Hari ini hari kedua abi di rawat di rumah sakit, aku ketiduran di paha Iqbaal, sementara dia tampak tertidur sambil menyenderkan kepalanya ke belakang sofa. Kasian dia pasti pegal dengan posisi tidur seperti itu . Aku pun bangkit dan menidurkan Iqbaal di sofa. Dia sangat kecapean apalagi setelah menangis beberapa kali. Aku langsung menelpon ayah mengabarkan keadaan abi. Katanya ayah akan segera kesini dengan bunda. Aku bersih – bersih muka dan memakai baju sterilku untuk bisa masuk ke ruang ICU. Aku lihat abi terbaring lemah dengan alat – alat selang yang menyambung ke tubuhnya.
"Ya Allah bi, cepet bangun yah ... abi kuat" ucapku sambil meneteskan air mata. Aku keluar dan Iqbaal masih tertidur. Aku pergi ke kantin rumah sakit untuk membeli makanan untuk aku makan bersama nanti sama Iqbaal.
Setelah kembali aku menghampiri Iqbaal yang ternyata sudah bangun.
"aku cari - cari..." katanya dengan wajah cemas
"abis beli makan, bersih – bersih dulu gih" jawabku
"iya..." ucapnya sambil pergike arah toilet
Kami sarapan bersama dikursi rumah sakit. Datanglah teteh, A dimas, ayah dan bunda. Kami menyalami mereka satu persatu. Dan ayah langsung masuk ke ruang ICU untuk melihat keadaan sahabatnya itu.
"udah sehat teh? " tanyaku
"udah..ternyata mual – mual tuh karena lagi hamil" jawab a dimas
"alhamdulillah" ucap kami terkejut bersamaan dengan Iqbaal
"udah berapa minggu? "
" baru 1 bulan " jawab teteh
"alhamdulillah.." seruku
"kalian cepet nyusul yah, kan seru kalau umurnya ga beda jauh" ucap teteh
"aamiin " ucapku sambil menatap Iqbaal yang sedang menghela nafas. Pasti di otak Iqbaal berkata "gimana mau hamil. Malam pertama aja belum" hahahaaha.
"aku pngen beri tahukan Abi , dia harus bangun, karena mau punya cucu" air mata teteh menetes lagi. Lalu iqbaal segera memeluknya.
"insyaallah teh akan segera bangun" ucap Iqbaal mencoba menguatkan teteh
Ayah keluar dari ruangan Abi sambil menghela nafas
"kalian pulang dulu aja, biar ayah yang jaga Abi disini. Apalagi kamu baal sama Lia, dari semalem kan disini. Istrahat dulu gih.,Biar kita gantian jaga disini" ucap ayah
" iya baal ... kasian juga Lia pasti mau bersih – bersih dan istrahat. Lagian Filza juga udah sembuh, jadi biar aku dan ayah sama Filza bergantian jaga. Kalian istrahat dulu aja" timpal A Dimas
"ya udah... kalau gitu nanti malem aku kesini lagi. Aku pulang dulu, mau liat anak - anak santri juga. Kasian guru – guru juga jadi keteter kerjanya karenaaku lama absen" ucap Iqbaal
"iya bener... ya udah gih... pulang, istirahat, abi akan baik – baik aja" kata ayah
Lalu Iqbaal menggandeng tanganku keluar rumah sakit.
Sesampainya di pondok, anak - aanak santri langsung menghampiri kami menanyakan keadaan Abi. Kami hanya meminta doa dari santri semua supaya Abi bisa kumpul lagi bersama kita.
Lalu kami masuk kedalam rumah. Aku bersih – bersih rumah dan masak. Sedangkan Iqbaal tidur di kamar. Makanan sudah siap tapi Iqbaal tak kunjung bangun juga. Aku memutuskan untuk mandi dulu supaya agak segeran. Setelah mandi Iqbaal belum bangun juga, akhirnya aku juga ikut tidur, karena setelah mandi aku malah mengantuk. Aku tidur memeluk Iqbaal dan bersandar di dadanya.
Beberapa jam kemudian, aku terbangun karena Iqbaal mengelus-elus rambutku. Karena di rumah hanya ada aku dan Iqbaal, jadi aku tidak memakai kerudung. Kecuali jika nanti abi sudah kembali. Paling hanya di kamar aja aku gak pake kerudung.
"kamu udah bangun? " kataku dengan suara serak karena baru bangun tidur
"udah.." katanya sambil tersenyum.
"dari tadi.."
"lumayan...." ucapnya masih meainkan rambutku
"kok ga bangunin aku"
"kasian istri aku pules banget tidurnya, pasti kecapean."
"hahaha.... nggak kok. Ya udah mandi dulu gih, abis mandi kita makan, aku udah masak pasti udah dingin makanannya. Aku angetin lagi deh" ucapku sambil bangkit dari pelukanya.
Tapi Iqbaal menahan tanganku dan menariku kembali kepelukanya.
"nanti aja mandi nya sekalian mandi wajib, dari pada angetin makanan, mending angetin suami kamu." Ucapnya sambil menaik turunkan alisnya menggodaku
Maka saat itu pula kami memulai malam pertama kami yang sempat tertunda. Sebenarnya ini masih siang, jadi lebih tepatnya ini adalan siang pertama kami, bukan malam pertama
Setelah acara ‘siang pertama’ kami melanjutkan mandi bersama. Setelah itu, aku dan Iqbaal makan di meja makan. Aku juga menyisakan masakanku untuk kami bawa ke rumah sakit. Untuk ayah dan yang lainya.
"mau ke rumah sakit jam berapa? " tanyaku
"abis shalat Isa aja yah. Kamu disini aja, biar aku yang jaga Abi sama A Dimas. Kasian kamu kalau tidur di sofa rumah sakit trus" jawabnya
"gak apa - apa kok ... aku ga pegel, malah seneng bisa sama kamu terus"
"udah kamu sama teteh aja di rumah" jawabku
"iya ....." jawabku dengan muka bete.
"jangan ngambek dong" ucapnya sambil menarik daguku
"iiiiihhh...." ucapku sambil menmepis tangannya dari daguku masih mrasa kesal
"gemes....!!! hahahaha" ucapnya sambil menubitku pipiku gemas
Malam harinya setelah shalat Isya, Iqbaal pamit untuk pergi ke rumah sakit. Aku mencium tanganya dan dia mencium keningku.
"teteh lagi jalan kesini di anter A Dimas. Kamu tunggu aja di dalam rumah yah... hati - hati yah..." ucap Iqbaal
"iya... "
Dia menatapku dan mengernyitkan dahinya, lalu mengangkat daguku agar aku menatapnya
“ masih marah? ”
“ enggak “
“ senyum dong”
“ iiih apaan sih... gak mau... udah sana pergi”
“ masa gitu sih ke suaminya”
“ terus??? “
Dia mengulurkan tangan
“ apa? “ tanyaku sambil mengernyitkan dahi
“ cium tangan suamimu cantik”
“ hehehe... lupa”
Aku mencium tangannya dan dia mencium keningku sebelum berangkat.
“ berangkat dulu yah, hati – hati dirumah"
" iya Aa juga hati - hati"
Dia malah menertawakanku
“ kenapa? "
“ lucu aja kadang panggil Aa kadang panggil nama hahaha”
“Ya udah aa brangkat dulu yah dek" lanjutnya sedikit menggodaku
"iya Aa ..." balasku menggodanya
Dia masuk ke mobil dengan membawa bekal makanan yang tadi aku masak.
“ assalamualaikum”
“walaikumsalam”
Dia melambaikan tangan sebelum akhirnya pergi. Akupun membalas lambaian tanganya.
Aku masuk ke dalam rumah untuk nnton tv. Sambil dengan penuh kecemasan memikirkan Abi yang masih koma. Tak lama dari itu ada yang mengetuk pintu. Setelah aku membukanya, aku fikir teteh, ternyata Omar dan Yori.
"tadi Iqbaal nelpon, katanya suruh kita nemenin kamu di rumah, soalnya teteh ke rumahnya dulu untuk ngambil pakaian" ucap Omar
Aku tersenyum bahagia karena perhatian yang selalu iqbaal curahkan , ada atau tidak didekatku.
" hehe jadi ngerepotin yah, lagian Iqbaal lebay banget" kataku
“ enggak kok ... seneng malah. Kamu hutang banyak cerita sama aku lo lia” goda Yori
“ iiih hutang cerita apa? Hahaha ayo duduk .... duduk ... “
Lalu kami bertiga berbincang di teras rumah. Bukan tidak sopan aku tidak menyuruh mereka masuk. Hanya saja disitu ada Omar yang bukan Mahromku. Walau disitu ada Yori juga, tetap saja sebagaiwanita yang telahmenjadi istri, rasanya gak enak emasukan laki – laki lain masuk kedalam rumah, terlebih lagi saat Iqbaal gak ada
"gimana Abi Lia? " tanya Omar
"belum ada perubahan mar, Abi masih tidak sadarkan diri dengan alat – alat selang dimana - mana" jawabku
"Insyaallah Abi cepat sadar dan pulih. Biar bisa kembali ke pondok dalam keadaan sehat seperti semula"
"aamiin"
"kita juga pengen nengok Abi ke rumah sakit, tapi kasian anak – anak santri gak ada yang ngawasin. "
"gak apa - apa kok yor, yang penting jangan putus do’a buat Abi yah"
"pasti..." jawab Yori
"abi itu gak cuma sekedar guru untuk kami. Tapi beliau sudah seperti ayah kami sendiri." Kenang omar
"iya...aku jugag ngerasa gak cuman sebagai menantunya, tapi sebagai anak perempuanya" kenangku juga
"aku inget banget pertama kali kesini dengan penuh keterpaksaan. Tapi Abi mampu membuat aku lebih betah disni di banding di rumahku sendiri" sekarang Yori yang mengenang
" Abi emang orang tua yang istimewa. Dia menganggap semua anak di pondok ini adalah anaknya" ucapku
"iya..."
"eh kalian udah makan? Aku masakin mie instan yah" tawarku
"gak usah .... ga usah repot - repot"
"gaak apa - apa...ga repot kok. Bentar yah"
"aku ikut ke dapur deh bantuin kamu yah" tawar Yori
"ya udah yuk...bentar yah mar" ucapku
“sippp"
Setelah mie sudah siap. Kami melahapnya bersama - sama.
Setelah kami selesai makan akhirnya datang juga teteh dan A Dimas. A dimas membawa tas berisi pakaian, langsung masuk ke rumah setelah menyapa kami dengan senyum
" Lia... gak apa - apa ya aku tinggal disini dulu sementara sampai Abi pulang" ucap teteh
"teteh ini, hahaha kan ini rumah teteh. Masa mau tinggal di rumah sendiri izin dulu hahaha “ jawabku
"ini mah rumah Abi bukan rumah aku hahaha" ucap teteh
"sama aja teh...ya udah yuk masuk semua. Angin malam gak bagus buat bumil" kataku
Keluarlah A Dimas dari dalam rumah
" Aa langsung ke rumah sakit yah...kasihan Iqbaal.sendiri. Tadi Ayah Lia titip salam, katanya maaf gak mampir. Ayah buru – buru ada kerjaan." Kata A dimas
"iya makasih a"
"iya titip teteh yah" ucap A Dimas
"siiiip" kataku
A dimas berlalu pergi ke rumah sakit dengan mobilnya. Lucu sih, A Dimas menitipkan teteh padaku dan Iqbaal menitipkanku pada teteh. Jadi saling menitipkan
"aku juga pamit yah, mau nganterin Yori ke pondok puteri." Pamit Omar
"ih kok jadi bubar semua" tanyaku
"hahaha kan udah kenyang, jadi pulang" ujar Yori sambil emegang perutnya
"hahaha dasar SMP”
“ SMP??? “ tanya omar mengerutkan dahinya
“ SUDAH MAKAN PULANG HAHAHAHA” jelas aku dan Yori.
Kami menertawakan Omar yang sedang menggeleng – gelengkan kepala
“ya udah makasih yah udah pada nemenin aku" ucapku
"iya sama – sama..."ucap mereka berdua bersamaan
“ ya udah kita pamit, makasi ya Lia” pamit omar
“iya”
“ daah Lia” kata yori
“ daaah”
“ assalamualaikum”
“ walaikum salam”
Setelah semuanya pergi, aku masuk ke dalam rumah menghampiri teteh.
" Lia...malam ini kamu tidur sama aku yah di kamar aku" kata teteh
"oke teh...aku mau beresin dulu bekas makan tadi. Teteh duluan aja ke kamar yah" ucapku
"sini teteh bantuin"
"jangan...teteh istrahat aja yah..lagian ini cuma dikit kok"
"kasian kamu juga capek.."
"ga kok...beneran.."
"ya udah teteh tunggu di kamar yah"
"iya...."
Aku membawa mangkok – mangkok dan gelas ke dapur. Setelah beres semua, aku masuk ke kamar teteh. Aku tersenyum ternyata teteh sudah tidur. Aku mnyelimutinya dan menemani tidur di sisinya. Dan pas cek handphone ternyata banyak missed call dari Iqbaal. Aku langsung telepon balik takutnya penting.
"assalamualaikum”
“ walaikumsalam”
“a maaf yah tadi handphonenya di kamar jadi gak kedengeran"
"gak apa - apa sayang...kamu udah makan? "
"udah tadi sama Omar sama Yori. Aa udah makan? "
"udah..tadi makan masakan kamu,
Makan bareng A Dimas dan ayah.
Oh ya ayah pulang kamu udah tahu? "
"udah tadi dari A Dimas...
Abi gimana?"
"masih koma sayang. Belum ada peningkatan"
"kamu yang sabar yah..kiita terus doain Abi"
"iya..ini aku baru beres bacain Al -Qur'an di depan Abi. Semoga Abi bisa denger dan cepet pulih"
"aamiin ...Abi akan sgera bangun karena anak sholehnya ini sudah sangat merindukanya" kataku mencoba mnguatkannya
"iya...aku juga rindu kamu" katanya mulai menggombal
“ mulai deh, Aku kan ngomongin abi"
"iya...tapi aku emang beneran kangen kamu"
" udah deh.... mual tahu dengernya hahaha"
Kami terus menyambung rindu lewat sambungan telephon sampai tengah malam. Seperti kebiasaan kami sejak ta’aruf , jika telponan pasti sampai ketiduran. Itu terbukti karena saat aku bangun di pagi hari, pasti handphone masih menempel di telingaku.
Ah, Iqbaal ...
KAMU SEDANG MEMBACA
UHIBA LIA ( SUDAH TERBIT )
RomanceALIYAH HERRYAWAN, biasa di panggil Lia. Aku baru lulus SMA dan aku kuliah di salah satu universitas di Jakarta. Ayahku seorang pengusaha tambang di Kalimantan dan Ibuku sudah lama meninggal, sehingga aku hanya tinggal dengan bibi (ART yang mengurus...