Malam harinya setelah ayah pulang, aku memilih merebahkan diri di kamar. Yori yang saat itu di sebelahku terkejut karena aku pegang handphoneku sekarang.
"enak banget sih kamu, aku belum di bolehin pegang handphon sama papaku. Katanya biar belajarnya ga keganggu" keluhnya
"hahaha segitu gak percayanya ya papah kamu , sampe gak ngebolehin pegang hape lagi, pastidulunya kamu nakal banget hahahaha” candaku
“ iiih sebel ..... !!! “ ucapnya sambil mngerucutkan bibirnya dan melipat tangannya di perut
“ hahahaha ... kamu mau nelpon papah kamu gak? Nih pake handphoneku aja."
"enggak, aku mau pinjem buat buka facebook aja, boleh ga? " katanya. Kini senyum yang penuh rayuan yang terlihat dibibirnya
"boleh dong ... nih" aku memberikan handphoneku padanya., sementara aku mengganti bajuku. Saat aku kembali dia tampak asik sekali dengan handphoneku, tak jarang dia tertawa sendiri sambil menatap layar handphone. Tiba - tiba handphoneku berdering.
" Iqbaal Li ..." aku langsung menengok ke layar handphoneku dan yori memberikan handphonenya padaku.
"bentar yah..."
" iya..."
Aku mengangkatnya menjauh dari Yori. Aku menerima telephonnya saat aku sudah di depan jendela kamar.
LIA
"halo.."
IQBAAL
"assalamualaikum".
LIA
"walaikum salam"
IQBAAL
"lagi apa? "
LIA
"baru beres ganti baju"
IQBAAL
" oh...."
DIA TERDIAM
IQBAAL
“ Lia.. “.
LIA
"iya? "
IQBAAL
"makasih yah"
LIA
" hahaha makasih buat apa? "
IQBAAL
"kamu udah nerima untuk aku khitbah"
LIA
" haha sama – sama "
IQBAAL
"kamu di deket jendela ya?"
LIA
“ hah? Maksudnya?”
IQBAAL
“ sekarang kamu sedang dideket jendela ya?”Kok dia tahu? Refleks aku clingak – clinguk apa dia sedang mengintipku
IQBAAL
"coba deh liat ke kanan"
Aku menuruti apa yang dia katakan dan ternyata dia sedang duduk di kursi halaman pondok yang mengarah ke jendelaku. Aku tersenyum saat dia melambaikan tangannya.IQBAAL
“ kamu cantik"
Aku merasakan panas di wajahku, sepertinya pipiku bersemu merah sekarang.
LIA
"apasih baal"
IQBAAL
"emang bener... kamu cantik" ucapnya sambil tersenyum di kejauhan
"kok diem, kenapa? Aku kan lagi jujur"
LIA
" ya ga usah di ulang2 jg...aku malu"
IQBAAL
"abis kamu bener – bener cantik, apalagi sambil senyum malu – malu gitu"
Aku tidak percaya, dari tadi dia menelpon sambil menatapku di bangku halaman sana. Makanya dia juga bisa melihat senyumku disini. Tapi tidak dipungkiri, aku juga bisa melihat senyum manisnya dari sini. Tapi ini tidak boleh terjadi, karena tidak dibenarkan seorang laki – laki dan perempuan bertatap – tatapan. Maka aku membalikan badanku membelakangi jendela.IQBAAL
"kok ngeblakangin aku sih...liat kesini lagi dong"
LIA
" ga mau... udah kayak gini aja"
IQBAAL
" yaaaah... kenapa? aku kangen liat wajah kamu".
LIA
" baal... kamu sekolah agama diluar negeri. Kamu pasti tahu alasannya tanpa aku jelaskan, iya kan?"
Tidak ada suara darinya itu artinya dia mengerti apa maksudku. Aku tersenyum menutup jendelaku, dan aku lihat wajah paniknya disana sebelum jendela itu tertutup.IQBAAL
" heh .... gak usah di tutup juga kan? Liat punggung kamu doang juga ga apa – apa kok" Terdengar nada kecewa dari muutnya.LIA
"ga boleh baal, zinah mata hahaha? "
IQBAAL
"astaghfirullah" nada bicaranya seperti orang baru menyadari sesuatu.
LIA
"udah ah..sana tidur..aku juga capek mau tidur"
IQBAAL
" iya....besok kamu harus tes tahfiz anak – anak ya?"
LIA
"iya..."IQBAAL
" kalau gitu good luck ya
LIA
Iya makasih ya
IQBAAL
“have a nice dream to night"Lalu terdengar bunyi sambungan terputus. Aku kembali ke tempat tidur, yori juga sudah terlelap. Aku menyusulnya dan ikut terlelap.
KAMU SEDANG MEMBACA
UHIBA LIA ( SUDAH TERBIT )
RomanceALIYAH HERRYAWAN, biasa di panggil Lia. Aku baru lulus SMA dan aku kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ayahku seorang pengusaha tambang di Kalimantan dan Ibuku sudah lama meninggal, sehingga aku hanya tinggal dengan bibi (ART yang mengurus...