Usia kandunganku sudah menginjak sembilan bulan lebih. Tapi belum ada tanda – tanda mulas atau tanda bayi akan lahir. Sudah seminggu ini kami bulak – balik rumah sakit. Hanya untuk mengecek keadaan si jabang bayi. Kami memang tidak pernah USG karena fikirnya hanya ingin kejutan dari Allah. Tapi menurut medis, itu adalah tindakan yang salah. Karena USG bukan hanya untuk mengetahui jenis kelamin sang bayi. Tapi juga untuk mengetahui keadaan bayi didalam sana.
Dan hari ini lah, kami baru mengetahui bayi dalam kandunganku ternyata kembar. Selain karena kembar, usia kandungan yang melebihi batas normal menharuskan aku melakukan operasi caesar. Kami tidak langsung menyejuinya, aku benar – benar merasa bukan sebagai seorang ibu jika harus melahirkan tidak secara normal
“ ini usia kandunganya udah mau masuk sepuluh bulan. Bayinya terendam air ketuban bu. Maka jalan satu - satunya terpaksa harus di caesar"
Aku dan iqbaal saling bertatapan, dia mengedipkan matanya perlahan tanda aku harus setuju dengan apa yang disarankan dokter. Tapi sepertinya dia menyadari kecemasanku. Maka dia beralih kepada dokter.
“ boleh saya bicara sebentar dengan istri saya? “ ucap Iqbaal
“ silahkan”
Kami keluar dari ruangan itu dan duduk di kursi luar ruangan tersebut
“ Apa yang kamu takutkan sayang? “
“ aku, a-ku..... “
“ aku pernah bilang kan’ ibu yang melahirkan sama pahalanya dengan jihad”
“ aku tahu, tapi... aku mau melahirkan normal. Aku merasa belum sempurna menjadi ibu jika harus melahirkan dengan jalan operasi. Aku gak bisa merasakan sakit apa yang mamah rasakan dulu”
“ Lia, istriku... “ ucapnya sambil membelai kepalaku dengan satu tangannya. Sedangkan tangan lainnya memegang pundakku
“ semua ibu yang bisa hamil dan melahirkan itu lebih dari sempurna. Mau melahirkan dengan cara apapun , tidak ada ibu yang tidak sempurna. Mereka menunggu kita sayang, mereka ingin melihat kita. Jadi, jadilah ibu yang lebih dari kata sempurna dengan kamu siap melahirkan mereka dengan jalan ini. Yang penting mereka terlahir sehat dan normal. Mereka sudah terendam air ketuban, kamu gak kasian sama mereka? “
Seketika air mataku menetes. Betapa egoisnya aku memikirkan keinginanku tanpa memikirkan mereka yang sudah dalam masa kritis.
“ astaghfirullah A ... maafkan aku hiks hiks”
Aku merengkuh tubuh suamiku yang ekstra sabar ini. Disaat genting seperti ini, suami lain mungkin akan bertindak semaunya tanpa diskusi dulu seperti ini.
“ jadi? Kamu siap jadi Ibu yang sempurna? “ tanyanya dengan senyum yang sangat manis
Aku menjawabnya dengan anggukkan. Dia menghela nafas dan kami kembali masuk keruangan dokter untuk menandatangani persetujuan operasi.
Setelah semua selesai, semua berkumpul memberiku semangat. Teteh, A Dimas, Ayah dan Abi semuanya ada.
“ Teh, Zakiya mana? “ tanyaku .
Zakiya adalah anak Teteh
“ dititipin ke Yori”
“ oh... “
“ semangat ya Li,”
“ makasih Teh”
Aku mengenggam tangan ayah
“ jangan takut, kamu akan masuk ke ruangan penuh cinta. Dimana nanti akan terdengar suara dua bayi yang sangat lucu” ucap ayah
“ iya Yah, Bismillah”
Mereka mengantarku ke ruang operasi. Iqbaal mendorongku menuju ruang bersalin. Lalu membaringkanku di ranjang bersalin. Dia mengecup keningku dan mengusap perutku.
"jangan takut...aku disini sama kamu, untuk anak kita" ucapnya
Aku merangkulkan tanganku ke pundaknya, meminta dia agar memelukku. Selama berpelukkan, tak henti - hentinya air mataku keluar.
Dan mulailah orang – orang berbaju hijau itu mendekat. Dan disitulah terakhir aku ingat semua.
Aku terbangun masih diruangan sama dan hanya ada satu dokter sedang menghecek peralatan disana.
Ada yang aneh dengan perutku. Disana sudah tidak terasa ada yang mengganjal lagi.
“ dok “ ucapku lirih
“ alhamdulillah udah bangun” ucap dokter tersebut
“ anak saya .... “
“ alhamdulillah sehat- sehat bu, sedang diruangan bayi sekarang”
“ suami saya? “
“ kita urus ibu dulu ya, nanti kalau ibu udah siap. Kami akan pindahkan ibu ke ruangan inap di jemput suami ibu”
“ aku mengangguk”
Satu jam setelah aku di cek oleh dokter. Datang Iqbaal dari balik pintu.
“ A hiks hiks” aku menyambutnya dengan tangisan
“ sakit? “ tanyanya lembut
“ enggak, badanku dingin. Kayak mati rasa”
“ gak apa – apa masih ada efek biusnya”
“ anak kita...”
“ laki – laki dan perempuan, alhamdulillah gak ada yang kurang”
“ alhamdulillah... “
“ makasih ya sayang”
Cup
Hampir semua bagian wajahku di kecupnya
_o0o_
Sudah dua hari aku dirawat di rumah sakit. Dan hari inilah hari pertama bayiku dipindahkan dari ruangan bayi ke ruangan ku. Tepat saat aku disuapi makan oleh Iqbaal, datanglah kedua bayi kami didalam box bayi yang didorong oleh perawat.
Iqbaal menggendong satu bayi kami dan satunya lagi dokter berikan padaku untuk ku susui pertama kalinya. Anak kembar kami laki-laki dan perempuan. Selesai menyusui yang satu, aku menyusui yang satunya lagi.
Ayah dan Abi tak mau kalah, mereka menggendong satu persatu bayi kami bergantian setelah selesai disusui.
"Allah itu baik, kita minta satu. Di kasihnya dua" ucap Abi sambil mengusap kepala cucu – cucu nya.
"iya alhamdulillah" seru Iqbaal
"Teteh juga kesini, nanti gantian sama kita " ucap Abi
" Zakiya jadi ada temen " ucap Iqbaal
"iya..."
Perbedaan umur bayiku, maaf ralat – bayi – bayiku dan Zakiya berjarak delapan bulan. Jadi mereka sepupuan seperti seumuran nanti kalau sudah besar.
_o0o_
Keesokan harinya, kami semua sudah di perbolehkan pulang dari rumah sakit. Seperti biasa, sesampainya di Pondok, kami di sambut dengan sholawat oleh para santri.
Kami makan bersama dan berdoa bersama di Aula. Lalu kami pulang ke Rumah setelah acara selesai. Aku rasanya rindu sekali dengan kamarku dan Iqbaal. Padahal hanya beberapa hari ditinggal . Dan sekarang kamar ini juga diisi oleh dua bayi kami.
"mau di kasih nama siapa?" tanya Iqbaal
"emmmm....terserah papahnya aja" tembakku
Lalu dia berfikir keras dan melihat handphonenya. Aku fikir ada pesan masuk. Namun setelah aku mengintip, ternyata dia sedang browsing nama yang baik untuk anak-anak kami.
"Alesha dan Aqsha, bagus gak? "
"bagus banget..."
Lalu iqbaal menjelaskan arti dari kedua nama itu. Alesha berarti selalu dilindungi atau keberuntungan. Sedangkan Aqsha diambil dari mesjid Al – Aqsha yang menjadi kiblat umat islam pada generasi awal sebelum hijrah ke Ka’bah.
"kamu istrahat aja A, dari rumah sakit kemarin kamu gak tidur - tidur" ucapku melhat kantung mata dan hitamnya mata panda dibawah matanya
"aku ga ngantuk, kamu ngantuk? "
"enggak..."
"yaudah biarin mereka tidur. Kita kedepan aja yuk gabung sama yang lain"
"iya...."
Kami menyelimuti Aqsha dan Alesha sebelum akhirnya pergi dengan Iqbaal ke luar kamar.
_o0o_
Dan setelah hari itu, hampir setiap malamnya kami terbangun karena tangisan bayi. Yang satu diam, yang satu nangis. Iqbaal dengan siaga menenangkan yang satu kala aku menyusui yang lainnya.
Inilah nikmat orang tua yang sering Abi bicarakan. Bisa terbangun tengah malam untuk melayani sang bayi yang kehausan. Iqbaal tak henti mengayunkan Aqsha sambil bersholawat. Sampai mereka berdua terlelap kamipun ikut tidur dengan mereka. Sekarang tidur kami pun jadi berjarak. Karena dintengah- tengah kami ada dua bayi yang sibuk dengan mimpinya. Tapi iqbaal selalu mengusahakan agar tanganya bisa mengelus-elus kepalaku hingga aku terlelap.
![](https://img.wattpad.com/cover/186332182-288-k189649.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
UHIBA LIA ( SUDAH TERBIT )
RomanceALIYAH HERRYAWAN, biasa di panggil Lia. Aku baru lulus SMA dan aku kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ayahku seorang pengusaha tambang di Kalimantan dan Ibuku sudah lama meninggal, sehingga aku hanya tinggal dengan bibi (ART yang mengurus...