Setelah Dokter memeriksa Zidan, Zidan terus memohon kepada Syallif untuk melihat kondisi Lina. Syallif yang tak tega pun akhirnya mengizinkan Zidan.
"Ka, gimana kondisi Lina?" tanya Zidan.
"Kondisi Lina masih sama Zid, belum ada perkembangan nya," jawab Zita sambil bangkit dari duduknya.
Zidan menjatuhkan lututnya, air mata nya sudah turun begitu saja. Syallif serta Zita menatap Zidan iba, mereka berdua tau kesedihan yang Zidan alami.
"Kalo aja waktu itu gue gak marahin Lina, gak bikin Lina sakit hati pasti Lina gak bakal kaya gini, Lina bakalan baik-baik aja," lirih Zidan.
"Lo gak boleh nyalahin diri lo sendiri Zid, semua udah di atur sama Allah. Kita sebagai manusia gak mungkin bisa ngerubah takdir dari Allah," ucap Syallif sambil mengelus pundak Zidan.
"Gak guna Zid, lo ngalahin diri lo sendiri. Apa dengan lo nyalahin diri lo sendiri Lina bakal langsung sembuh? Enggak Zid, yang sekarang Lina butuhin itu doa dari lo, bukan penyesalan lo," sahut Zita.
"Bener yang dibilang calon istri abang Zid, yang Lina butuhin doa lo bukan penyesalan lo, lagian Lina juga gak bakal tau kalo lo udah nyesel sama apa yang lo perbuat."
Zita langsung menatap Syallif tajam, bisa-bisanya Syallif bercanda. Apa pacarnya ini pengin di gampar bolak-balik, kenapa sifatnya gak pernah berubah. Disaat harus serius kenapa bercanda? Zita jadi gemes sendiri.
Syallif yang tau Zita menatapnya tajam hanya tersenyum kecil ke arah Zita. Lalu menatap kearah lain.
"Apa salah gue?" gumam Syallif.
Zidan tidak memperdulikan Syallif maupun Zita, Zidan masuk kedalam ICU. Hal itu membuat Syallif serta Zita panik, takut Dokter tiba-tiba datang dan Zidan ketahuan.
"Yang... kita bawa Zidan keluar atau biarin aja?" tanya Zita.
"Kita biarin aja Zidan sama Lina berdua dulu, kalo aku jadi Zidan pun aku bakal lakuin yang kaya gitu. Kita jagain diluar aja, jangan sampai Dokter tau," suruh Syallif.
Zita hanya menganggukkan kepalanya, menuruti perintah Syallif.
***
"Lin, bangun donk! Betah banget tidurnya, gak kangen apa sama gue? Gue aja kangen sama lo. Lo kalo marah sama gue, jangan hukum gue kaya gini Lin," lirih Zidan sambil mengusap puncak kepala Lina."Gue emang jahat! Gue egois, gue bohongi perasaan gue sendiri, gue cinta sama lo Lin, tolong bangun gue kangen," lanjut Zidan sambil memeluk tubuh Lina.
Zidan merasakan kepalanya dielus seorang.
"Kenapa bang Syallif pakai masuk segara? Gue lagi pengin berdua sama Lina bang! Pakai elus-elus kepala gue lagi. Sok romantis banget, pacarnya cemburu tau rasa ntar," batin Zidan.
"Ziiid..."
Zidan terkejut mendengar suara itu, suara yang sangat ia rindukan. Zidan langsung mengubah posisinya menjadi duduk seperti biasa, rasa bahagia melihat Lina membuka matanya sudah terlihat jelas diwajah Zidan.
"Apa yang sakit? Bentar aku panggil Dokter dulu ya," tanya Zidan. Zidan sudah bangkit dari duduknya, tetapi Lina mencegah kepergian Zidan. Akhirnya Zidan kembali duduk.
Lina mencopot oksigen yang ada di mulutnya.
"Sini aja temenin gue, jangan tinggalin gue," lirih Lina.
"Gue gak ninggalin lo ko, gue cuman mau panggil Dokter," ucap Zidan sambil mengelus kepala Lina.
Lina menggelengkan kepalanya.
"Sini aja temenin gue," suruh Lina.
"Zidan... apa lo masih cinta sama gue?" tanya Lina.
"Iya Lin! Gue masih cinta sama lo, gue masih sayang sama lo. Bohong kalo gue bilang udah gak cinta sama lo, kemaren gue terlalu jahat sama lo karna ada satu hal yang bikin gue lakuin itu ke elo. Gue cuman gak mau bikin lo repot," jelas Zidan.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUNGGU KAU DI KEABADIAN
RomanceTerkadang hal yang paling kita harapan adalah kebahagiaan bersama dengan orang orang yang kita sayang, tapi apakah kita akan selalu bahagia bersama mereka selalu tersenyum dalam kedamaian. Tentu tidak bukan? Ada kalanya kita merasakan hal yang pait...