14 - Mulai Tertarik?

1K 145 2
                                    

"Jen, kau.. tidak mencoba mendekati Taehyung dengan menghubunginya?"

Jennie menoleh kearah Lisa yang menatapnya penuh tanya akan penasaran. Gadis itu berdiam sejenak, kemudian menggeleng tanda jawaban. Sontak membuat Lisa berdecak, sia-sia saja dirinya selama ini mencoba membujuk kakak tirinya itu agar sedikit lebih terbuka pada seorang perempuan. Lebih tepatnya, diam-diam mengenalkan Jennie pada sang kakak, agar temannya itu bisa lebih dekat dengan Taehyung.

"Huh?! Setidaknya kirimkan dia pesan. Kalau begini terus, kau kapan bisa dekat dengannya. Jangankan dekat, kenal saja tidak." sindirnya kearah Jennie yang mulai melambatkan langkah.

"Apa katamu? Tidak kenal? Sepertinya kau harus bertanya pada kakakmu, siapa itu Jennie. Pasti dia langsung menjawab bahwa Jennie itu temannya." balas Jennie dengan ketus, "kami sudah berteman, Lisa." terangnya.

"Benarkah? Waw, kapan?" tanya Lisa yang tidak menunjukkan ekspresi terkejut, gadis tinggi itu berpikir mungkin saja Jennie berbohong.

"Kemarin."

Lisa akhirnya berhenti melangkah, menatap Jennie dengan datar kemudian memicingkan mata. Tahu-tahu saja, kemarin berkenalan? Baru satu hari, Lisa tidak pulang bersama Jennie dan itu adalah kemarin. Temannya yang satu ini, dia bertingkah seperti apa sampai bisa berkenalan dengan Taehyung?

Tidak, tidak. Jennie sudah kenal dengan Taehyung sejak di halte bus dulu. Lalu berteman?

"Ck, aku tidak berbohong. Kemarin dia mengajakku berteman, atau lebih tepatnya aku yang memaksanya berteman denganku." terdengar kekehan keluar dari mulut Jennie. Lisa hanya mampu berkedip, dalam benaknya dia mengklaim bahwa temannya itu memang benar-benar gila.

Langkahnya kembali dilanjutkan untuk menempuh perjalanan pulang. Sudah sekitar dua jam setengah dirinya berekreasi hari ini. Dan, oh! tentu saja mereka berdua berbohong soal akan pergi ke tempat belajar. Sungguh, setelah ini Jennie berniat belajar semalam suntuk walau esoknya adalah akhir pekan. Rasa bersalah menyelimuti dirinya, karena telah berbohong kepada sang nenek.

Keheningan menyelimuti keduannya dalam perjalanan menuju halte bus, Lisa yang memang berasal dari negara tropis sudah menampakkan wajah bersemu dengan hidung merah seperti badut. Walaupun sudah bertahun-tahun tinggal di korea, tidak menjamin dirinya bisa berabdatasi dengan begitu mudah. Masih bulan Februari, udara masih terasa dingin.

"Huh.., kita naik taxi saja bagaimana? udara semakin dingin saja," keluh gadis berponi itu dengan tangan yang mengeratkan mantelnya. "kopiku juga sudah tidak panas lagi. masih lama juga, haltenya." dumalnya kepada Jennie yang menatap wajahnya khawatir.

Sedikit berpikir walau pada akhirnya Jennie mengiayakan, trotoar juga sedang sepi. Apa mungkin memang hari sudah malam? jika Jennie liat arlojinya kembali, memang hampir larut sih, 10.14 begitu tertera disana. "Sepi, Lis. Aku khawatir tak ada taxi. kita jalan saja dulu sampai halte, jika ada taxi lewat kita langsung saja memanggilnya." jelasnya.

"Tak masalah."

Keduannya kembali berjalan, sampai langkahnya kembali berhenti saat satu panggilan yang cukup keras ditujukan pada Lisa. Bersamaan dengan sebuah unit mobil sedan hitam yang mulai menepi tepat disamping mereka.

"Lisa! Lalisa!"

Lisa pun menoleh, dilihatnya wajah seorang pemuda yang menyembul dibalik kaca. "Sedang apa kau disini?"

Cepat Jennie pun juga ikut menoleh, saat mendengar suara itu menembus gendang telinganya. Gadis itu terperangah, melihat pemuda itu yang kini menatap Lisa, masih menunggu jawaban.

"Darimana kau?" tanya Lisa balik, mengacuhkan pertanyaan yang dilontarkan kakak tirinya dari. Memang benar, Taehyung yang menghampiri mereka berdua.

Pemuda itu, tanpa ada niat untuk sekedar keluar dari dalam sana memutar bola mata mendengar pertanyaan itu. "Bukan urusanmu, malam-malam begini kau masih keluyuran disini? Hati-hati saja disini banyak preman." ancamnya.

"Sudahlah, tutup mulutmu itu. Lebih baik kau mengantarku, aku sudah kedinginan."

Belum ada ijin dari Taehyung. Lisa sudah mendudukkan diri di samping kemudi. Dekat sopir pribadi kakaknya itu, atau lebih tepatnya sopir pribadi mereka berdua. Tapi, Lisa saja yang tak mau terus bersama dengan Taehyung. Dan juga, dirinya lebih ingin mandiri dengan kemana-mana menggunakan bus atau berjalan kaki. Entahlah, mungkin saat itu dirinya masih enggan menerima Taehyung sebagai kakaknya.

"Jennie, masuk!" perintah Lisa kepada Jennie yang masih diam mematung ditempatnya.

"Oh, Oke. Oke."

"Paman antar aku sampai rumah, nde?" ujar gadis berponi itu dengan nada imut. Tangannya meraih seatbelt dan mengenakannya, kepalanya ditolehkan kebelakang menatap dua orang yang saling enggan bertatap muka. Senyum penuh arti ia tampakkan jika melihat sikap keduanya, kini menjadi kebiasan Lisa mulai saat ini.

Jennie mengetukkan jemari dikedua pahanya, kakinya bergerak gelisah lantaran dirinya dilanda kegugupan yang luar biasa. Tidak biasanya dia seperti ini. Apa mungkin karena Taehyung? Memang benar. Tetapi yang paling membuatnya resah adalah keberadaan Lisa dan sopir. Kedua orang itu, Jennie cukup tahu apa yang Lisa bicarakan pada si sopir. Aibnya.

Dan ya, apakah paman sopir itu pernah melihatnya? Kenapa dia mengatainya, gadis yang kesurupan?

Detik itu juga, ledakkan tawa Taehyung mengudara. Jennie yang berada disampingnya otomatis berjingkat lantaran terkejut. Menatap pemuda disampingnya dengan kening berkerut, bingung sendiri kenapa tiba-tiba saja tertawa.

Kedua orang yang berada dijok depan tidak menggubrisnya, malah berlanjut dengan cerita seru yang mereka ciptakan sendiri.

Jennie, pandangan gadis itu belum lepas mengamati wajah penuh tawa Taehyung sedekat ini. Mati-matian dia mencoba menahan senyum, seakan tawa pemuda itu menular padanya.

Taehyung melirik gadis disampingnya dengan tawa yang kian memelan dan akhirnya berhenti. Jennie sedikit tersentak, namun entah kenapa bola matanya seperti ditarik untuk menatap tajamnya tatapan Taehyung yang sepenuhnya juga menatapnya.

Kali ini pun Taehyung juga memilih menatap manik mata indah Jennie. Taehyung yang biasanya menghindar jika didekati seorang perempuan, apalagi diikuti selalu oleh Jennie setelah pertemanan konyol itu.

Taehyung hampir terperangkap kedalam dunia milik Jennie Kim, jika sebuah sentakan tidak menyadarkan keduanya. Tubuhnya maju kedepan, lantaran mobil yang mereka tumpangi berhenti mendadak.

"Stop! Stop! Berhenti, benar paman, disini. Jennie, tunggu apa lagi? Nenekmu menunggumu pasti." ujar Lisa cepat.

"O-oh, baiklah. Terimakasih tumpangannya. Aku pergi dulu." Jennie kaluar. Mengayunkan tangan kepada Lisa yang melakukan hal sama. Matanya melirik Taehyung yang menundukkan kepala, sebelum mobil itu berjalan dan pergi.

Jennie tersenyum, begitu pula pemuda bernama Kim Taehyung yang didominasi semu merah didaerah pipinya.

'Sial, kau kenapa Tae?'

Rutuknya, mengusap wajah dengan kasar dan menggeleng kuat.

"Jadi, kau mulai tertarik dengannya, kakak tiriku?" ledek Lisa dengan tawa yang meledak-ledak, diikuti paman sopir yang terkekeh geli.

Benar mulai tertarik dengan Jennie Kim?

.

.

.

A/N:

Sebelumnya maaf teman-teman. Kayaknya wattpadku error deh, setiap aku mau publish. Drafnya selalu balik ke beranda. Dan juga punyaku nggak bisa di cetak tebal dan miring. Ditambah nggak bisa ngasih gambar diakhir cerita.

Dan yang masih nungguin cerita ini, maaf aku hilang berhari-hari. Hehe. Mau lebaran gaaeeess. Sodara pada kerumah, ya kali gue enak-enakan dikamar, ngetik. Nggak nemenin sodara yang baru pulang, ya kan nggak enak.

Gitu sih, jadi curhat.

Tetep beri aku semangat ya, walau nggak ada sih. Tapi nggak pa-pa, aku kuat kok. Tapi kalo rindu kuat nggak ya? Kuatlah, wkwk. Apadah gaje.

See you, guys. Keep smile and always love yourself.

Greetings, Farley 💜


YELLOW CARD | ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang