.
Sudah 5 bulan aku belajar disini, aku sudah lupakan perasaanku pada Iqbaal. Ternyata tidak butuh waktu lama untuk melupakanya. Hanya dengan lima hari menyibukan diri didalam kamar. Mencuri waktu luang di sela - sela waktu belajar untuk memahami Al - Qur'an. Dan itulah kegiatanku selama lima bulan ini. Pulang ngaji, mengurung diri didalam kamar sambil menunggu kelas selanjutnya. Ternyata ada yang lebih susah dari move on, menghafal Qur'an dan melafalkannya dengan baik. Kadang aku tak sungkan untuk meminta bantuan Iqbaal atau Teteh untuk mempelajarinya.
" Lia itu keren, anaknya mau belajar" ujar Iqbaal, saat aku belajar bersamanya dan teteh.
Dan inilah aku sekarang, alhamdulillah aku telah khatam Al-Quran 30 juz. Aku sama sekali tak menyangka, aku bisa menjadi seorang hafizah. Tapi di atas kesenanganku menjadi hafizah, ada luka yang membaur di hati Iqbaal. Dia dan Nabilah tiba - tiba membatalkan pernikahanya. Entah alasan apa yang membuat mereka mengambil keputusan seperti itu. Disaat waktu sudah mendekati bahagia mereka. Berita itu sudah menyebar sampai penjuru pondok. Aku sendiri ga tau, harus ikut sedih, atau malah senang. Tapi aku merasa tidak senang jika Iqbaal bersedih.
Untuk mengusir kegalauanku, aku membawa gitar di ruang musik untuk ku pakai di halaman pondok. Yori menemaniku duduk di bangku halaman pondok.
"Mau lagu apa Yor?"
"Kamu tahu lagu LANY yang IF U SEE HER?"
"Tahu dong... " aku mulai memetik gitar dan mulai menyanyikan lagu itu berasama Yori.
Dua tiga lagu telah kami nyanyikan. Hingga di lagu keempat Yori tidak ikut bernyanyi.
" kok diem? " tanyaku disela - sela nyanyianku
" nafasku habis, kamu aja yang nyanyi, aku dengerin"
" oke deh.... "
Lagu Especially For You dari MYMP menjadi pilihan lagu ke empatku. Hingga diakhir bait lagu, ada suara yang mengagetkan kami.
"Suara kamu bagus" pujian itu sangat aku kenali suaranya. Kami mebalikkan badan
"A Iqbaal?" ucap Yori terkejut
Aku langsung berdiri dan menyimpan gitarnya di bawah.
"Kok di simpen sih?" ucapnya sambil mengambil kembali gitarnya. Dia duduk bergabung dengan kami dikursi yang bersebrangan dengan kami. Keheningan malam terasa damai ketika menengarkan suara merdunya menyanyikan lagu Kerispatih yang berjudul kesalahan yang sama. Bahkan ketampananya naik satu tingkat ketika dia mulai memetik gitar sambil menghayati lagunya. Akhirnya kami bernyanyi bertiga di bawah langit yang terang karena cahaya bulan.
"Aku tinggal dulu ya ... hoaaaam ngantuk" ucap Yori sambil beranjak
"Ya udah ayo!" akupun ikut beranjak
" eh... kalau kamu masih mau disini, disini aja dulu"
"Enggak kok... kita pamit ya A"
" iya ... " ucapnya sambil tersenyum. Aku lihat dia kembali memeluk gitar sambil memandangi bulan. Entah apa yang sedang ada difikirannya. Aku hanya bisa berdoa agar dia diberi kemudahan dalam setiap jalannya.
xxxx
Keesokan harinya, pagi sekali aku sudah dipanggil abi kerumahnya. Aku menggerutu kenapa ayah menelponku sepagi ini. Tapi sampai disana, ternyata bukan ada telephon dari ayah. Melainkan ada berit mengejutkan untuku dari Abi.
" Lia, kamu kan udah khatam, kita kekurangan guru untuk mengajar Tajwid dan Fiqih. Ustad Riza kemarin pamit karena mau pindah ke Mesir untuk memperdalam ilmu agama. Makanya Iqbaal akan menggantikan Ustad Riza untuk mengajar Tajwid dan Fiqih. Nah... mulai besok kamu pegang kelas Tahfiz yah, gantiin Iqbaal"
"haaah? Maksudnya Aku punya kelas sendiri? "tanyaku sedikit terkejut
"iya...baiknya ilmu kamu di amalkan supaya lebih bermanfaat"
"tapi bi, itu kan tanggung jawabnya besar"
"gak ada tanggung jawab yang kecil atau besar. Semuanya sama jika kamu ikhlas menjalankanya."
"emmmh..." gumamku mempertimbangkan tawaran abi ini
"udah jangan banyak mikir, itu tandanya kamu udah jadi orang hebat. Di percaya untuk pegang kelas tahfiz" rayu teteh
" aku tajwid aja masih berantakan teh" elakku
" sambil berjalan aja Lia, sambil menyelam minum air. " suara itu terdengar seraya dengan terbukanya pintu kamar dekat televisi. Terpampanglah Iqbaal dengan rambut basah yang baru disisir. Terlihat rapi dengan baju koko putih dan wangi parfum maskulinnya. Bahkan wangi itu semakin dekat karena Iqbaal tengah duduk di sebelah abi dan berhadapan denganku.
"Kamu tahu Li, ilmu itu salah satu amalan yang akan kamu bawa mati. Tapi ilmu itu harus bermanfaat supaya kami bisa membawanya kelak. Jika kamu mengamalkanya pada murid kamu, Insyaallah selama murid kamu mengamalkan ilmu dari kamu. Maka walau kamu mati, pahalanya akan mengalir terus ke kamu. Contohnya nih, kamu mengajarkan cara menghafalkan Qur'an pada si bilal. Nah si bilal ini sampe khatam karena cara yang kamu ajarkan. Nah nanti pas si bilal udah dewasa, terus punya anak, Bilal mengajarkan anaknya dengan cara yang kamu ajarkan, maka kamu juga kebagian pahalanya. Pokoknya selama ilmu itu di amalkan terus oleh murid kamu dan keturunanya. Maka kamu akan mendapat pahala sekalipun kamu udah ga ada"
Aku mencoba mencerna apa yang dia katakan juga mempertimbangkan tawaran abi. Hingga akhirnya aku berniat untuk mencobanya. Kusetujui tawaran Abi tadi,
"emm..ya udah bi aku mau" ucapku akhirnya
"mau apa? Jadi istri aku? " goda Iqbaal, membuat hatiku yang baru saja netral, baper kembali
" aku mau mengajar Tahfiz"
"hahahaha .. . kirain mau jadi ibu dari anak - anakku "
Aku heran sama dia. Apa yang terjadi padanya. Bahkan yang lebih membuatku mengerutkan kening, abi dan teteh menanggapi candaan tidak lucu itu dengan tertawa.
" ya udah teh, bi, aku ke pondok dulu"
" aku gak disebut nih? " goda Iqbaal lagi
" mari A ... "
" iya hati - hati dek"
Panggilan macam apa itu? Membuat perasaan aneh muncul tiba - tiba didalam hatiku. Segera aku melangkahkan kaki keluar sbelum semua melihat wajah meronaku karena panggilan itu.
Aku masuk kamar dengan nafas tersengal - sengal.
"kamu kenapa? Di kejar hantu? " tanya Yori dengan sedikit ketawa
"lebih serem dari hantu" ucapku sambil berjalan menuju kasur
"iiih serem dong..."
" udah akh tidur, nanti hantunya kesini lagi"
" iiiih Lia !!! " aku tertawa melihat wajah Yori yang ketakutan.
Kami tidur dan yang tadinya hatiku galau karena jadi guru tahfiz. Sekarang malah jadi kefikiran kata - kata Iqbaal yang tadi.
" mau apa? Mau jadi istri aku?"
" kirain mau jadi ibu dari anak - anakku"
"iya hati - hati dek"
Semua kata - kata itu masih terngiang di telingaku. Membuat aku susah menjemput alam mimpiku. Dilanjut dengan wajahnya yang mengganggu tidurku. Aku membaca ayat - ayat Al - Qur'an sebanyak yang aku bisa. Akhirnya berhasil tidur tanpa ingat di Surat apa aku mulai tertidur.
KAMU SEDANG MEMBACA
UHIBA LIA ( SUDAH TERBIT )
RomanceALIYAH HERRYAWAN, biasa di panggil Lia. Aku baru lulus SMA dan aku kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ayahku seorang pengusaha tambang di Kalimantan dan Ibuku sudah lama meninggal, sehingga aku hanya tinggal dengan bibi (ART yang mengurus...