Syallif atau Zidan

50 15 9
                                    

Pagi hari yang cerah, secerah suasana hati Zidan. Cowok itu udah siap dengan seragam sekolahnya, sekarang Zidan sedang memakan roti untuk sarapan paginya. Mata Syallif sedikit melotot karna terkejut melihat Zidan yang sudah rapi dengan seragam sekolahnya, Syallif berniat akan membangunkan Zidan. Tapi ternyata cowok itu sudah rapi. Biasanya Zidan masih nyenyak dengan dunia alam mimpi nya.

"Pak bos, tumben udah bangun. Biasanya ke kebo," Syallif duduk di kursi makan berhadapan dengan Zidan.

"Lagi pengin bang, udah buruan makan. Gue udah siapin roti bakar buat lo."

Syallif langsung menepuk-nepuk pipinya, ia benar-benar terkejut dengan tingkah Zidan.

"Ngimpi apa gue semalem, adek laknat gue jadi baik. Puji syukur Syallif sembahkan kepada Allah. Hari ini Syallif bahagia ya Allah."

"Ya Allah ternyata abang gue lebay banget ya, lebih lebay dari cewek. Cuman di buatin roti bakar, kaya dapet apaan."

"Ya gue seneng aja, gak biasanya gitu lo kaya gini ke gue. Sering-sering aja ya."

"Ngarep lo! Ini kan karna suasana hati gue lagi baik," Zidan kemudian bangkit dari duduk nya kemudian pergi mengambil tasnya.

"Udah sih buruan makan tuh roti nya, jangan bengong mulu. Ntar telat lagi," suruh Zidan.

"Iya-iya ini mau gue makan."

"Eh bang... gimana kalo berangkat nya ntar gue yang nyetir mobilnya, ke nya asik tuh," lanjut Zidan.

Syallif langsung tersendak mendengar perkataan Zidan. Syallif menatap Zidan tajam.

"Apaan sih lo! Lo itu belum cukup umur. Gue gak bakal izin in lo buat bawa mobilnya," bentak Syallif.

"Lah gue gak bawa mobilnya, berat bang dedek gak kuat. Gue cuman ngendarain mobilnya."

"Gak! Gue gak bakal ngizinin lo, sebelum lo cukup umur."

"Ya Allah cuman beda satu tahun aja bang, kaya beda sepuluh tahun. Please bang ya bang," ucap Zidan sambil memohon.

"Kalo gue bilang gak! Ya berati gak, udah buruan ayo berangkat. Ntar telat lagi," Syallif berjalan sambil menenteng tas nya.

"Pelit banget sumpah," gumam Zidan.

****
Zidan keluar dari mobil dengan wajah yang tidak enak di lihat, kemudian menutup pintu mobil tersebut dengan kencang. Syallif yang kaget hanya bisa mengelus dadanya dengan sabar, kalo bukan adek nya, Syallif pastikan akan mendapatkan bogem mentah darinya.

"Untung adek, terus gue sayang. Kalo gak! Udah gue bikin ancur mukanya. Untung juga gue gak ada riwayat penyakit jantung," Syallif yang kesal pun ikut menutup pintu mobilnya dengan kencang dan berjalan kearah kelasnya.
Saat menuju kelas nya, langkah Syallif terhenti karna ada yang memanggilnya.

"Bang Syallif! Zidan berangkat gak?" tanya Gadis tersebut.

"Eh Diary... tuh Zidan," ucap Syallif sambil menunjuk Zidan.

"Bang nama aku Diara Saqila Azzahra ya, bukan Diary."

"MY BABBY HANI ZIDAN TUNGGUIN," teriak Diara Sambil berlari menghampiri Zidan.
Zidan yang memang mendengar teriakan Diara terus saja berjalan, ia pura-pura tidak mendengar.

"Amit-amit pura adek ipar ke gitu, Nauzubillah deh. Gak ada urat malunya apa yah tuh orang, pakai teriak segala. Gue aja yang denger malu," gumam Syallif sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

Diara Saqila Azzahra cewek itu memang sudah menyukai Zidan sejak lama, ia selalu memberi perhatikan kepada Zidan. Bukan nya suka dapat perhatian dari Diara, tapi Zidan malah risih. Karna emang Diara terlalu berlebihan terhadap Zidan.

"Zidan kamu udah sehat kan, udah gak sakit lagi kan, aku pas denger kamu di rawat dirumah sakit, jantung aku kaya mau copot gitu. Sekarang udah gak papa kan Zid?" tanya Diara bertubi-tubi.

Zidan hanya memutar bola matanya jengah.
Pertanyaan dari Diara membuat kepala nya pusing.

"Gue udah gak kenapa-napa koh, gue masuk kelas duluan ya," Zidan masuk kedalam kelasnya.

"Tungguin donk, aku jangan di tinggal," Diara langsung mengejar Zidan dan merangkul erat tangan Zidan.

"Dir lepas in donk, sesak nafas nih gue," suruh Zidan.

"Ya ampun mau aku kasih nafas buatan."

"Yang ada gue bisa pingsan mendadak," batin Zidan.

"Udah lepas in donk, ntar ada guru. Lo mau ntar kita di hukum gara-gara pelukan di sekolahan."

"Ya udah deh." Diara pun melepaskan pelukannya. Dan tak lama kemudian guru pun masuk ke dalam kelas.

****
Lina gadis itu sedang makan di kantin bersama teman-teman nya, mereka saling bercanda gurau sambil menikmati makanannya. Lalu Syallif menghampiri mereka, lebih tepat nya menghampiri Lina.

"Lina..." panggil Syallif.

"Eh bang... kenapa? Lo ada perlu sama gue," tanya Lina.

"Iya nih, tapi nanti aja deh. Lo lanjut makan dulu aja, pulang sekolah ntar lo jangan pulang dulu, gue ada perlu sama lo."

"Ya udah gue kesana dulu, lo kalo dah pulang kabarin gue ya. Chat aja," suruh Syallif kemudian pergi.

"Ada perlu apa yang bang Syallif sama gue, apa tentang Zidan. Iya kali ya tentang Zidan," batin Lina.

"Lin ka Syallif mau nembak lo," tanya Risma.

"Ngaco lo, ya gak lah. Ya kali nembak gue, deket aja kagak. Emang kalo ada perlu, terus mau ngomong berdua udah pasti mau di tembak ya?" tanya Lina balik.

"Enggak juga sih."

"Guys ntar kalian duluan aja ke kelas, gue mau ke toilet dulu, mau setoran nih. Kalian duluan aja gak usah nemenin gue ya."

"Lagian siapa yang mau nemenin lo?" tanya Key teman sebangku Risma.

"Iya males banget, ya kan key."

"Ih jahat banget, ya udah sih sana buruan balik kelas. Gue juga gak pengin ditemenin." Lina kemudian pergi meninggalkan mereka.

"Jangan ngambek ya sayangku, kita tadi cuman canda ko, hati-hati jangan sampai kesasar ke toilet cowok," teriak Risma.

"Bodo."

"Gue dikatain bodo lagi sama Lina," seru Risma.

"Bodo ya bukan bodoh, gak pakai H. Jangan salah paham."

"Iya-iya tau ko gue."

****
Lina sudah selesai dengan urusan toilet nya, saat mau pergi ke kelas nya, Zidan menghentikan langkahnya.

"Hay..."

"Apaan sih."

"Ntar pulang sekolah, lo jangan pulang dulu yah. Gue ada perlu sama lo. Awas aja kalo pulang duluan, nanti gue ke kelas lo."

"Zidan sama Syallif ngajak gue ngobrol terus waktunya samaan lagi. Bikin bingung anak orang aja deh," batin Lina.

"Emm Zid, tapi gue udah ada janji sama bang Syallif. Kalo nanti pulang sekolah gue ada urusan sama abang lo. Abang lo mau ngobrol penting katanya."

"Bang Syallif mau ngobrol penting sama Lina, mau ngobrol apaan? Masa iya sih gagal rencana gue," batin Zidan.

"Lo batalin aja janji lo sama bang Syallif, ntar gue ngomong sama bang Syallif. Ngobrol sama lo nya lain kali aja, pokoknya pulang sekolah lo harus ikut gue."

"Gak bisa gitu donk Zid, siapa tau bang Syallif ada urusan penting sama gue. Lo jangan egois donk."

"Gue gak egois, gue cuman pengin lo ikut gue ntar. Gue gak terima penolakan." Setelah itu Zidan meninggalkan Lina.

"ZIDAN KAMPRET, UNTUNG SAYANG," gumam Lina.

KUTUNGGU KAU DI KEABADIANTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang