7 - Sapaan

944 147 14
                                    

Dengan tergesa Taehyung segera turun dari mobil yang membawanya sampai ke sekolah tepan waktu. Beruntung, ayahnya punya sopir yang sudah seperti pembalap tingkat internasional. Taehyung tidak terlambat hari ini.

Pemuda itu membungkuk sekilas, setelahnya lari terbirit-birit menuju gerbang yang masih terbuka lebar. Surainya yang memang agak panjang berlambai-lambai seirama dengan langkah cepatnya.

"TAEHYUNG!!"

Spontan, kakinya mengerem. Dengan napas yang sedikit terengah, kepalanya ditolehkan perlahan ke arah sumber suara yang memanggilnya.

"Apa?" tanya Taehyung, kepada Jimin yang berjalan santai menghampirinya. "Tak usah, sok keren, Jim."

Jimin berdecak, memberhentikan kakinya tepat disamping Taehyung. "Aku memang keren. Jadi, jangan iri kepadaku." ujarnya dengan senyum menyombongkan diri.

Taehyung mendelik, menonjok pelan lengan Jimin dan kembali melangkah. Dibarengi Jimin yang berada disampingnya. Mereka berjalan beriringan. Bisa dirasa, semua pasang mata melihat kearah mereka.

Kedua orang itu memang primadona sekolah. Bahkan baru dua bulan, mereka sekolah disitu. Mungkin karena pada dasarnya keduanya memiliki garis wajah tampan. Apalagi Taehyung, yang ayahnya menjabat sebagai direktur utama di salah satu perusaan ternama di negara itu. Para kakak mereka, yang juga sudah menjadi senior populer, tak luput dari alasan mereka berdua tenar.

"YA! YA! YA! KALIAN MENINGGALKAN KU!!"

Satu lagi seorang primadona datang. Jeon Jungkook yang paling imut.

"Ya! Sudah kubilang tunggu aku disana, jika aku belum datang." cerocos Jungkook kepada dua pemuda di samping kirinya. "Dan aku juga sudah bilang, 'kan? Jika kalian yang belum datang, maka aku yang menunngu kalian. Tapi kenapa kalian meninggalkanku?"

Helaan napas keluar dari bibir Jungkook, saat kedua orang yang ada disampingnya hanya menoleh dan mengangkat alisnya tinggi.

"Kejam sekali dirimu." lirihnya dengan decakan keras.

"Menjijikkan sekali dirimu." balas Taehyung dan Jimin kompak. Mereka mempercepat jalan mendahului Jungkook yang terbengong, tak terima dengan apa dilakukan teman se klop-nya. Jungkook menoleh dan berdesis, menyusul langkah keduanya layaknya ada leser dikedua mata bundar miliknya.

Belum sempat menyalurkan rasa emosinya kepada dua pemuda yang begitu menyebalkan. Jungkook harus memekik kesakitan saat hidungnya bertabrakan dengan cukup keras dengan punggung Taehyung.

Pemuda bergigi kelinci itu berdesis, "Ya! Kalian ini kenapa? Berhenti men- oh! Hai, cantik!" kata Jungkook yang tadinya mendumal sebal, berubah menjadi manis seketika. Saat matanya menatap sesosok gadis cantik didepan mereka.

Jennie Kim.

Jangan tanya, Jungkook tahu Jennie darimana. Dari Jimin yang selalu curhat kepada Jungkook, dan mengatakan ada gadis lamban, dan pendek dikelasnya. Dan Jungkook juga tahu, bahwa gadis yang dicap 'lamban' oleh Jimin ternyata gadis yang mempunyai paras cantik. Oleh sebab itu, Jungkook menyapa Jennie dengan embel-embel 'cantik'.

Karena, asal kalian tahu. Jungkook itu terkenal dengan sebutan playboy. Tapi dibalik sebutan itu, Jungkook bahkan belum memiliki satu pun gadis yang pernah menjadi kekasihnya. Memang jomblo akurat. Jangan lupakan Taehyung dan Jimin, ketiga-tiganya memang jomblo.

Jennie sedikit menoleh, "Hai," jawabnya acuh. Segera melanjutkan jalan dengan sedikit tergesa. Bahkan dia sengaja untuk tidak melihat Taehyung, yang jelas-jelas pemuda impiannya.

"Hei, lamban." ceplos Jimin dengan nada penuh ejekan. Jennie yang tidak terima, segera berbalik dan memandang Jimin kesal. "Tidak usah terburu-buru, kakimu itu masih bisa sampai kelas tepat waktu, kok. Tenang saja."

Jennie mendengus, "Tidak bawa kaca? Lihat kakimu dulu, sana." lantas setelah mengatakan itu, Jennie benar-benar berbalik dan segera pergi. Entah karena apa,  Jennie ingin menghindar dari Taehyung.

Taehyung yang melihat itu menyerngit, merasa aneh dengan sikap Jennie. Gadis yang setiap hari menyapa dirinya itu, entah kenapa menjadi sedikit pendiam.

Dengan keberanian tinggi, Taehyung menarik napas dalam-dalam, lalu menghembuskan secara perlahan. Ditatapnya punggung Jennie yang sudah agak jauh, sebelum melakukan tindakan yang membuat Jimin dan Jungkook menoleh dan terbengong seketika.

"Hai, Jennie! Selamat pagi!"

***

Kaca jendela menjadi satu-satunya objek yang menjadi fokus seorang Jennie Kim. Tangannya tak terus mengetuk-ngetukan pulpen dimeja pelan. Tangan kirinya menopang dagu. Sedari tadi, entah kenapa konsentrasi belajar Jennie sejak bel masuk dimulai tidak hadir dalam dirinya.

Gadis itu masih kepikiran tentang pemuda pemilik senyum kotak itu. Pipinya memerah, lantaran mengingat kembali kalimat yang terlontar dari bibir Taehyung, yang ditujukan kepadanya.

Hai Jennie..,

Selamat pagi...,

CTAK!!

Semua atensi kini menoleh padanya. Jennie sudah mengganggu konsentrasi para murid dikelas, karena tak menggebrak pulpen ditangannya ke arah meja dengan keras.

Jennie menoleh dan membungkukkan kepala kepada guru yang juga mentapnya, "Maaf." ujarnya lirih.

Matanya tak sengaja menatap mata Jimin dibelakang sana. Yang mengeluarkan seringai menyebalkan. Jennie mendengus, kembali mencoba untuk berkonsentrasi dalam pelajaran.

Hai Jennie. Selamat pagi.

Jennie menutup matanya rapat, menggenggam pulpennya erat.

'Mati saja, kau Kim Taehyung!!'














YELLOW CARD | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang