Jika Zita sudah memohon Syallif hanya bisa pasrah dan menuruti permintaan Zita.
"Ya udah yuk kita kerumah sakit!"
"Aku yang nyetir yah, gak ada penolakan," perintah Zita sambil senyum.
Syallif hanya menganggukkan kepala.
"Entah kita jodoh atau tidak, yang jelas aku beruntung dan bahagia bisa ketemu sama bisa menjadi orang yang spesial buat kamu," batin Zita.
"Yang kita mau ke rumah sakit mana?" tanya Syallif, sebelum masuk kedalam mobil.
"Rumah sakit yang sama kaya Zidan aja gimana? Sekalian aku mau ketemu sama adek ipar, pan belum pernah ketemu," sahut Zita diiringi cengirannya.
"Cye udah anggap Zidan adek ipar nih, kode keras."
"Udah ah cepet masuk, jangan godain aku mulu, mau aku tonjok hidung kamu lagi," ancam Zita.
"Berani emang? Nonjok hidung aku lagi, gak kasian kalo kadar ketampanan aku hilang setengah gara-gara hidungnya benjol gara-gara kamu," lirih Syallif dengan muka memelas.
"Ya gak lah, tapi kamu tetap tampan ko dihati aku," gombal Zita.
"Gombal," Syallif kemudian masuk kedalam mobil.
Zita pun ikut masuk kedalam mobil dikursi pengemudi.
"Yang, gak usah kerumah sakit napa, hidung aku juga gak papa," bujuk Syallif.
"Iihh kan aku pengin tahu kamu beneran gak papa, iyah sekarang udah gak sakit ntar kalo tiba-tiba sakit gimana? Apa salahnya sih nurut. Lagian sekalian aku mau jenguk Zidan," geram Zita.
"Ya udah iya, maaf deh."
Mereka berdua pun sudah sampai dirumah sakit, setelah selesai memeriksa hidung Syallif. Syallif dan Zita berniat menjenguk Zidan.
"Dek lihat siapa..." ucapan Syallif terhenti melihat Zidan tidak ada diruang rawatnya.
"Lah ko gak ada, kemana lagi tuh anak. Aduh jangan-jangan kabur," seru Syallif heboh.
"Kamu tenang dulu donk, kita tanya sama perawat ajah."
Syallif serta Zita pergi menemui salah satu perawat. Syallif sangat terkejut mengetahui bahwa Zidan sudah sudah keluar dari rumah sakit berapa jam yang lalu.
"Udah pulang sus? Gak salah tuh, terus pulang sama siapa? Bukan nya saya keluarganya. Lah yang bayar administrasi nya siapa?" tanya Syallif bertubi-tubi.
"Pacar gue nanya nya ngegas amat, gak pakai titik koma lagi," batin Zita.
"Tadi yang bayar administrasi nya cewek mungkin kakaknya atau pacarnya," jawab Perawat tersebut.
"Ya udah sus makasih buat infonya, kami permisi dulu," ucap Zita sambil menarik tangan Syallif.
"Kampret banget deh sih Zidan, pulang gak bilang-bilang. Gak punya otak kali tuh anak," geram Syallif.
"Sabar donk sayang, semua orang kan punya otak, mungkin aja otak Zidan lagi gak dipakai. Udah lebih baik kita kerumah kamu ajah, lihat Zidan udah ada dirumah apa belum," Zita menenangkan Syallif sambil mengusap punggung Syallif.
Syallif hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.
****
Zidan dan putri tak henti-hentinya adu mulut, salah satu dari mereka tidak ada yang mau mengalah sama sekali. Masalahnya berawal dari Zidan yang memaksa putri untuk membayar administrasi rumah sakit dan keluar dari rumah sakit tanpa sepengetahuan Syallif."Tuh mulut bisa diem gak sih? Dari tadi nyerocos mulu. Gak cape emang?" tanya Zidan.
"Ih lo ogeb yah gimana gue bisa diem, gimana kalo ntar Syallif marah sama kita," seru Putri emosi.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUNGGU KAU DI KEABADIAN
RomanceTerkadang hal yang paling kita harapan adalah kebahagiaan bersama dengan orang orang yang kita sayang, tapi apakah kita akan selalu bahagia bersama mereka selalu tersenyum dalam kedamaian. Tentu tidak bukan? Ada kalanya kita merasakan hal yang pait...