Suara dentingan bel terdengar di dalam kediaman nenek Hwa in beserta sang cucu, Jennie. Gadis itu, yang seolah mengerti siapa yang datang segera meluncur cepat kearah pintu. Benar saja, setelah Jennie membirkan pintu itu terbuka, sembulan kepala Lisa dengan poni ratanya muncul.
"Ehe, anyeong Jennie."
Jennie hanya menatap datar Lisa yang kini mengacungkan sesuatu berbungkus plastik didepan wajahnya. Bisa Jennie tebak, isinya adalah segerombolan makanan ringan yang dibeli Lisa di mini market dekat rumahnya. Mungkin itu senjata Lisa untuk menyogok nenek Hwa-in agar Jennie dapat pergi keluar, sekedar berjalan-jalan, cari angin.
"Hanya segitu? Nenekku giginya sudah sedikit rapuh, kau tak membelikan makanan yang lebih lembut lagi?" bisik Jennie kepada Lisa yang langsung berdecak kesal.
Jennie melirik kebelakang, mengawasi sang nenek yang masih berada didapur rumah mereka. Jika tahu-tahu neneknya mendengar apa yang baru saja dikatakannya pada Lisa, bisa mati kutu Jennie ditangan neneknya sendiri.
"Ck, setidaknya aku membelikan banyak makanan, disini. Kau tenang saja, nenekmu pasti mau," ujar Lisa, tangannya merapatkan kerah jaket dikedua lehernya, "kau tidak akan membiarkanku membeku disini 'kan? Hanya karena tidak membawa makanan lembut?" ketusnya dengan nada jengah yang begitu ketara.
Tentu saja Jennie langsung menyengir, kemudian membuka pintu lebih lebar untuk akses jalan temannya itu masuk. Lisa masuk lebih dulu, setelah melepas sepatu dan menggantinya dengan slippers rumahan. Disusul Jennie yang langsung menghampiri neneknya di dapur.
Malam ini, niatnya mereka berdua (Jennie & Lisa) berencana akan pergi ke suatu pusat perbelanjaan atau sering disebut mall setelah mereka pulang dari ruang belajar. Ujian sudah tinggal menghitung hari, mereka yang memiliki nilai diatas rata-rata memang seharusnya mempertahankan nilai agar tidak merosot jauh. Tapi kali ini, mereka berdua ingin setidaknya mencuci otak dengan penuh kenangan menyenangkan sebelum benar-benar tempur melawan huruf dan angka.
Maka tak heran, jika kedua gadis itu membawakan nenek Hwa-in yang notabenya sedikit galak dan disiplin dengan beberapa makanan ringan untuk diajak negosasi. Dengan begitu, Jennie tidak akan merasa bersalah jika dia diam-diam pulang larut malam. Setidaknya dengan beberapa makanan itu, dia tidak harus berbohong. Walaupun namanya juga termasuk tindak penyuapan.
Itu sebuah negosasi bung, bukan penyuapan.
"Halmeoni, Lisa kemari," neneknya menoleh medengar panggilannya, "kami ingin ke ruang belajar, dan.. juga, setelah itu pergi jalan." ujarnya langsung, tanpa melihat neneknya yang kini sudah duduk di kursi meja makan.
Mata nenek Hwa-in menatap Lisa yang masih diam mematung di dekat sofa, dengan senyum kikuk. Setelahnya menatap Jennie yang kian menunduk karena tatapan neneknya seperti sedikit tidak bersahabat.
"Lalu tunggu apa lagi, keburu larut. Anak gadis tidak baik pulang larut-larut, mumpung masih sore, cepat sana berangkat," nadanya terbilang ketus, tapi Jennie tahu neneknya itu tidak sembarang nenek seperti diluar sana. "Lisa, bawa kesini. Kau berniat menyogokku 'kan? Kalau begitu bawa kemari kantung itu."
Lisa sedikit tersentak, setelahnya terkekeh geli seraya menghampiri nenek Hwa-in yang menatapnya penuh selidik daritadi. "Halmeoni, tahu saja, hehe."
"Hehe, hehe. Tunggu apa lagi, cepat berangkat anak nakal."
"Nde, Halmeoni. Kalau begitu kami. Berangkat dulu, ya. Anyeong." kata Jennie antusias, segera menyeret Lisa keluar rumah.

KAMU SEDANG MEMBACA
YELLOW CARD | ✔️
Fanfiction[Completed] Taehyung yang selalu diikuti cewek cantik yang ngaku-ngaku jadi teman masa kecilnya. Gadis bermata kucing, yang pada dasarnya suka sama dia. "Aku nggak punya teman cewek!" BTS/BLACKPINK fanfiction [TaehyungxJennie] ©2019 gogoayo