoongi tidak membalas. Mengambil posisi ancang-ancang, melayangkan bolanya. Dan yeah, masuk! Memberikan tepukan dibahu Taehyung sebelum menepi kearah botol air mineral berada.

Jungkook berlari kearah bola yang masih memantul. Memainkan dengan lihai kemudian melempar ke arah Taehyung. Jimin ikut menyusul Yoongi yang kini sudah duduk dengan kaki diluruskan memegang sebuah botol air.

"Hyung, tidak masuk kelas?" tanya Jimin, sembari membuka tutup botol.

Yoongi tidak menoleh sama sekali, bibirnya menyunggingkan seringai tipis.

"Malas, lebih baik memantau kedua bayi itu daripada harus berhadapan dengan Seokjin."

Tawa Jimin mengudara, sejak kapan Yoongi takut dengan Seokjin? Itu perlu dipertanyakan. Baru Jimin tahu, dan ini dari mulut Yoongi langsung. Ingin sekali Jimin memencet bel sekolah agar segera istirahat. Saat itulah perang sesungguhnya dimulai, Seokjin dan Yoongi. Bukankah lucu?

Mencoba memberhentikan tawanya, Jimin mengubah pembicaraan. "Hidup SMA itu menyenangkan 'kan? Rasanya pagi tadi aku menemukan bidadari baru."

Yoongi menoleh, memicingkan mata, "Yak! Belum satu hari kau disini. Sudah cari incaran?" decaknya tidak habis pikir.

"Eyy, bukan begitu, hyung. Dia memancarkan aura yang berbeda. Wajahnya begitu dingin tapi.., yeah cantik." ujar Jimin dengan senyuman menjijikkan dimata Yoongi.

"Kau tahu, hyung. Dia terlambat hari ini, tapi tanpangnya terlihat biasa saja. Bahkan tadi saat aku mengatainya 'lamban', dia tetap acuh." lanjut Jimin, walau dia tahu Yoongi mengabaikannya.

Jimin terus saja mengoceh tidak jelas tentang bidadari incarannya. Yoongi mengangguk-angguk dengan malas. Matanya mengawasi kedua bayi yang tengan berebut bola basket. Namun, saat matanya melirik kearah koridor yang digunakan para siswa menuju taman belakang, matanya yang sipit membelalak sempurna.

Tangannya menepuk-nepuk lengan Jimin, yang harus berhenti karena terganggu.

"Ish!! Ap-" belum sempat Jimin bertanya, Yoongi sudah persiapan untuk berlari dari tempatnya.

"Yak! Hyung! Ken-"

"Min Yoongi!! Berhenti disitu!!" teriakan itu membuat Jimin menoleh. Jungkook dan Taehyung juga berhenti berlari dan menoleh kearah seorang pria bertubuh tinggi di pojok sana.

YELLOW CARD | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang