Zidan saat ini sama sekali tidak fokus dengan pelajarannya, ia masih kepikiran tentang abangnya. Ingin rasanya Zidan membunyikan bel pulang sekolah, dan menemui Lina. Sebelum keduluan sama abangnya. Zidan gak akan mau rencana yang sudah ia susun, tiba-tiba gagal hanya karna abangnya.
"Bel cepetan bunyi donk, lama amat deh. Gak tau apa anak orang lagi nungguin," batin Zidan kesal.
Lalu bel berbunyi, Zidan dengan cepatnya memasukan barang-barangnya ke dalam tas, kemudian berlari keluar kelas.
"Zidan! Kamu kenapa lari-lari?" tanya Diara.
"Kebelet," teriak Zidan tanpa menghentikan langkahnya.
"Ihhh... gemes deh."
Zidan sudah sampai di kelas Lina, ternyata Syallif terlebih dahulu sampai di kelas Lina. Mereka berniat akan pergi, tetapi Zidan menghentikan langkah mereka.
"Bang ngapain lo sama Lina?" tanya Zidan.
"Kan tadi gue udah jelasin Zid, kalo gue sama abang lo mau ngobrol penting bantaran doang ko," sahut Lina.
"Gue ikut."
"Gak bisa!" Syallif dan Lina menjawab secara bersamaan.
"Kenapa? Bang lo ngobrol sama Lina nya lain waktu aja deh, gue soalnya ada urusan penting sama Lina," Zidan tanpa permisi menarik tangan Lina.
"Zidan... Zidan gak sopan banget sama abang sendiri, anak siapa sih? Ko gitu banget," gumam Syallif.
"Ya Allah Bunda, Ayah maafin Syallif. Dia anak Bunda sama Ayah juga yah?" lanjut Syallif.
****
Zidan terus menarik tangan Lina, setelah sampai di taman belakang sekolah, Zidan baru melepaskan tangan Lina. Zidan menyuruh Lina duduk di kursi taman tersebut, walaupun kesal Lina tetap mengikuti perintah Zidan, ia kemudia duduk di kursi tersebut. Sebenarnya Lina agak heran kenapa taman belakang sekolah, tiba-tiba menjadi sangat bagus dan suasananya romantis. Sebenarnya akan ada acara apa? Pikir Lina dalam hati.
Zidan ikut duduk disamping Lina."Sorry banget gue maksa bawa lo kesini, gue cuman gak mau rencana yang sudah gue buat jadi sia-sia Lin," Zidan lalu menggenggam tanggan Lina.
"Gue tau mungkin emang terlalu cepat Lin, tapi perasaan ini datang begitu saja. Gue kagum, gue suka, gue cinta sama lo. Gue udah nyaman sama lo, gue pengin hubungan kita bukan hanya sekedar teman, gue tau gue emang cuman cowok manja, ngeselin tapi gue ngangenin. Gue bakal jadi cowok yang bisa bikin lo bahagia. Do you want to be my girlfriend?" tanya Zidan sambil terus menggenggam tangan Lina. Zidan sudah was-was, jika nanti Lina bakal menolak nya.
"Sumpah demi apa! Zidan nembak gue, ini gue ngimpi atau emang gue lagi khayal ya? Kalo emang ini ngimpi biarin gue tidur, jangan bangunin dulu, sampai tau ending nya," batin Lina.
"Lin! Jawab donk, gimana lo mau gak? Jangan diem aja. Kalo lo diem, lo sama aja bikin gue bingung Lin, please jawab. Gue bakal terima apapun jawaban lo."
"Ternyata gak ngimpi, ini nyata Ya Allah," batin Lina.
"Gue... ma...." belum sempat menjawab tiba-tiba ada seorang yang menghampiri mereka sambil berlari.
"Zidan! abang lo tadi kesempret motor, sekarang abang lo lagi di UKS, lagi di obatin lukanya. Mau di anter kerumah sakit gak mau, katanya mau pulang aja sama lo. Makanya gue manggil lo."
Lina langsung melepaskan genggaman tangan Zidan, muka Lina terlihat sangat panik setelah mendengar bahwa Syallif kecelakaan.
"Zid, ayo samperin bang Syallif. Gue takut dia kenapa-napa," ucap Lina khawatir.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUNGGU KAU DI KEABADIAN
RomanceTerkadang hal yang paling kita harapan adalah kebahagiaan bersama dengan orang orang yang kita sayang, tapi apakah kita akan selalu bahagia bersama mereka selalu tersenyum dalam kedamaian. Tentu tidak bukan? Ada kalanya kita merasakan hal yang pait...