“Apa?! Jadi alex cuma jadiin kamu bahan taruhan, ji?” Anggita terbelalak setelah mendengar cerita nio.
Fuji hanya mengangguk menjawab pertanyaan itu.“Kurang ajar banget tuh anak, apa perlu gue yang kasih dia pelajaran?” Ali nampak gemas setelah mendengar cerita nio, tangannya nampak mengepal tak tahan.
“Enggak usah! Dia udah gue urus kok” Balas nio santai.
“Gak bisa gitu dong, nio! Loe enggak liat mata sahabat loe sampe betem gitu, gue yakin semaleman dia pasti nangis nih” Tebak ali sok tau.
“Aduh, ali! Enggak usah sok jadi jagoan deh” Balas anggita.
“Aku udah gapapa kok, li! Lagi pula nio juga udah buat dia pingsan semalem dan itu udah cukup buat aku” Kata fuji dengan suara yang masih terdengar bindeng.
“Pingsan? Loe kasih sianida ke minuman alex, nio?” Kening ali berkerut.
“Ohh, no! Fight dong gue, keren kan?” Sombong nio sambil alisnya dengan sengaja ia naik turunkan.
“Terus gimana alex sekarang?” Tanya anggita.
“Stop! Pokoknya aku engga mau kita ngomongin pengecut itu lagi, please jangan buat aku merasa bodoh guys” Kata fuji yang tak mau lagi memperpanjang obrolannya tentang alex.
Ia langsung menatap nio lekat.
“Apa?” Tanya nio.
“Urusan aku udah kelar sama alex, sekarang giliran kamu nio. Ohiya, kamu mau kan antar aku ketemu ajeng nanti malam, aku udah janji dinner sama dia, lagian kamu engga lupa kan sama janji kamu buat nemuin ajeng lagi” Nio nampak berpaling berusaha menghindar, namun fuji malah menatapnya tak biasa membuat pria itu merasa tak enak karenanya.
“Loe berdua ngomongin apaan sih?! Banyak banget urusannya, urusan apa sih? Utang piutang?” Ali yang berusaha ikut campur pun malah dicueki oleh keduanya.
“Emang harus banget ya, ji?”
“Ya harus dong, nio! Kan kamu udah janji, lagipula kamu sendiri kan yang bilang kalo kamu mau aku bahagia” Kata fuji mengingatkan janji nio.
“Ya, tapi kan..”
“Udah, engga usah banyak alasan! Pokoknya nanti malam kamu harus temui dia, jangan telat! Eh, satu lagi, jangan kabur!” Nio terdiam, lalu kemudian mengangguk menuruti apa kata sahabatnya itu.
***
Malam telah tiba.
Ajeng mengedarkan penglihatannya. Ia mencari sosok orang yang akan ia temui malam ini, tapi entah karena apa, ia benar benar merasa gugup. Apalagi setelah ia tau bahwa katanya fuji akan mengajak nio, dengan senyum yang masih terpampang manis di bibir-nya, ajeng berusaha menutupi ketegangannya menunggu fuji.
“Mau pesen makanan sekarang, mba?” Suara seorang pelayan membuyarkan kegelisahan ajeng.
“Entar aja deh ya mba, aku masih nunggu temen aku soalnya” Balas ajeng ramah. Pelayan itu mengangguk paham lalu kembali meninggalkan ajeng beserta ketegangannya.
Tak selang lama, sekitar lima belas menit kemudian, pintu restoran terbuka. Sosok nio nampak mengedarkan sorot matanya, mencari seseorang yang akan ia temui. Mata nio akhirnya berhasil menangkap satu orang yang sedang duduk di meja dengan nomer 15. Ajeng! Batin nio.
Ping!
Sebuah pesan masuk. Nio mempertegas penglihatannya di layar ponsel, kemudian membacanya seksama.
“Aku engga bisa datang ke dinner malam ini, jadi aku mohon dengan sangat kamu temui ajeng ya, kasian dia udah nunggu” Nio membuang nafasnya kasar, dia mengintip meja yang ditempati ajeng. Dan seketika dia merasa gugup, penampilannya yang terbilang cukup santai ini, semakin membuatnya gemetar untuk menemui wanita yang sedang menunggunya itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
LOST STAR (SUDAH TERBIT)
Teen FictionTentang seorang remaja bernama Fuji yang sangat menyukai salah satu keindahan tuhan, yaitu bintang. Dia mempunyai satu sahabat paling spesial bernama Nio, kedekatannya dimulai semenjak keduanya duduk di sekolah dasar, di tambah rumah mereka yang ber...