Suasana hati Lina sudah dinyatakan baik, semenjak kedatangan Zidan kerumah nya, membuat ia melupakan masalahnya. Tingkah Zidan yang membuat Lina Kesal justru membuat hatinya kembali bahagia. Mungkin kata orang-orang benar, seorang yang kadang membuat kita kesal, lama-lama juga akan timbul rasa cinta. Ya seperti yang diri nya alami saat ini, ia sudah jatuh cinta pada sosok tengil yang selalu membuat dirinya kesal, kadang tingkah Zidan yang membuat dirinya kesal, menimbulkan rasa kenyamanan tersendiri.
"Lin... daripada gabut gini mending jalan-jalan yuk," ajak Zidan.
"Ayo, mau kemana emang?" tanya Lina antusias.
Zidan yang melihat antusias nya Lina sedikit heran, pasalnya ini kali pertamanya ia mengajak jalan-jalan lalu Lina langsung setuju tanpa harus memaksanya seperti biasanya.
"Sehat kan Lin?" tanya Zidan sambil memegang jidat Lina.
"Sedikit panas dingin sih," gumam Zidan.
"Maksud lo apa? Ngapain pegang-pegang jidat gue segala," geram Lina Kesal.
"Gak papa ko, hehehe..." Zidan terkekeh dengan tingkah Lina.
"Entah apa yang merasuki Lina, yang jelas Zidan bahagian," batin Zidan.
"Ya udah jadi jalan-jalan gak nih? Kalo gak jadi sono lo pulang ajah," usir Lina ketus.
"Ya jadi donk sayangku, gak usah ngambek gitu donk," ceplos Zidan.
Seketika pipi Lina langsung merona mendengar ucapan Zidan.
"Ngomong apa tadi?" goda Lina.
"Astagfilullah syaiton nirozim, gue kan gak ada duit kenapa ngajak jalan yah, gimana nih?" tanya Zidan sambil menepuk jidat nya. Tepatnya Zidan memalingkan pertanyaan Lina.
"Apaan sih gaje, gak nyambung deh."
"Kalo gak nyambung yah di sambung, kalo jauh yah di deketin, terus kalo gak erat yah dipereratin. Kaya aku kamu gitu yang perlahan-lahan jadi kita."
"Dih apaan sih, kalo gak bisa ngegombal gak usah gombal deh."
"Pakai ngatain gak bisa ngegombal lagi, tapi tuh pipinya merah, dasar cewek."
"Jadi jalan gak sih nih, ribut mulu deh."
"Ya udah ayo, tuan putri kita jalan-jalan."
"Geli deh Zid."
"Aku gak gelitikin kamu."
"Aku, kamu lagi, lo ketempelan setan apaan?" tanya Lina.
"Setan cinta mungkin," jawab Zidan asal.
"Astagfilullah, tobat-tobat."
"Kenapa sih? Kalo sama gue lo kesel mulu, kali-kali lo bahagia gitu, ketawa-ketawa kalo sama gue," sahut Zidan dengan wajah bete nya.
"Asal lo tau aja Zid, kesel-kesel gini gue juga bahagia," batin Lina.
"Malah ngelamun," sentak Zidan membuyarkan lamunan Lina.
"Eh... ya udah ayo pergi, ribut mulu deh," ajak Lina sambil menggandeng tangan Zidan.
"Sekarang di gandeng-gandeng, besok-besok di apain yah?" batin Zidan sambil tersenyum.
"Dedek jantungan diskoan nih," batin Lina.
Mereka berdua pergi ke taman, tapi sebelum itu mereka pergi menuju rumah Zidan, untuk mengambil dompet Zidan. Padahal Lina sudah bilang, gak usah ambil duit segala. Tapi gak enak donk masa jalan sama cewek gak ada duit, kan malu-malu kaum cowok, kata Zidan gitu, alhasil Lina nurut ajah.
KAMU SEDANG MEMBACA
KUTUNGGU KAU DI KEABADIAN
RomanceTerkadang hal yang paling kita harapan adalah kebahagiaan bersama dengan orang orang yang kita sayang, tapi apakah kita akan selalu bahagia bersama mereka selalu tersenyum dalam kedamaian. Tentu tidak bukan? Ada kalanya kita merasakan hal yang pait...