Cemburu

81 37 18
                                    

Gadis cantik dengan setia menemani tidur seorang pria tampan. Gadis cantik dan pria tampan tersebut tak lain Lina dan Zidan. Mungkin karena terlalu bosen Lina sampai ikut tertidur, dengan posisi duduk di samping Zidan.
Zidan yang tidurnya sudah lumayan lama pun terbangun, bibirnya membentuk senyuman kecil, saat melihat gadis yang ia suka tertidur di sampingnya. Tangan Zidan bergerak mengelus-elus rambut Lina.

"Cantik banget sih kalo lagi tidur, gemes deh," lirih Zidan sambil terkekeh geli.

"Makasih gue emang dah cantik dari lahir," sahut Lina sambil menormalkan posisi duduknya.

Zidan yang ketangkap basah oleh Lina, bahwa dirinya telah memujinya pas sedang tidur langsung salah tingkah dan gugup.

"Pede lo," Zidan gugup.

"Ya telah pak, situ sendiri yang bilang kalo gue cantik."

"Ngimpi kali lo, lo kan habis molor," elak Zidan.

"Ngelesnya pinter amat dah pak."

"Gak usah panggil pak! Gue bukan bapak lo," geram Zidan.

"Terus panggil apa om gitu?" tanya Lina sambil menggoda.

"Apa tadi lo bilang? Om! Gak salah denger nih gue?" tanya Zidan terkejut.

"Kalo telinga lo masih waras gak kena masalah, yah lo gak salah denger."

"Berani panggil gue pak atau om gue cium lo," ancam Lina.

"HA APA PAK!"

"Oh nantangin nih, beneran pengin dicium ceritanya, kode keras nih."

"Ih enggak kok Zid, gue tadi cuman bercanda."

"Ya makanya lo gak usah panggil gue pak atau om belum waktunya gue dipanggil itu, masih unyu-unyu gue belum tua. Sekali lagi gue denger lo panggil itu gue bakal beneran cium lo," ancam Zidan. Yang di angguki oleh Lina.

"Lagian lo gak diperbolehkan manggil itu ke gue, haram hukumnya. Lo hanya boleh panggil sayang, hani, atau bebeb haha," batin Zidan sambil tersenyum kecil.

"Iya gue gak bakal manggil lo dengan sebutan itu kali, ngeri gue kalo harus di cium sama lo. Gue panggil cowok manja atau Mr. Songong aja deh," Lina bergidik ngeri jika nanti ancaman Zidan benar-benar terjadi.

"Yah serah lo deh, mungkin panggilan itu panggilan sayang lo ke gue."

"Apaan sih, sayang-sayang pala lo peang!"

Seorang pria tampan tiba-tiba masuk kedalam ruang rawat Zidan. Pria tersebut tak lain adalah Syallif.

"Emmmm..."

Zidan maupun Lina tak memperdulikan dehemmannya Syallif.

"Woy! Pada gak nyadar apa kalo orang ganteng datang," teriak Syallif kesal.

"Eh lo dah kesini lagi bang?" tanya Zidan.

"Sejak kapan lo kesini bang?" tanya Lina.

"Gak tau."

"Dih bego!"

"Anak siapa tuh bego?" tanya Syallif.

"Anak elo kali," jawab Lina terkekeh.

"Gue belum menikah dan gue gak bakal kasih nama anak gue nama bego."

"Lo kok ngeselin amat sih bang!"

"Iyah tau makasih, gue emang ngangenin."

Syallif serta Lina terus bercanda dengan adu mulut, mereka tidak memperdulikan Zidan yang sudah kesal.

"Emmmm.... kaya ada yang nyangkut di tenggorokan."

"Lo kenapa zid? apa yang nyangkut di tenggorokan lo," tanya Syallif.

"Abis nelen bangke kali bang," sahut Lina sambil cengesan, yang langsung dapat tatapan tajam oleh Zidan.

"Please cuman bercanda, gak usah melotot tuh mata, ntar matanya jatuh bahaya lagi."

"Gak tau nyangkut apa, yang jelas rasanya panas."

"Mau gue panggil dokter?" tanya Syallif khawatir.

"Ngapain panggil dokter? Gak usah... Cukup lo pergi dari sini ajah pasti langsung adem."

"Lo masih ngambek sama gue soal tadi pagi?" tanya Syallif.

"Duh bego banget sih nih orang gak peka banget, gak tau apa kalo gue cemburu sama situ, anak siapa sih lo gak peka banget jadi orang, jadi kambing ajah sono," batin Zidan.

"Gusy... sinetronnya udah tayang nih, adegan sih adek ngambek ke kakaknya sudah mulai," gurau Lina.

"Situ waras?" tanya Zidan.

"Situ nanya ke siapa?" tanya Lina balik.

"Sama tembok," geram Zidan.

"Ohh kirain sama gue."

"Eh lo bang gak usah ketawa! gak ada yang lucu, lebih baik lo pergi dari sini atau gue yang pergi," ancam Zidan.

"Kalo lo sampai pergi gue perkosa lo," ancam balik Syallif.

"WHAT LO BERDUA GAY? MASYAALLAH JIJIK GUE, GAK NYANGKA SUMPAH," teriak Lina terkejut.

"Enggak Lin, sumpah demi Allah gue gak gay, gue masih doyan cewek, gue juga gak doyan pisang sama pisang, tau nih bang Syallif gesrek otaknya, atau mungkin gak laku," jelas Zidan.

"Gue juga doyan nya sama cewek, tapi kalo lo nekat pergi siap-siap mendesak, toh lo gak bakal hamil juga, kecuali kalo gue perkosa Lina baru bisa hamil," bisik Syallif.

"Sinting lo bang! sini gue tonjok lo biar otak lo sadar," geram Zidan.

"Otak lo konslet yang bang?" tanya Lina.

"Alhamdulillah gue sehat-sehat aja."

"Kayaknya gak deh," ucap Zidan dan Lina secara kompak.

"Udah ah gue mau pulang ajah yah Zid," sahut Lina.

"Gak betah ya lo? Gara-gara ada orang gila," tanya Zidan sambil menatap Syallif kesal.

"Hahahaha bisa jadi."

"Gue gak bisa anterin lo, takut diperkosa gue."

"Hahaha gak papa gue bisa pulang sendiri, gue masih hafal jangan rumah kok."

"Gue ajah yang anter lo gimana? dah agak malam nih, yah gak Zid," tawar Syallif.

"Sumpah demi kucing yang hidungnya pesek tapi banyak orang yang bilang imut, sebenernya gue kagak rela," batin Zidan.

"Tapi jangan perkosa Lina lo, kalo sampai perkosa gue pecat jadi abang," bisik Zidan.

"Gue masih waras yah, gue juga pantang sebelum halal."

"Emmm jadi nganterin gak nih bang? kalo gak gue pulang sendiri ajah," sahut Lina.

"Iyah jadi ayo!"

"Gue pulang yah cowok manja," pamit Lina.

"Hmmm."

Syallif dan Lina pun keluar dari ruang rawat Zidan.

"Maksud bang Syallif tadi apa coba? Apa dia pengin halallin Lina? aaahhh. C'mon Zidan lo cemburu sama abang lo sendiri? ini gila! semoga ajah bang Syallif sama Lina gak ada perasaan apa-apa."

KUTUNGGU KAU DI KEABADIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang