Tak terasa sudah 5 hari aku di tinggal Ayah di pondok pesantren ini. Aku mulai bisa beradaptasi dengan kerudung dan menerima pelajaran disini. Hingga di suatu Pagi, selesai mengaji, aku dan Yori bermaksud untuk kembali ke pondok puteri. Tapi perjalanan kami terhenti karena tiba- tiba ada suara marawis dari arah gerbang.
"Ada apa? " tanyaku pada Yori
"Pasti A Iqbaal udah dateng " jawab Yori dengan wajjah bahagia
"Hah? A Iqbaal?" tanyaku heran
"Iya, dia itu anak Pak Kiayi. Kabar kepulanganya dari Turki udah menyebar dari kemarin. Dan ternyata baru sekarang nyampenya. "
"Hah? Kok aku gak tahu?"
"Karena kamu ga cari tahu...padahal kamu deket sama keluarga pak Kiayi. Udah yuk...kita liat kesana" ajaknya sambil menarik tanganku.
Kami mendekat masuk ke kerumunan orang - orang. Mereka mengumandangkan sholawat "thola'al badru a'laina" dan tabuhan kompang. Aku belum bisa melihat yang namanya A Iqbaal itu. Yang terlihat hanya pa kiayi dan teh filza. Lalu keluarlah seseorang dari mobil dan langsung mencium tangan pa kiayi. Mungkin itu yang namanya Iqbaal.
"Itu yang namanya A Iqbaal? " tanyaku sambil berusaha menangkap wajah laki - laki itu dengan mataku
"Iya, ganteng yah? Uuuh" seru Yori
"Iiiih kamu kenapa?" aku menertawakan yori yang sedang meleleh memandang iqbaal.
Setelah itu, iqbaal masuk dan semuanya bubar sehingga aku pun ikut pergi. Tapi sebelum aku pergi teh filza memanggilku.
"Lia..sini? " ajak teteh sambil melambaikan tangan
Iqbaal dan semuanya menoleh padaku. Aku yang kikuk menghampirinya.
"oh iya, abi hampir lupa. Kenalin a ini Lia. Puterinya sahabat abi dari Jakarta. " ucap Abi setelah aku sampai di deoan mereka.
Iqbaal tersenyum padaku dan menangkupkan tangan untuk bersalaman tanpa bersentuhan. Senyumnya sangat manis sekali dan tatapan matanya meluluhkan hati siapapun termasuk aku. Pantesan yori tadi sampai segitu melelehnya.
"ya udah, aku kembali ke kelas ya teh, pa Haji, a ..." aku memanggilnya a sambil bergetar dadaku tak karuan.
" panggil aja abi...semuanya manggil abi. Biar sama kaya filza dan iqbaal"
" oh iya..bi.."
Lalu aku pergi sambil mencuri pandang dengan ekor mataku. Dia sangat tampan dan baju koko putih yang dia kenakan, terasa sangat sempurna dengan peci hitam di atas kepalanya. Aku berjalan menuju kamar, rupanya Yori sudah menungguku di sebrang sana.
"Ya ampuuun Lia. ..kamu beruntung banget sih.."
"apaan sih yor...ayo ke kelas" elakku
Aku belajar ngaji dan praktek shalat di kelasnya Ka Hasna. Dia adalah guru yang tinggal di desa dekat pondok ini. Tak jarang ka Hasna membawa putrinya yang cantik, dia mlberumyr tiga tahun dan sangat menggemaskan. Dia selalu pulang sore di jemput oleh suaminya. Gimana?? Aku cepat bersosialisasi kan?.apalagi masalah perkepoan, aku juaranya.
***
Hari mulai gelap , saatnya para santri masuk ke kamar masing - masing . Tapi langkahku terhenti saat mendengar lantunan ayat di kumandangkan oleh seseorang di mushola. Saat aku mengintipnya, ternyata Iqbaal yang sedang mengaji. Suaranya sangat merdu sampai aku tak sadar memandanginya sejak lama. Tapi selama pikiranku kabur, tiba-tiba dia menghilang dari pandanganku.
"Kok ga ada? " ucapku heran
Tiba- tiba ada seseorang di belakangku.
"Assalamualaikum"
KAMU SEDANG MEMBACA
UHIBA LIA ( SUDAH TERBIT )
RomansaALIYAH HERRYAWAN, biasa di panggil Lia. Aku baru lulus SMA dan aku kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ayahku seorang pengusaha tambang di Kalimantan dan Ibuku sudah lama meninggal, sehingga aku hanya tinggal dengan bibi (ART yang mengurus...