Zidan Terpuruk

75 17 9
                                    

Syallif mengetuk-ngetuk pintu kamar Zidan, berharap Zidan membuka pintu nya. Tapi Zidan sama sekali tidak membuka pintu tersebut.

"Zid! Buka pintu nya, lo tadi salah paham. Gue sama Lina gak ada hubungan apa-apa, gue sama Lina cuman sekedar teman doang, gak lebih Zid," jelas Syallif masih terus mengetuk pintu kamar Zidan.

"Berisik lo! Gak usah ganggu gue," teriak Zidan.

"Please Zid... lo jangan kaya gini ke gue, cuman gara-gara lo salah paham, lo malah musuh in gue. Sumpah Zid! Gue gak ada hubungan apa-apa sama Lina. Gue mohon lo keluar, lo harus dengerin penjelasan gue," Syallif terus berusaha membujuk Zidan.

Zidan akhirnya membuka pintu kamar nya, Syallif tersenyum ia senang karna Zidan sudah mau membuka pintu kamarnya.

"Bang! Gue tau lo lebih segala nya dari gue, gue ini lemah, penyakit an. Lo bebas ngatur gue, gak boleh ini itu, tapi jangan perasaan juga bang. Lo kalo emang suka sama Lina yang bilang aja, gue ikhlas, gue juga bakal ngalah. Karna emang lo lebih segalanya dari gue, udah jelas juga Lina bakal milih lo. Gue sih apa? Cuman cowok manja yang bisa nyusahin orang doang," teriak Zidan.

"Zid... Lo apaan sih, ngomong kaya gitu? Lo itu kuat Zid, Lina juga gak bakal milih gue karna..." belum sempat Syallif menyelesaikan ucapannya, Zidan langsung menutup pintu kamar nya dengan keras. Zidan sudah tidak ingin mendengarkan penjelasan dari Syallif.

Syallif mengetuk pintu kamar Zidan lagi.

"Zid... please dengerin gue dulu, gue belum selesai ngomong."

"PERGI BANG! GUE GAK MAU DI GANGGU DULU," bentak Zidan.

"Kenapa semuanya harus kaya gini? Kenapa harus bang Syallif yang jadi saingan gue," lirih Zidan sambil mencengkeram kuat kepalanya.

Zidan merasakan kepalanya nyeri, ia terus mencengkeram kepalanya kuat.

"Kenapa lo datang di saat gue sedang terpuruk? Gue mohon jangan tambah beban gue, tolong pergi," batin Zidan.

"Ahhhhh... sakit, tolong! hilang in rasa sakit ini. Gue gak kuat," teriak Zidan. Syallif yang mendengar teriakan Zidan langsung panik seketika.

"Zid, Zidan lo kenapa? Jangan bikin gue khawatir buka pintu nya," tanya Syallif.

Zidan sama sekali tidak menjawab pertanyaan Syallif, hal itu membuat Syallif menjadi tambah panik.

Syallif bergegas mencari kunci cadangan kamar Zidan, Syallif tidak memikirkan luka nya. Yang sekarang Syallif pikirkan adalah kondisi adek nya.

Setelah berhasil menemukan kunci cadangannya, Syallif langsung membuka pintu kamar Zidan. Syallif sangat terkejut melihat Zidan yang terduduk lemah di lantai dengan muka yang sangat pucat, serta darah yang keluar dari hidung nya.

"Astagfirullah... Zidan," Syallif berniat akan membawa Zidan kerumah sakit, tapi Zidan terus saja menolak.

"Zid! Gue mohon, pikirin kondisi lo, kita ke rumah sakit ya," Syallif terus memohon supaya Zidan mau pergi kerumah sakit. Setiap Syallif menyentuh tubuh Zidan, Zidan segera menepis tangan Syallif.

"ZIDAN! GUE MOHON PIKIRIN KONDISI LO, GUE GAK MAU KEHILANGAN LO," bentak Syallif.

"Bukannya lo seneng kalo gue pergi bang, jadi lo bebas sama Lina, tanpa takut harus saingan dulu sama adek lo," lirih Zidan sambil tersenyum.

"LINA! LINA TERUS, GUE UDAH BILANG KALO GUE SAMA LINA GAK ADA HUBUNGAN APA-APA, KECUALI HUBUNGAN TEMAN," bentak Syallif.

"Lo bilang gini karena lo kasian sama gue kan? Lo gak mau gue benci sama lo, lo gak mau kalo gue gak nurut perintah lo lagi," lirih Zidan.

KUTUNGGU KAU DI KEABADIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang