Syallif emosi

99 45 23
                                    

Syallif pria itu terus saja mondar-mandir gak jelas. Pikirannya kalut, ia takut terjadi apa-apa dengan adek nya.

"Zidan lo kemana sih? Jam segini belum pulang juga, gue takut lo kenapa-napa, ditelfon gak diangkat di WhatsApp gak dibales," Syallif benar-benar frustrasi dan khawatir.

Syallif terus berusaha menghubungi Zidan, tapi hasilnya nihil, Zidan tetap tidak mengangkat telfon dari Syallif.

"Nih bocah bener-bener bikin gue khawatir sumpah," ucap Syallif sambil melempar ponselnya ke sofa.

***********
"Gimana, jalan-jalannya seru kan?" tanya Zidan.

"Lumayan,"Jawab Lina seadanya.

"Udah sana pulang! Entar dicariin lagi sama abang lo," lanjut Lina.

"Emang gue anak kecil, mau nginep di rumah lo aja deh," seru Zidan sambil berlari masuk kedalam rumah Lina.

"Zidannnnnnn," teriak Lina sambil mengejar Zidan.

"Aaahhh Lin sakit, ampun Lin lepasin rambut gue, iya gue tau Lin gue emang super gemesin tapi, jangan dijambak juga dong, sakit Lin aaahh," kata Zidan sambil teriak kesakitan karena jambangan seorang Lina.

"Pulang ya! baru gue lepasin rambut lo," suruh Lina.

"Iyah Lin gue pulang, sumpah kaya ibu pungut." Zidan masih meringis kesakitan karna jambakan Lina.

"Hay goblog! mana ada ibu pungut," geram Lina sambil melepaskan jambakannya.

"Nama gue Zidan, bukan goblog!" Zidan sewot sambil mengelus-elus kepalanya.

Lina sesaat terkejut saat melihat banyak rambut di telapak tangannya. Dan jelas rambut di telapak tangannya adalah rambut Zidan.

"Zid sorry banget gue tadi keras banget ya jambaknya, sampai-sampai rambut lo rontok di tangan gue," sesal Lina.

"Iya nih sakit banget, lo sih" Zidan pura-pura merauk.

"Ihhh yah sorry Zid, coba gue lihat! jangan-jangan merah lagi," ucap Lina khawatir.

Zidan menunduk untuk mengimbangi dengan tinggi Lina, dan memudahkan Lina untuk melihat kepalanya.

"Gak merah kok Zid," sahut Lina sambil mengusap kepala Zidan.

"Tapi sakit," rengek Zidan.

"Zidan gak usah ngerengek jijik gue." Lina yang kesal dengan dengan spontan menjitak kepala Zidan.

"Aaauuuhhh sakit Lina!"

"Bodo amat."

"Kenapa amat selalu terkenal dan banyak diomongi orang bodo amat, jutek amat, kaya amat, banyak amat, ganti kek jangan amat. Bosen gue dengernya."

"Dih daripada bodo Zidan, jutek Zidan, Kaya Zidan, banyak Zidan, kan jelek, gak cocok. Bagusan pakai amat."

"Udah ah jangan bahas amat, entar geer lagi tuh si amat."

"Lo ada chager gak? pinjem dong," tanya Zidan.

"Kagak ada, Lebih baik lo pulang aja, gue juga mau ngerjain tugas banyak pakai banget gak pakai amat," usir Lina.

"Lo pinjemin gue chager entar, gue kerjain tugas lo deh sambil nunggu hpnya full."

"Hufff, berhubung pas pembagian otak gue cuman dapet pas-pasan, terus ada orang yang mau nawarin buat bantuin, yaudah gue mau tapi jangan sampai salah."

"Iya kagak, dijamin bener semua."

Sesuai janjinya tadi, sambil menunggu ponselnya dichas, Zidan mengerjakan tugas-tugas Lina.

"Duh kok kepala gue pusing, astaga gue kan belum minum obat," batin Zidan panik.

"Lin tugas lo dah selesai, gue pulang ya." pamit Zidan.

"Oh dah selesai, yaudah sana pulang, oh iya lupa! Thanks yah."

"Iyah," lirih Zidan sambil menahan sakit.

Zidan pun pergi dari rumah Lina, dan melupakan ponselnya yang masih di cass.

"Tuh ponsel pakai acara ketinggalan lagi, apa tuh orang sengaja biar gue nganterin ponselnya, ah biarin ajah kalo butuh ntar juga balik lagi."

************
"Udah jam sembilan malem tuh anak belum pulang juga,bener-bener deh," geram Syallif.

"Gue cari dia aja di rumah temennya," lanjut Syallif.

Saat Syallif membuka pintu, Syallif dikejutkan saat melihat Zidan yang jalan dengan sempoyongan. Segera saja Syallif langsung berlari menghampiri Zidan.

"Lo kenapa Zid, kepala lo sakit lagi lo dah minum obat kan? Apa lo kecapean?" tanya Syallif khawatir.

"Gue gakpapa kok bang, gue tadi cuman habis jalan-jalam ama temen. Cuman agak capek dikit lah," lirih Zidan.

"Kan gue dah bilang Zid, lo jangan sampai kecapean."

"Lo dah minum obat?" tanya Syallif.

"Ini mau minum obat bang, entar juga pas minum pusingnya ilang, lo gak usah terlalu khawatir," Zidan terkekeh sambil menahan sakit nya.

Bugggg

Dengan sangat emosi Syallif menonjok perut Zidan, Zidan sangat terkejut dan tidak percaya apa yang barusan abangnya lakukan.

"LO KENAPA NYEPELEI OBAT ITU ZIDAN! GUE DAH BERAPA KALI NGOMONG SAMA LO, JANGAN SAMPAI LO TELAT MINUM OBAT. TAPI LO ANGGAP OMONGAN GUE SAMPAH LO PENGIN CEPET MATI," bentak Syallif.

Darah segar tiba-tiba keluar dari hidung Zidan, Syallif yang melihatnya menyesali perbuatannya tadi.

"Maksud omongan lo apa bang," bentak Zidan.

"Enggak Zid, gue gak ada maksud apa-apa, gue cuman terlalu khawatir sama lo," lirih Syallif.

"LO BOHONG BANG! LO PASTI NYEMBUNYIIN SESUATU DARI GUE, LO UUUHHHKKK," Zidan sudah tidak kuat menahan rasa sakit nya, Zidan sampai terbatuk-batuk.

"Zid lo udah mimisan sama muntah darah, kita kerumah sakit please Zid," suruh Syallif memohon.

"GAK USAH PERDULIIN DARAH YANG KELUAR DARI HIDUNG ATAUPUN MULUT GUE, GUE CUMAN BUTUH JAWABAN LO BANG, LO PASTI..."

DRAAKK

"Zid, Zidan," teriak Syallif.

Syallif mengangkat tubuh Zidan, kemudian membawanya kerumah sakit terdekat.
Sudah berjam-jam Syallif menunggu, tapi dokter yang menangani zidan belum juga keluar. Sungguh Syallif benar-benar menyesali perbuatannya, dia sendiri yang menyebabkan adeknya terbaring dirumah sakit, seharusnya dia bisa menahan emosinya sendiri dengan sifat adeknya yang keras kepala.

KUTUNGGU KAU DI KEABADIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang