Lina, gadis itu tak henti-hentinya membujuk Zidan, supaya mau berbicara dengan nya. Dengan cara menggoyang kan lengan Zidan, dan memaksa Zidan untuk membalas ucapannya. Tetapi Zidan terus saja diam tak merespon.
"Zidan! Jangan ke gitu, cuek banget deh ke gue, gue kan udah minta maaf sama lo, ko lo gitu sih. Udah donk ngambekan nya," rengek Lina sambil mengoyang-goyang kan lengan Zidan.
Jujur saja melihat Lina merengek seperti itu, Zidan berusaha menahan tawanya. Dan tetap menunjukan espreksi datar.
Sedangkan Lina yang sudah sangat kesal dengan tingkah Zidan, hanya bisa berusaha sabar dan berharap mendapatkan stok kesabaran lebih.
"Lo ngaca deh Zid, muka lo udah kaya orang-orang sawah gitu. Datar gak ada senyum. Ngambek mulu, jelek tau Zid."
"Tuh mata jangan melotot napa Zid, serem tau. Kalo lo gak mau ngomong gue pulang nih," ancam Lina yang langsung membuat kekesalan Zidan bertambah.
"Gue gak nyuruh lo pulang!" geram Zidan ketus.
"Lah ngapain gue disini, lo ajah cuekin gue. Gak mau ngomong sama gue."
"Ini gue ngomong, tadi juga gue ngomong."
"Yah tapi ketus, buat apa? Ngomong yang lembut ke cewek."
"Lina sayang, gak usah pulang yah."
Lina langsung memalingkan mukanya kearah lain, tanpa sepengetahuan Zidan bibir Lina tersenyum kecil.
"Eh lo kenapa? Pakai ngadep sono segala, baper yah gue panggil sayang," tanya Zidan.
"Ngapain baper, makanan jatuh ajah dibilang sayang. Tapi giliran gue jatuh diketawain, pan kampret!"
Tawa Zidan pecah mendengar ucapan Lina.
"Gak ada yang lucu, gak usah ketawa," geram Lina.
"Menurut gue lucu tuh ucapan Lo, kalo gak lucu gue gak mungkin ketawa."
"Hmm gak papa sih, walaupun gak jelas, gak ada yang lucu tapi akhirnya lo ketawa juga, berati lo udah gak ngambek lagi donk," seru Lina sambil tersenyum kecil.
Zidan menunjukan espreksi datar nya lagi, kemudian menatap tajam ke arah Lina.
"Gue ketawa, bukan berati gue gak ngambek lagi sama lo!"
"Mau lo apa sih Zid? Bilang donk ke gue, biar lo gak ngambek sama gue lagi," tanya Lina kesal.
"Emmm... apa yah? Peluk gue dulu, baru gue gak ngambek lagi," perintah Zidan ketus.
Tanpa disangka Lina langsung memeluk Zidan, Zidan sangat terkejut karna Lina memeluknya dengan erat, Zidan mengira Lina akan berdebat dengannya, karna menolak permintaannya. Tetapi pikirannya salah, Lina malah memeluk erat tubuhnya. Tanpa basa-basi Zidan membalas pelukan Lina. Jangan ditanya lagi yang jelas jantung mereka berdua lebih aneh dari biasanya, bukan karena penyakit.
"Jangan ngambek lagi, gue dah peluk loh," lirih Lina.
Tubuh Lina sangat gerogi, setelah Zidan membalas pelukannya.
"Tambah lagi deh permintaan gue, cium dulu ntar gue gak ngambek," Zidan malah ngelunjak gara-gara Lina memeluknya.
Lina melepas paksa pelukannya, mendengar ucapan asal dari Zidan, Lina ingin sekali menampar mulut Zidan.
"Gue tabok nih mulut lo, dikasih jantung malah minta hati," geram Lina.
"Lo gak kasih jatung ke gue, dan gue juga gak minta hati lo, lo tadi cuman kasih pelukan ke gue, dan sekarang gue cuman minta cium sama lo."
"Ko ngeselin yah untung sayang," batin Lina.
"Kan itu cuman peribahasanya Zidan sayang an nya Lina," ceplos Lina.
Muka Zidan serta Lina sama-sama merah. Zidan yang terkejut karena ucapan Lina, sedangkan Lina malu karena keceplosan nya.
"Anjirrr gue baper sendiri pas Lina ngomong gitu, jantung gue kena masalah lagi. Buh gak beres nih gue jadi cowok," batin Zidan.
"Huuuaaa mama anak mu malu, ya Allah tolong kabulkan lah doa hamba, hamba sangat ingin pingsan ya Allah," batin Lina.
"Ngomong apa lo tadi?" tanya Zidan sedikit gugup.
"Gak tau. Emm Zid gue keluar bentar ya, beli stok urat malu, eh ralat beli bakso, gak tau kenapa tiba-tiba pengin makan bakso," gugup Lina, kemudian berlari keluar ruang rawat Zidan. Zidan masih cengong membiarkan Lina pergi. Setelah Zidan tersadar, bibir Zidan membentuk senyuman.
"Apa Lina suka sama gue juga? Jelas lah siapa sih yang tahan dengan pesona Zidan. Cuman Lina gengsi kali yah, gengsi digedein. Gue gak boleh jadi cowok pengecut, gue cinta sama Lina, gue gak mungkin terus-terusan diem. Gue cowok bukan cewek gue gak mungkin nunggu Lina ngomong cinta ke gue. Gue harus secepat mungkin ngatain cinta gue ke Lina."
***
"AAHHH YA ALLAH GUE MALU," teriak Lina tanpa melihat kondisi sekitarnya."Dek adek sehat?" tanya seorang.
Lina melirik kearah kanan kiri. Melihat banyak orang yang menatapnya, sungguh ia bertambah malu dengan dirinya.
"Maaf," gumam Lina, kemudian pergi.
"Ah sial banget gue ya Allah, kalo muka gue bisa di kantongin gue udah kantongin kali yah," batin Lina.
"Lina!" Panggil seorang, sambil berjalan menghampiri dirinya.
"Eh bang Syallif."
"Lo mau kemana?" tanya Syallif.
"Mau meratabi nasib, karna malu," batin Lina.
"Lin ko malah bengong, gue nanya loh, bukan lagi ceramah."
"Ini bang gue mau beli bakso," sahut Lina diiringi cengirannya.
"Haaa beli bakso? Gak salah Lin. Mau beli bakso tapi arahnya ke kamar mayat, gak sekalian beli di toilet ajah."
"Fix malu lagi kan gue, ya Allah ko gini banget sih gue," batin Lina.
"Tadi ada mayat yang mau nitip bakso bang, eh gue pergi yah, mau beli baksonya bang," ucap Lina sambil berlari meninggalkan Syallif.
"Tuh anak stres kali ya? Mana ada manyat minta beli bakso, tuh orang ngelawak yah," ucap Syallif sambil berjalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUNGGU KAU DI KEABADIAN
RomanceTerkadang hal yang paling kita harapan adalah kebahagiaan bersama dengan orang orang yang kita sayang, tapi apakah kita akan selalu bahagia bersama mereka selalu tersenyum dalam kedamaian. Tentu tidak bukan? Ada kalanya kita merasakan hal yang pait...